Sejak PAN berdiri tahun 1998, tak ada satu pun ketua umum yang menjabat lebih dari satu periode. Kongres V PAN jadi momentum menguji tradisi itu selain tuah Amien Rais dalam menentukan figur pengisi kursi ketua umum.
Oleh
ANITA YOSSIHARA/SAIFUL RIJAL YUNUS/I Gusti Agung Bagus Angga Putra
·5 menit baca
Jalan protokol di Kota Kendari, Sulawesi Tenggara, Senin (10/2/2020), penuh dengan bendera biru bergambar matahari milik Partai Amanat Nasional. Baliho bergambar wajah Ketua Umum Partai Amanat Nasional atau PAN Zulkifli Hasan, Wakil Ketua Dewan Kehormatan PAN Dradjad H Wibowo, serta dua Wakil Ketua Umum PAN, Mulfachri Harahap dan Asman Abnur, juga terpasang berjajar di sepanjang jalan protokol ibu kota Provinsi Sulawesi Tenggara tersebut.
Mulai Senin, Kongres V PAN dimulai dengan agenda utama pemilihan ketua umum periode 2020-2025 yang diikuti empat bakal kandidat.
Tiga bakal calon, yakni Asman, Mulfachri, dan Dradjad, mendaftar pada hari pertama pendaftaran, Sabtu (8/2/2020), di Kantor DPP PAN di Jakarta. Sementara satu bakal calon, Zulkifli Hasan, baru mendaftar pada hari terakhir pendaftaran, Senin, di lokasi kongres di Kendari.
Jumlah bakal calon pada Kongres V ini bisa dibilang paling banyak dibandingkan tiga kongres sebelumnya yang hanya diikuti dua kandidat. Kompetisi diperkirakan ketat karena keempat bakal calon itu sama-sama mendapat restu dari para tokoh senior serta dukungan dari para pengurus di daerah.
Mulfachri, misalnya, mendapat dukungan dari pendiri yang juga Ketua Dewan Kehormatan PAN Amien Rais yang tiga kongres sebelumnya, Amien menjadi penentu terpilihnya ketua umum. Untuk memuluskan jalan menuju kursi ketua umum, Wakil Ketua Komisi III DPR itu pun menggandeng putra sulung Amien, Hanafi Rais, menjadi calon sekretaris jenderal.
Adapun Asman didukung tokoh senior yang juga Ketua Umum PAN 2010-2015 Hatta Rajasa. Dengan dukungan itu, besar kemungkinan mantan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi tersebut memiliki logistik yang memadai.
Dradjad, meski tidak secara langsung mendapat dukungan, ia merupakan salah satu orang dekat Amien. Atas permintaan Amien, Dradjad rela mundur dari pemilihan ketua umum dalam Kongres III PAN di Batam, Kepulauan Riau, tahun 2010.
Padahal, saat itu ia mendapat dukungan penuh dari Ketua Umum 2005-2010 Soetrisno Bachir serta ratusan pemimpin DPD dan DPW PAN. Keputusan Dradjad itulah yang membuat Hatta mulus terpilih secara aklamasi menjadi ketua umum.
Sementara Zulkifli yang merupakan calon petahana tak lagi mendapat dukungan dari Amien. Namun, Wakil Ketua Majelis Permusyawaratan Rakyat itu mendapat banyak dukungan dari para petinggi DPP PAN. Sejumlah nama, seperti Wakil Ketua Umum Viva Yoga Mauladi dan Totok Daryanto, Sekretaris Jenderal Eddy Soeparno, serta Ketua DPP Yandri Susanto, menjadi tim sukses Zulkifli.
Jauh sebelum kongres digelar, para bakal calon ketua umum sudah bergerilya, mencari dukungan dari Dewan Pimpinan Daerah (DPD) dan Dewan Pimpinan Wilayah (DPW) yang merupakan pemilik suara terbanyak dalam kongres. Bahkan, beberapa kali, Zulkifli dan Mulfachri, mengumpulkan para petinggi DPD dan DPW untuk konsolidasi.
Terakhir, Mulfachri menggelar konsolidasi di Surabaya, Jawa Timur, pada 6-7 Februari 2020. Bukan hanya pimpinan DPD dan DPW, pertemuan itu juga dihadiri Amien dan Hanafi. Setidaknya 298 pemilik suara dari DPW dan DPD hadir dan diklaim akan memberikan dukungan kepada Mulfachri.
Untuk diketahui, ada 590 total pemilik suara di kongres.
Sama dengan Mulfachri, Zulkifli juga menggelar konsolidasi terakhir di Makassar, Sulawesi Selatan, pada 7-8 Februari 2020. Meski tak dihadiri Amien, jumlah pengurus DPW dan DPD yang hadir mencapai 392 orang.
