Kerja hingga 18 Jam Per Hari untuk Hasilkan Rp 150.000
›
Kerja hingga 18 Jam Per Hari...
Iklan
Kerja hingga 18 Jam Per Hari untuk Hasilkan Rp 150.000
Pendapatan seorang pengemudi ojek daring per bulan bisa mencapai sekitar Rp 3 juta hingga Rp 4 juta. Namun, jumlah tersebut didapatkan apabila mereka bekerja 12 jam hingga 18 jam per hari.
Oleh
SHARON PATRICIA
·5 menit baca
Selama 6 jam beroperasi, dari pukul 6.00 hingga pukul 12.00 pada Senin (10/2/2020), Agus Yuwono (53), pengemudi Grab, baru mengantar empat penumpang. Ia menunggu di depan Stasiun Karet, Jakarta Pusat, bersama para pengemudi ojek daring lainnya.
”Baru dapat Rp 41.000 dari tadi pagi, ini juga belum dipotong 20 persen dari Grab-nya. Kalau sehari-hari, saya kerja pukul 06.00-24.00 bisa dapat sekitar Rp 200.000 sampai Rp 300.000, tapi kalau bersihnya, ya, sekitar Rp 150.000,” kata Agus yang sudah menjadi mitra Grab sejak 2015.
Pendapatan ini, kata Agus, harus cukup untuk membiayai istri dan kedua anaknya yang masih bersekolah, satu di bangku sekolah menengah atas, satu lagi di sekolah menengah pertama. Per bulan, biaya sekolah anak yang SMA saja dapat mencapai hingga Rp 770.000.
”Namanya juga demi anak, yang penting mereka harus bisa tetap sekolah biar nanti kerjanya bagus, gajinya tinggi. Saya libur kalau lagi sakit saja,” ucap Agus.
Adapun, Zeni (32), pengemudi Gojek, juga mengatakan, pendapatan per hari berkisar Rp 100.000 hingga Rp 200.000 sebelum dipotong 20 persen dari Gojek. Pendapatan bersih yang didapat sebesar Rp 80.000 per hari dari hasil kerja selama lebih kurang 12 jam.
Padahal, tiga tahun lalu, pendapatan bersih bisa mencapai Rp 200.000 per hari. Menurunnya pendapatan, kata Zeni, juga disebabkan karena jumlah pengemudi yang kian meningkat. Dengan demikian, masyarakat yang menggunakan jasa ojek daring akan semakin tersebar.
”Kalau saya, sih, inginnya tarif itu dinaikkan lagi agar lebih sejahtera. Toh, para pengguna juga akan tetap mendapatkan diskon dari promo-promo yang dikasih. Jadi, sebenarnya mereka juga enggak akan terbebani kalau tarif dinaikkan,” kata Zeni.
Pendapatan seorang pengemudi ojek daring per bulan bisa mencapai sekitar Rp 3 juta hingga Rp 4 juta. Namun, jumlah tersebut didapatkan apabila mereka bekerja 12 jam hingga 18 jam per hari selama satu bulan penuh tanpa hari libur.
Mengacu pada data Dinas Tenaga Kerja Provinsi DKI Jakarta, upah minimun Provinsi DKI Jakarta pada 2020 berada di angka Rp 4,28 juta. Jumlah ini sesuai dengan Peraturan Gubernur Daerah Khusus Ibu Kota Jakarta Nomor 121 Tahun 2019 tentang Upah Minimum Provinsi Tahun 2020.
Keinginan Agus dan Zeni agar tarif ojek daring dinaikkan telah menjadi tuntutan para mitra perusahaan aplikasi penyedia layanan transportasi daring.
Pengemudi ojek daring mengeluhkan tarif ojek daring yang diberlakukan pada September 2019 sesuai Keputusan Menteri Perhubungan (Kepmenhub) Nomor 348 Tahun 2019.
Seperti diketahui, turunan Peraturan Menteri Perhubungan Nomor 12 Tahun 2019 itu mengatur tarif layanan berdasarkan zona. Untuk zona I yang meliputi Sumatera, Jawa, dan Bali, ditetapkan tarif Rp 1.850-Rp 2.300 per kilometer (km) dengan tarif minimal Rp 7.000-Rp 10.000.
