Minim Sosialisasi, Pemanfaatan Kartu Tani di Klaten Belum Optimal
›
Minim Sosialisasi, Pemanfaatan...
Iklan
Minim Sosialisasi, Pemanfaatan Kartu Tani di Klaten Belum Optimal
Sebanyak 68.793 petani di Klaten, Jawa Tengah, tercatat telah memiliki kartu tani. Namun, pemahaman petani dalam pemanfaatan kartu tersebut itu masih minim.
Oleh
ERWIN EDHI PRASETYA
·3 menit baca
KLATEN, KOMPAS — Pemahaman petani di wilayah Kabupaten Klaten, Jawa Tengah, terhadap kartu tani belum optimal. Akibatnya, kartu tersebut sama sekali belum dimanfaatkan dan hanya disimpan di rumah.
Slameto (65), petani warga Tegalgondo, Kecamatan Wonosari, Kabupaten Klaten, mengaku telah menerima kartu tani sekitar tahun 2018. Namun, hingga kini kartu tani tersebut belum dimanfaatkan dan hanya disimpan di rumah.
Menurut Slameto, ketika membeli pupuk bersubsidi di Kios Pupuk Lengkap (KPL), ia pernah diminta mengumpulkan kartu tani, tetapi Slameto menolak dan menyimpannya di rumah. ”Sebab, kadang sewaktu membeli pupuk itu kosong, jadi saya pindah ke kios yang lain,” katanya di sela-sela bekerja menyemprot tanaman padi di Desa Tegalgondo, Wonosari, Senin (10/2/2020).
Slameto mengatakan, meski tidak menyerahkan kartu tani, selama ini ia masih tetap bisa membeli pupuk subsidi, misalnya urea seharga Rp 95.000 per zak (50 kilogram), SP-36 Rp 110.000 per zak, ZA Rp 100.000 per zak, dan NPK Ponskha Rp 140.000 per zak.
Sepengetahuan Slameto, kartu tani hanya untuk pendataan dan identitas petani sehingga pemiliknya berhak membeli pupuk subsidi. Namun, ia mengaku tak selalu membawa atau menunjukkan kartu tani saat membeli pupuk subsidi di Kios Pupuk Lengkap. ”Sebenarnya kartu tani itu untuk apa tho? Apa untuk menabung di bank?” ujarnya.
Berbeda dengan Slameto, Widodo (62), petani warga Sawahan, Kecamatan Wonosari, Klaten, mengaku mengumpulkan kartu tani miliknya di Kios Pupuk Lengkap. Namun, untuk pembelian pupuk di KPL, ia tetap menggunakan uang tunai. ”Dengan kartu tani dapat prioritas beli pupuk subsidi, pasti dapat jatah,” katanya.
Kepala Dinas Pertanian, Ketahanan Pangan, dan Perikanan Klaten Widiyanti mengatakan, jumlah kartu tani yang telah terkirim kepada petani di Klaten sebanyak 68.793 keping dari target 79.138 penerima. Sebanyak 4.718 keping kartu tani yang sudah tercetak masih belum tersalurkan oleh BRI.
Di luar itu, ada petani yang sudah meninggal dan ada 16 petani tidak mau menerima kartu tani. Sebagian lainnya terjadi kesalahan dalam penulisan nomor induk kependudukan sehingga kartu tani tidak sesuai sasaran penerima.
Widiyanti mengakui masih ada kendala pemanfaatan kartu tani. Hal ini karena sebagian besar petani telah berusia lanjut sehingga kerepotan mengisi saldo kartu tani. Mereka akhirnya bertransaksi secara tunai dengan membawa kartu tani saat menebus pupuk bersubsidi di KPL. Pihak KPL kemudian membantu mengisikan saldo kartu tani untuk pembayaran pupuk.
”Petani bukan sekadar menunjukkan punya kartu tani kemudian bisa membeli pupuk subsidi. Bukan begitu. Karena, di kartu tani bisa diisi uang untuk membeli pupuk subsidi. Di situ juga terdapat data jumlah nominal pupuk subsidi yang menjadi hak petani sesuai alokasi dari pemerintah,” katanya.
Menurut Widiyanti, kartu tani berfungsi melindungi para petani agar mendapatkan pupuk bersubsidi sesuai rencana definitif kebutuhan kelompok (RDKK) pupuk bersubsidi yang disusun kelompok tani. Dengan demikian, penyaluran pupuk subsidi lebih tepat sasaran.