Internet kian menjadi bagian dari kehidupan manusia, termasuk di Indonesia. Tak hanya kian banyak, pengguna internet diyakini makin muda pula. Kian dini berinternet.
Oleh
·2 menit baca
Mengutip data Asosiasi Penyedia Jasa Internet Indonesia, warga negeri ini yang menggunakan internet, awal tahun 2019, sekitar 171,17 juta jiwa. Penduduk Indonesia saat itu diperkirakan 264,16 juta jiwa. Laporan penelitian ”Digital Wellbeing” yang dirilis Google bersama lembaga riset Fluent, tahun lalu, menyebutkan, satu dari tiga pengguna internet di Indonesia adalah anak-anak (Kompas, 11/2/2020).
Bahkan, diprediksi jumlah anak-anak dan remaja kurang dari 18 tahun yang mengenal dan memanfaatkan internet lebih banyak lagi. Dunia mengenal generasi baru, Alpha, terlahir setelah 2010, yang sejak dini bersentuhan dengan teknologi informasi, digital, telepon pintar, dan tentu internet. Mereka, seperti generasi Z (lahir pada 1995-2010), hidup dalam ”ketergantungan” pada internet dan teknologi digital.
Anak-anak dan remaja juga menyadari banyaknya manfaat internet, yang memudahkan kehidupan. Namun, seperti dilaporkan Kompas, Selasa lalu, sebanyak 83 persen orangtua di Indonesia khawatir anak-anaknya terpapar konten tak pantas atau berbahaya saat berselancar (browsing) di internet. Mereka juga bisa menjadi korban kejahatan siber.
Kekhawatiran orangtua itu bisa dipahami. Kasus kejahatan terkait informasi dan transaksi elektronik, yang menggunakan internet, sejak 2008 hingga kini terus meningkat. Antara 2017 dan 2019 saja, tercatat 6.895 orang diperiksa Polri. Kejahatan itu adalah penghinaan terhadap tokoh, penguasa, atau lembaga publik sekitar 38 persen; penyebaran tipuan (20 persen); ujaran kebencian (12 persen); dan tindakan lain (30 persen).
Kekhawatiran anak-anak terpapar konten negatif dari internet terjadi di negara lain pula. Uni Eropa mengampanyekan penggunaan internet aman pada 2004, yang dirayakan menjadi Hari Aman Berinternet Sedunia (Safer Internet Day), tiap 11 Februari. Kini tak kurang dari 160 negara, termasuk Indonesia, bersama-sama memperingati hari aman berinternet itu. Perayaan yang digelar sejak 2005 adalah peringatan agar konten negatif di internet tak merasuki warga dunia.
Tahun 2020, Google mengenalkan Program Tangkas Berinternet di Indonesia, yang mendorong anak-anak dan orangtua secara cerdas, cermat, tangguh, bijak, dan berani menggunakan internet. Ada kebaikan dan kemudahan di internet, tetapi ada juga bahaya. Orangtua dan publik harus bijak berinternet, serta mendampingi anak-anak secara benar dan tepat dalam memanfaatkan kemajuan teknologi itu.
Kesadaran memanfaatkan internet secara bijak bukan hanya tanggung jawab perusahaan berbasis digital, tetapi terlebih lagi pada masyarakat dan negara. Sayangnya, program berinternet positif itu belum menjadi prioritas pemerintah. Program itu masih sporadis, bergantung momen. Program literasi internet pun belum tersosialisasi melalui lembaga pendidikan dan di masyarakat. Padahal, tak hanya anak-anak, yang dewasa pun ingin berselancar tanpa waswas.