Tarif zona II meliputi wilayah Jabodetabek sebesar Rp 2.000-Rp 2.500 per km dengan tarif minimal Rp 8.000-Rp 10.000. Sementara tarif zona III di wilayah Kalimantan, Sulawesi, Nusa Tenggara, Maluku, dan Papua sebesar Rp 2.100-Rp 2.600 per km dengan tarif minimal Rp 7.000-Rp 10.000.
Untuk wilayah Jabodetabek, pengemudi ojek daring mengusulkan tarif batas bawah dinaikkan dari Rp 2.000 per km menjadi 2.500 per km.
Suara konsumen
Respons konsumen terhadap rencana kenaikan tarif ojek daring berbeda-beda, ada yang setuju, ada yang tidak. Helmi Mia (24), karyawan swasta di kawasan Mega Kuningan Barat, mengatakan tetap memilih menggunakan ojek daring meskipun tarif dinaikkan.
”Naik ojek daring memang bisa lebih mahal hingga Rp 10.000 tapi lebih cepat dibandingkan transjakarta yang kalau turun, tetap saja harus nyambung naik ojek lagi. Belum lagi, transjakarta, kan, hanya ada di jam-jam tertentu,” kata Mia yang berdomisili di kawasan Green Pramuka City.
Dengan menggunakan jasa ojek daring, Mia harus menyisihkan uang Rp 50.000 per hari untuk pulang pergi. Jika ditotal, per bulannya mengambil hingga 20 persen dari gaji yang ia terima.
Namun, ia tidak berkeberatan apabila ada kenaikan tarif ojek daring. ”Kalau total kenaikannya masih di bawah Rp 10.000, mungkin masih mau, kalau lebih, mikir lagi uangnya,” ucap Mia.
Sama halnya dengan Intan Setiowaty (24), karyawan swasta di Jakarta, yang menyisihkan 10 persen dari gajinya untuk biaya transportasi ojek daring. Meski ia mengakui pengeluaran jadi meningkat karena menggunakan ojek daring, tetapi layanan ini memberi kenyamanan lebih, salah satunya soal waktu.
”Kalau naik transportasi umum ada rutenya sendiri dan enggak diturunin di depan stasiun, bisa 20 sampai 30 menit. Kalau naik ojek daring, dari pemesanan sampai pengemudi datang paling lambat 5 menit, dari rumah ke stasiun 10 menit,” ujar Intan yang berdomisili daerah Depok.
Adapun Laurentia Prisca (25), karyawan swasta di Jakarta, yang tetap memilih ojek daring meski harganya bisa mencapai tujuh kali lipat. Dari kawasan Kelapa Gading ke Cakung, sebenarnya Laurentia dapat naik Jak Lingko gratis atau transjakarta dengan tarif Rp 3.500.
Namun, ia memilih menggunakan ojek daring meskipun tarifnya bisa mencapai Rp 28.000. ”Naik Jak Lingko gratis, tetapi kendaraan sedikit dan jarang. Naik transjakarta Rp 3.500 tapi waktu tempuh lebih lama karena macet,” kata Laurentia yang menyisihkan 20 persen dari gaji untuk biaya ojek daring.
Banyak pihak menilai kenaikan tarif ojek daring akan menurunkan jumlah pengguna ojek daring. Pendapatan pengemudi ojek daring dari satu pengguna memang meningkat, tetapi dengan jumlah pengguna yang turun, pendapatan pengemudi dalam satu bulan mungkin sama saja dengan sebelumnya.
Selain itu, ketika profesi sebagai pengemudi ojek daring dinilai sangat menguntungkan, tentu akan semakin banyak orang yang ingin menjadi pengemudi ojek daring. Dengan semakin banyaknya pengemudi ojek daring, kompetisi pun akan semakin ketat sehingga pendapatan pengemudi ojek daring akan kembali menemukan kesetimbangan baru.