Sementara Asman dan Dradjad memilih mendekati langsung para pemilik suara. Meski tak melakukan konsolidasi terbuka seperti Mulfachri dan Zulkifli, keduanya memperoleh dukungan dari loyalis mereka. Dukungan juga datang dari para pengikut setia tokoh senior yang mendukung Dradjad ataupun Asman.
Persaingan ketat
Meski ada empat kandidat yang turut dalam kontestasi, persaingan ketat hanya terlihat antara Zulkifli dan Mulfachri. Ketatnya persaingan membuat kondisi memanas beberapa jam sebelum kongres dibuka, Senin malam. Kubu Mulfachri menuduh Zulkifli curang karena mendaftar di luar tempat yang ditentukan.
”Saya dengar katanya (Zulkifli) mendaftar di Makassar, di luar dari yang telah ditentukan,” kata Ketua DPW PAN Sulawesi Barat, yang juga koordinator lapangan tim pemenangan Mulfachri, Asri Anas.
Padahal, realitanya, Zulkifli mendaftar di lokasi kongres sesuai dengan rencana sebelumnya. Hanya saja jadwal pendaftaran Zulkifli terus berubah-ubah, dari pukul 10.00 Wita, menjadi pukul 11.00 Wita, lalu pukul 13.00 Wita, hingga akhirnya dia baru menyerahkan formulir pendaftaran pada pukul 16.00 Wita atau tiga jam sebelum kongres dibuka.
Tak sebatas itu, beredar pula pesan singkat dari Ketua Dewan Kehormatan PAN Amien Rais untuk Zulkifli dan Sekjen PAN Eddy Soeparno.
”Nasihat saya, janganlah kemaruk kekuasaan yang hinggap dan bersemayam di dalam diri pribadi Anda, menjadikan Anda berdua tidak lagi bisa membedakan mana yang haq (benar) dan mana yang bathil (salah),” ujar Amien melalui pesan singkat.
Sudah sejak lama, Amien menekankan tradisi jabatan ketua umum satu periode. Menjelang Kongres IV di Bali 2015, misalnya, berkali-kali Amien menyampaikan pentingnya regenerasi tubuh PAN. Artinya, setiap ketua umum harus bersedia menjabat hanya satu periode.
Pentingnya regenerasi di pucuk pimpinan PAN juga kembali ditegaskan Amien saat menghadiri konsolidasi pengurus DPW dan DPD pendukung Mulfachri di Surabaya. Menurut dia, regenerasi merupakan sebuah kewajaran demi menjaga demokrasi dan pencapaian target partai lima tahun ke depan.
Sejak PAN berdiri tahun 1998, memang tidak ada satu pun ketua umum yang menjabat dua periode. Hatta yang kembali maju dalam Kongres IV Bali pun gagal memenangi pemilihan.
Seusai mendaftar, Zulkifli mengklaim, sebenarnya tidak ada niatan dari dirinya untuk kembali maju. Namun, ternyata 30 DPW memintanya maju. Permintaan itulah yang mendorongnya mencalonkan diri.
Sebenarnya jika melihat AD/ART, PAN tidak melarang ketua umum menjabat lebih dari satu periode. Namun, menurut pengajar komunikasi politik Universitas Paramadina Hendri Satrio, tradisi ketua umum satu periode sulit dihilangkan. Zulkifli bisa saja kembali terpilih jika mendapat restu dari Amien, karena selama ini sejarah mencatat kubu pendiri PAN itu belum bisa dikalahkan.
Adapun Peneliti CSIS Arya Fernandes berpandangan, Zulkifli masih punya kans kembali memimpin PAN. Peluang itu sangat bergantung pada soliditas dukungan suara bagi kandidat lain. ”Apabila banyak calon baru yang maju, Zulkifli berpeluang kembali terpilih, soalnya suara calon non-petahana terbelah,” katanya.
Kans Zulkifli juga bergantung pada evaluasi peserta kongres terhadap kinerja elektoral DPP PAN periode 2015-2020, khususnya di Pemilu 2019. Selain itu, manuver Amien di menit-menit terakhir menjelang pemilihan juga akan menjadi penentu karena ia selalu punya kontribusi dalam memengaruhi pilihan para peserta kongres.
Apa pun bisa terjadi dalam Kongres V PAN yang penuh dengan dinamika. Solidnya dukungan pengurus pusat dan daerah pada Zulkifli membuat kongres kali ini menjadi momentum untuk menguji tradisi ketua umum satu periode sekaligus tuah Amien Rais.