Keberadaan unit pengolahan dan pemasaran bahan olah karet di Kalimantan Selatan mampu meningkatkan harga jual karet di tingkat petani. Untuk itu, jumlah unit tersebut bakal diperbanyak.
Oleh
JUMARTO YULIANUS
·3 menit baca
MARTAPURA, KOMPAS — Keberadaan unit pengolahan dan pemasaran bahan olah karet di Kalimantan Selatan mampu meningkatkan harga jual karet di tingkat petani. Untuk itu, jumlah unit tersebut bakal diperbanyak.
Kepala Dinas Perkebunan dan Peternakan Kalimantan Selatan Suparmi mengatakan, Kalimantan Selatan dengan kebun karet seluas 270.825 hektar dan produksi 194.930 ton per tahun idealnya memiliki 650 unit pengolahan dan pemasaran bahan olah karet (UPPB). UPPB tersebut untuk mengakomodasi sekitar 198.000 keluarga petani karet.
”Saat ini, Kalimantan Selatan baru memiliki 133 UPPB. Kekurangan sebanyak 517 unit harus dipenuhi dalam lima tahun ke depan supaya petani karet lebih sejahtera,” kata Suparmi dalam acara Temu Usaha UPPB di Desa Kiram, Kecamatan Karang Intan, Kabupaten Banjar, Selasa (11/2/2020).
Di UPPB, petani diwajibkan mengolah karet dengan baik, tidak menggunakan bahan pembeku yang tak dianjurkan, seperti tawas, pupuk, dan gadung. Mereka pun bisa menghasilkan karet lump dengan kadar karet kering (K3) rata-rata 66-67 persen. Dengan begitu, harga karet di tingkat petani bisa mencapai Rp 10.000 sampai Rp 11.000 per kilogram.
”Petani karet yang sudah tergabung di UPPB akan mendapatkan harga bagus, jauh di atas harga beli tengkulak. Selisih harganya bisa Rp 3.000 sampai Rp 4.000 per kilogram,” ucapnya.
Menurut Suparmi, harga karet di UPPB bisa lebih tinggi dari harga tengkulak karena telah bermitra langsung dengan pabrik karet. Semakin tinggi kadar karet keringnya, harga karetnya pun semakin tinggi. Jika kadar karet keringnya mencapai 100 persen, harga yang diterima petani bisa di atas Rp 16.000 per kilogram.
”Maka, kami selalu mendorong petani untuk bergabung dan berhimpun di UPPB,” ujarnya.
Kepala Subdirektorat Pengolahan Hasil Perkebunan Direktorat Jenderal Perkebunan Kementerian Pertanian Suprihartono mengatakan, 80 persen perkebunan karet di Indonesia diusahakan oleh rakyat. Itu artinya, karet adalah tumpuan hidup masyarakat. ”Sejak 2014 sampai 2017, tren ekspor karet meningkat, tetapi tren harganya turun,” ucapnya.
Untuk meningkatkan harga karet, ujar Suprihartono, petani diwajibkan menghasilkan bahan olah karet yang bersih. Melalui UPPB, petani juga bisa berupaya meningkatkan hilirisasi dan serapan karet dalam negeri. Sebab, hampir semua industri memerlukan karet. Peluang pemanfaatan karet cukup besar, misalnya untuk balok sandaran kapal di pelabuhan.
”Harga karet di tingkat petani masih dapat ditingkatkan melalui program bahan olah karet bersih di UPPB. Perlu didorong upaya hilirisasi karet di tingkat UPPB dengan memanfaatkan teknologi tepat guna untuk menjadi bahan setengah jadi ataupun produk jadi,” tuturnya.
Harga karet di tingkat petani masih dapat ditingkatkan melalui program bahan olah karet bersih di UPPB. Perlu didorong upaya hilirisasi karet di tingkat UPPB dengan memanfaatkan teknologi tepat guna untuk menjadi bahan setengah jadi ataupun produk jadi.
Ketua Asosiasi UPPB Kalsel Agus Kharison mengatakan, pihaknya sudah bermitra dengan pabrik yang berani membeli karet dengan harga tinggi. Untuk wilayah Tanah Laut, Tanah Bumbu, dan Kotabaru, karet dijual ke pabrik di Batulicin. ”Penjualan kami ke pabrik di Batulicin rata-rata 300 ton per bulan,” ujarnya.
Jaenuri (45), petani karet dari Desa Karang Sari, Kecamatan Kusan Hulu, Tanah Bumbu, menyatakan tertarik bergabung dengan UPPB karena harga jual karet di UPPB lebih tinggi. Saat ini, harga karet di tengkulak bervariasi, mulai dari Rp 5.500 sampai Rp 7.000 per kilogram. ”Setiap minggu, kami rata-rata menjual 150 kilogram karet dari kebun seluas 2 hektar,” ucapnya.
Menurut Gubernur Kalsel Sahbirin Noor, sektor perkebunan menjadi salah satu prioritasnya untuk mewujudkan Kalsel maju dan terdepan. Saat ini, sekitar 20 persen perekonomian Kalsel bergantung pada pertambangan batubara. ”Kita terus berupaya bertransformasi dari sumber daya alam tak terbarukan ke sumber daya alam terbarukan,” katanya saat membuka kegiatan Temu Usaha UPPB.