Penembakan massal, yang terjadi Sabtu petang lalu dan berakhir pada Minggu pagi, diduga dipicu oleh konflik pribadi terkait kesepakatan penjualan rumah dan persoalan uang.
Oleh
·3 menit baca
Aparat keamanan Thailand berhasil melumpuhkan pelaku penembakan massal. Diduga persoalan sengketa tanah menjadi pemicu serangan yang menewaskan 29 orang itu.
Nakhon Ratchasima, Minggu Ratusan warga Thailand, Minggu (9/2/2020), turut dalam doa yang dipimpin oleh sejumlah biksu di kota Nakhon Ratchasima. Mereka mendoakan 30 orang yang tewas akibat penembakan massal oleh Sersan Jakrapanth Thomma (32), seorang anggota tentara Thailand, Sabtu lalu. Di antara korban terdapat seorang bocah berusia 13 tahun.
Mereka yang menghadiri malam doa itu tampak bersedih. Pada selembar kertas putih yang diletakkan di tanah mereka, antara lain, menuliskan pesan ”akan selalu dikenang” dan ”saya berharap Anda mendapat kehidupan setelah kematian”.
Penembakan massal, yang terjadi Sabtu petang lalu dan berakhir pada Minggu pagi setelah penembak jitu melumpuhkan Thomma, diduga dipicu oleh konflik pribadi. Perdana Menteri Thailand Prayuth Chan-ocha mengatakan, insiden itu dilandasi masalah pribadi terkait kesepakatan tentang penjualan rumah dan persoalan uang.
”Ini belum pernah terjadi sebelumnya di Thailand dan saya ingin ini menjadi yang terakhir terjadi,” kata Prayut di luar rumah sakit tempat para korban luka—beberapa dalam kondisi kritis—dirawat. Sersan Mayor Jakrapanth Thomma melakukan penembakan massal di empat lokasi di kota Nakhon Ratchasima, Thailand timur laut.
Selain menembak mati 30 orang, serangan Thomma juga melukai 57 lainnya. Thomma akhirnya ditembak mati di dalam mal, tempat ia bersembunyi. Ia dilumpuhkan oleh penembak jitu pada Minggu pagi setelah 16 jam menebar teror. PM Prayuth sempat mengkhawatirkan ada korban tidak sengaja saat operasi penindakan dilakukan aparat keamanan.
Namun, Prayuth mengatakan, ia telah memeriksa dan memastikan tidak ada pengunjung mal yang tertembak oleh polisi saat melumpuhkan Jakrapanth Tomma. Menurut media setempat, Jakrapanth Tomma bekerja di pangkalan militer dekat dengan Nakhon Ratchasima. Menurut sumber-sumber militer, Jakrapanth Tomma adalah penembak jitu dan mengambil banyak kursus khusus tentang melakukan serangan, termasuk merencanakan penyergapan.
Media Thailand melaporkan, ia sering mengunggah foto-foto senjata di media sosial. Insiden terjadi sekitar pukul 15.00 pada hari Sabtu ketika Jakrapanth Tomma melepaskan tembakan di sebuah rumah sebelum pindah ke kamp militer. Dia membunuh dua orang di pangkalan militer, salah satu korbannya adalah komandannya.
Letjen Thanya Kiatsarn, Komandan Komando Area Kedua, mengatakan, Tomma membobol gudang senjata di pangkalan militer itu untuk mempersenjatai diri. ”Dia menyerang penjaga di gudang senjata, yang kemudian mati, dan dia mencuri jip militer, senjata HK33, dan sejumlah amunisi untuk melakukan apa yang dia lakukan,” kata Thanya Kiatsarn.
Menuju mal
Setelah itu, Tomma mengemudikan jip militer ke sebuah mal di tengah kota dan mulai menembaki pengunjung mal. Rekaman (CCTV) dari dalam mal yang diunggah di media sosial menunjukkan seorang pria berpakaian hitam dan mengenakan topeng dengan senjata tersampir di bahu tanpa ada tandatanda orang lain di sekitarnya.
Beberapa jam sebelum Tomma mulai melakukan penembakan massal, ia mengunggah dalam akun Facebooknya yang isinya mengecam orang-orang serakah. ”Kaya karena tidak jujur. Mengambil keuntungan dari orang lain. Apakah mereka pikir mereka dapat menghabiskan uang di neraka?” demikian isi tulisannya dalam bahasa Thailand.
Dia juga mengunggah status terbaru di Facebook selama melakukan penembakan massal di mal. ”Kematian tidak bisa dihindari untuk semua orang,” tulisnya. Kemudian, dia mengeluh mengenai jari-jarinya yang kram dan bertanya, ”Haruskah aku menyerah?” Menyikapi itu, Facebook segera menghapus akun Thomma. (AP/REUTERS/AFP/LOK)