Tahun 2020, Ribuan Batu Tangga Candi Borobudur Dilapisi Kayu Jati
›
Tahun 2020, Ribuan Batu Tangga...
Iklan
Tahun 2020, Ribuan Batu Tangga Candi Borobudur Dilapisi Kayu Jati
Kayu jati dipilih melapisi batuan tangga candi karena lentur dan kuat. Pelapisan untuk mengurangi laju keausan permukaan batu, sekaligus demi keamanan pengunjung.
Oleh
REGINA RUKMORINI
·3 menit baca
MAGELANG, KOMPAS - Ribuan batu di tangga naik maupun turun pengunjung Candi Borobudur, Kabupaten Magelang, Jawa Tengah, tahun ini akan dilapisi kayu jati. Itu untuk meminimalisir tingkat keausan batuan candi, yang saat ini sudah masuk kategori kritis.
Batu-batu yang tergerus pada akhirnya menyebabkan permukaan batuan berubah bentuk, licin, dan membahayakan pengunjung. Saat ini saja, batu-batu itu tampak cekung dan ambles. Minggu (9/2/2020), kondisi batuan yang tidak lagi rata dan kasar membuat pengunjung terpeleset saat menuruni tangga candi.
Kepala Balai Konservasi Borobudur (BKB) Tri Hartono, Minggu kemarin, mengatakan, pelapisan batu harus segera dilakukan karena pemicu terbesar keausan batuan berasal dari pijakan kaki pengunjung. Pelapisan batuan dinilai mendesak, karena kondisi keausan batuan sudah tergolong kritis.
Kayu jati dianggap sebagai pelapis terbaik karena relatif kuat dan lentur dibandingkan karet. Karet berubah keras saat terkena panas terus menerus.
Koordinator Kelompok Kerja Pemeliharaan Kawasan Cagar Budaya Candi Borobudur BKB, Bramantara, mengatakan, berdasar penelitian BKB tentang kekesatan batuan tangga candi pada tahun 2008, koefisien kekesatan batuan di empat lokasi di bagian tangga terdata di bawah, 0,60. Angka ini di bawah koefisien kekesatan batu andesit baru yang ditetapkan berkisar 0,65-0,75.
“Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa sebagian batu tangga candi memang cenderung licin,” ujarnya.
Jati dipilih
Terkait material pelapis batu candi, tahun 2014-2015 BKB sudah meriset. Saat itu, bahan pelapis yang diujicobakan adalah karet, kayu ulin, dan kayu jati.
Dari hasil riset tersebut, kayu jati dianggap sebagai pelapis terbaik karena relatif kuat dan lentur dibandingkan karet. Karet berubah keras saat terkena panas terus menerus.
General Manager Taman Wisata Candi Borobudur I Gusti Putu Ngurah Sedana mengatakan, pihaknya mendukung upaya BKB melapisi batu tangga candi demi alasan konservasi. Namun, berdasar pengalaman, hal itu juga belum tentu bisa dipahami sepenuhnya oleh pengunjung.
“Ketika dilakukan uji coba pelapisan tangga beberapa tahun lalu, sebagian wisatawan justru terpantau iseng mengetuk-ketukkan alas kakinya keras-keras ke lapisan kayu,” ujar dia.
Riset lain menemukan, keausan batu candi terkait tingkat kunjungan wisatawan. Penelitian BKB tahun 2003-2007, rata-rata batuan tangga candi telah tergerus hingga 0,2 sentimeter per tahunnya. Saat itu, total jumlah wisatawan baru berkisar 2 juta per tahun.
Oleh karena tingkat keausan berbanding lurus dengan jumlah pengunjung, maka antisipasi pun cepat dilakukan. Setiap tahunnya, jumlah pengunjung Candi Borobudur dipastikan akan terus bertambah.
Secara rata-rata, jumlah pengunjung pada hari biasa berkisar 3.000-4.000 orang, sedangkan pada akhir pekan reguler berkisar 8.000-10.000 orang per harinya. Khusus pada musim libur akhir tahun atau Lebaran misalnya, jumlah pengunjung bisa lebih dari 50.000 orang per harinya.
Grafik Tingkat Keausan Batu Tangga Candi Borobudur.Adapun total jumlah wisatawan sepanjang tahun 2019 terdata 4.038.643 orang. Tahun ini, jumlah pengunjung candi ditargetkan meningkat lebih banyak lagi.
“Oleh karena kami tidak mungkin menutup kedatangan pengunjung, maka satu-satunya cara yang bisa kami lakukan hanyalah meminimalisir gesekan kaki wisatawan dengan melapisi batu-batu di tangga tersebut,” kata Tri.
Usulan pembatasan
Tidak sekedar lantai, Tri mengatakan, keausan batuan sebenarnya juga terjadi pada bagian lantai, terutama di tingkat 8-10. Menyikapi kondisi itu, tahun ini BKB berencana menghentikan arus pengunjung ke tiga tingkat candi.
“Tahun ini, kami akan berupaya agar arus wisatawan cukup berhenti di lantai tujuh saja,” ujarnya.
Keausan lantai di tiga tingkat itu terjadi karena pengunjung biasanya menghabiskan waktu paling lama di sana, di antaranya untuk berjalan-jalan dan berfoto dari segala sudut.
Khusus di tiga tingkat tersebut, keausan batuan juga berpotensi terjadi pada bagian stupa. Hal ini terjadi karena banyak wisatawan juga seringkali duduk-duduk dan berfoto dengan bersandar pada stupa.
Masalah pembatasan pengunjung tersebut, menurut Tri, nantinya akan dibicarakan bersama PT Taman Wisata Candi Borobudur, Prambanan, dan Ratu Boko, selaku pihak yang mengelola kunjungan wisatawan di Candi Borobudur.