Jumlah kasus penularan virus korona tipe baru terus bertambah. Sementara itu, angka kematiannya kini melampaui 1.000 orang. Wabah ini diperkirakan berakhir pada April.
Oleh
Antonius Tomy Trinugroho/Luki Aulia/Abdullah Fikri Ashri/Deonisia Arlinta Graceca Dewi
·4 menit baca
GENEVA, SELASA Korban meninggal akibat virus korona tipe baru melampaui angka 1.000 orang di China pada Selasa (11/2/2020). Organisasi Kesehatan Dunia memperingatkan bahwa epidemi ini menimbulkan ancaman bersifat global yang sangat serius. China terus bekerja keras untuk menangani penularan virus korona baru yang telah menginfeksi lebih dari 42.000 orang. Infeksi virus korona baru juga terjadi di lebih dari 20 negara di seluruh dunia.
Kemarin dilaporkan ada 108 kematian di China. Baru pertama kali angka kematian harian mencapai tiga digit sejak virus dilaporkan pada Desember 2019 di Wuhan, China. ”Dengan 99 persen kasusnya terjadi di China, wabah ini masih bersifat sangat darurat bagi negara itu, tetapi telah memberi ancaman sangat besar bagi seluruh dunia,” kata Kepala WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus di Geneva, Swiss.
Pemerintah China mengarantina puluhan juta orang di sejumlah kota. Beberapa negara telah melarang kedatangan dari China. Kemarin, jumlah total korban meninggal 1.016 orang. Meski jumlah kematian besar, tingkat kematian penyakit akibat virus korona baru relatif rendah, yaitu 2,4 persen. Sebagai perbandingan, sindrom pernapasan akut parah (SARS) dan sindrom pernapasan Timur Tengah (MERS) memiliki tingkat kematian masing-masing 10 persen dan 34 persen.
Penyebab SARS dan MERS juga virus korona, tetapi berbeda tipe dengan virus korona baru (2019-nCoV). Virus korona termasuk keluarga besar virus yang menyebabkan sakit, dari yang ringan seperti flu biasa hingga sakit serius dan mematikan. Ada tujuh jenis virus korona pada manusia, dari Alphacoronavirus hingga 2019-nCoV.
Dari tujuh jenis itu, baru Betacoronavirus dan 2019-nCoV yang memicu wabah. Betacoronavirus menyebabkan SARS dan MERS. Sementara itu, 2019-nCoV menyebabkan penyakit, yang sementara disebut sindrom pernapasan akut akibat virus korona tipe baru.
Fase baru penularan
Kasus pria Inggris yang menularkan virus korona baru kepada setidaknya 11 orang, meski ia tak pernah berada di China, menimbulkan kecemasan mengenai telah dimulainya fase baru penularan. Pria berusia 53 tahun itu, kemarin, mengatakan sudah pulih. Namun, ia tetap berada di ruang isolasi di rumah sakit di London.
Kasus penularan di luar China umumnya melibatkan mereka yang pernah berada di Wuhan. Namun, pria Inggris itu tertular ketika menghadiri konferensi di Singapura dan kemudian menularkannya ke beberapa rekan saat berlibur di Pegunungan Alpen di Perancis. Ia didiagnosis tertular saat pulang ke Inggris.
Tedros Adhanom mengatakan, arah wabah virus korona baru belum bisa diprediksi. ”Belakangan ada kasus penderita yang belum pernah pergi ke China,” ujarnya. Meski demikian, penasihat medis senior Pemerintah China, Zhong Nanshan, menyatakan, kemungkinan wabah berakhir April. Adapun puncak wabah diperkirakan terjadi pertengahan atau akhir Februari.
Keliru
Di Amerika Serikat, seorang warga negara itu yang dievakuasi dari Wuhan diizinkan keluar dari rumah sakit di San Diego, padahal terinfeksi virus korona baru. Diberitakan CNN, hal itu terjadi karena tes awal menunjukkan ia tak terinfeksi. Pasien ini tiba di AS pada minggu lalu di Pangkalan Udara Marinir dengan penerbangan dari Wuhan yang diadakan Departemen Luar Negeri AS.
Ia sempat dirawat di rumah sakit dengan tiga orang lain setelah menunjukkan gejala kemungkinan terinfeksi virus. Setelah tes awal memperlihatkan keempatnya tak terjangkit virus korona baru, mereka dibebaskan. Namun, menurut pejabat kesehatan setempat, orang itu akhirnya dikembalikan ke karantina federal selama 14 hari.
Negatif
Di Cirebon, Jawa Barat, setelah diobservasi seminggu di ruangan isolasi RSUD Gunung Jati, warga China, XC (25), diizinkan keluar, Selasa. Hasil pemeriksaan laboratorium memastikan pekerja seni ini negatif virus korona baru. Hal ini diumumkan Direktur Utama RSUD Gunung Jati Ismail Jamaludin serta Kepala Dinas Kabupaten Cirebon Eni Suhaeni.
Kekhawatiran XC terjangkit virus korona tipe baru muncul karena suhu tubuhnya ketika diperiksa 37,7 derajat celsius. Ia juga baru tiba dari Shanghai, China, serta berasal dari Hubei, provinsi tempat merebaknya virus korona baru. XC mendarat di Bandara Internasional Soekarno-Hatta di Tangerang, Banten, 1 Februari.
Pemeriksaan serum darah, apus hidung, dan tenggorokan, serta dahak XC dilakukan Laboratorium Virologi Puslitbang Biomedis dan Teknologi Dasar Kesehatan Kementerian Kesehatan. ”Hasilnya negatif. Pasien dijemput keluarga tadi pagi. Kondisinya sehat,” ujar Ismail. WHO memastikan Indonesia siap menghadapi penyebaran virus korona baru. Meskipun belum ada laporan kasus positif di Indonesia, pemerintah dinilai tetap harus sigap.
Data Kementerian Kesehatan per 10 Februari 2020 pukul 18.00 menyebutkan, ada 64 spesimen dari pasien dalam pengawasan yang diterima Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan. Dari jumlah itu, 62 spesimen menunjukkan hasil negatif. Sementara dua spesimen lain masih diperiksa. Spesimen berasal dari 16 provinsi.
Kepala Perwakilan WHO untuk Indonesia Navaratnasamy Paranietharan menyatakan, Indonesia memiliki kompetensi terstandar untuk menangani penularan virus korona baru. Kapasitas laboratorium yang dimiliki Indonesia sudah teruji. Maka, tak benar anggapan bahwa Indonesia tak mampu mendeteksi virus korona baru. (AFP/AP/REUTERS)