Kota Balikpapan Milik Bersama dalam Tari Nusantara
›
Kota Balikpapan Milik Bersama ...
Iklan
Kota Balikpapan Milik Bersama dalam Tari Nusantara
Tari Nusantara menampilkan tarian khas dari Aceh hingga Papua. Balikpapan ingin meneguhkan bahwa kota ini merupakan tempat tinggal berbagai suku, agama, ras, dan golongan.
Oleh
SUCIPTO
·4 menit baca
BALIKPAPAN, KOMPAS —Melalui gelaran Tari Nusantara dalam peringatan Hari Ulang Tahun Ke-123 Kota Balikpapan, Kalimantan Timur, Pemerintah Kota Balikpapan ingin meneguhkan bahwa kota ini merupakan tempat tinggal berbagai suku, agama, ras, dan golongan. Hal ini diharapkan terus menguat karena Balikpapan akan menjadi kota penyangga jika ibu kota benar-benar pindah ke Kalimantan Timur.
Sebanyak 1.279 penari perwakilan pelajar berbagai sekolah di Balikpapan menampilkan tarian daerah dari seluruh Indonesia di Lapangan Merdeka, Balikpapan, Senin (10/2/2020). Tarian bertajuk Tari Nusantara digelar dalam rangka HUT Ke-123 Kota Balikpapan yang jatuh pada 10 Februari.
Tari Nusantara menampilkan tarian khas dari Aceh hingga Papua. Para penari dibagi berkelompok dengan pakaian khas tiap-tiap daerah. Ada yang mengenakan pakaian hudoq, sejenis kesenian barongan suku Dayak. Ada pula yang mengenakan kostum reog yang berasal dari Ponorogo, Jawa Timur.
Balikpapan bukan hanya tempat mencari penghidupan, melainkan juga memberikan dampak bagi pembangunan dan kemajuan kota.
Tari-tarian itu menjadi simbol asal-usul masyarakat yang hidup di Balikpapan. Sejak pengeboran pertama sumur minyak pada 10 Februari 1897, banyak kegiatan ekonomi di Balikpapan yang kemudian menjadi magnet bagi orang dari sejumlah daerah. Sejak saat itu, berbagai etnis tinggal dan hidup di Balikpapan.
”Masyarakat Kota Balikpapan didominasi oleh warga pendatang. Kami harap, Balikpapan bukan hanya tempat mencari penghidupan, melainkan juga memberikan dampak bagi pembangunan dan kemajuan kota,” kata Wali Kota Balikpapan Rizal Effendi.
Rizal mengatakan, Balikpapan akan menjadi kota penyangga jika ibu kota
negara resmi dipindahkan ke perbatasan Penajam Paser Utara dan Kutai Kartanegara. Aparatur sipil negara (ASN) dan pekerja proyek pembangunan direncanakan akan banyak berkantor dan tinggal sementara di Balikpapan. Itu membuat pertemuan masyarakat dengan berbagai latar belakang tak terelakkan.
Namun, Rizal percaya bahwa masyarakat Balikpapan sudah terbiasa dengan pendatang, mengingat berbagai suku sudah hidup berdampingan sejak lama di Balikpapan. Ia berharap gelaran Tari Nusantara bisa menjadi simbol untuk menguatkan persatuan di Balikpapan seiring dengan berbagai program pemerintah.
Pergelaran Tari Nusantara pun dihadiri Bupati Penajam Paser Utara Abdul Gafur Mas’ud, Bupati Paser Yusriansyah Syarkawi, dan Gubernur Kaltim Isran Noor. Isran berharap, setiap elemen masyarakat ikut menjaga iklim kondusif di Balikpapan untuk mewujudkan kota nyaman huni, lebih maju, sejahtera, dan mandiri.
Isran berharap jika ibu kota negara resmi pindah ke Kaltim, Kota Balikpapan bisa menjadi kota penyangga yang turut membantu mendukung pembangunan ibu kota negara baru.
”Seperti halnya DKI Jakarta, mulanya tidak akan bisa berkembang dan semaju sekarang tanpa dukungan kota penyangga seperti Bogor, Depok, Tangerang, dan Bekasi. Semoga kota ini terus berinovasi seiring bertambahnya usia,” kata Isran.
Pekerjaan rumah
Meski demikian, Balikpapan masih memiliki pekerjaan rumah, salah satunya banjir. Titik rawan banjir Balikpapan tersebar di enam kecamatan. Masyarakat berharap hal itu segera tertangani sebelum pembangunan semakin masif di Balikpapan.
Menurut data Badan Pusat Statistik tahun 2018, luas wilayah Balikpapan 508,39 kilometer persegi dengan kepadatan penduduk 1.251 jiwa per kilometer persegi. Angka itu masih jauh dibandingkan dengan DKI Jakarta dengan kepadatan penduduk 15.663 jiwa per kilometer persegi.
Meski demikian, perpindahan ibu kota negara diperkirakan akan membuat lebih banyak orang berdatangan ke Kaltim. Menurut rencana, pemerintah akan memindahkan 1,5 juta ASN ke ibu kota negara baru.
Presiden Joko Widodo mengunjungi Kelurahan Pemaluan, Kecamatan Sepaku, Penajam Paser Utara, Desember lalu. Pembangunan awal ibu kota negara baru direncanakan di sekitar wilayah itu. Dari Balikpapan, Kelurahan Pemaluan berjarak sekitar 100 kilometer.
Masih banyak yang harus diselesaikan, seperti banjir, pemenuhan air bersih, dan pengembangan transportasi massal.
Jarak akan semakin pendek, sekitar 80 kilometer, jika Jembatan Pulau Balang yang membentang di atas Teluk Balikpapan selesai dibangun. Balikpapan sebagai salah satu pintu masuk ke Kaltim yang sudah memiliki berbagai fasilitas umum diprediksi akan semakin padat.
”Saat ini banjir memang belum terlalu parah, tidak pernah menggenang sampai sehari penuh. Namun, jika pembangunan semakin banyak, saya takut akan seperti Jakarta banjirnya,” kata Nurbaeti (47), warga yang juga hadir dalam pergelaran tari.
Rizal mengakui masih banyak yang perlu dibenahi di Balikpapan. Ia berharap kerja sama lintas sektor yang kuat bisa menyelesaikan permasalahan itu sebelum semakin parah. ”Masih banyak yang harus diselesaikan, seperti banjir, pemenuhan air bersih, dan pengembangan transportasi massal. Itu perlu dibenahi bersama satu per satu,” kata Rizal.