Warga Pasaman Barat Diduga Meninggal karena MERS-Cov
›
Warga Pasaman Barat Diduga...
Iklan
Warga Pasaman Barat Diduga Meninggal karena MERS-Cov
Seorang warga Pasaman Barat, Sumatera Barat yang baru pulang dari ibadah umrah dilaporkan meninggal diduga akibat virus korona sindrom pernafasan timur tengah atau MERS-CoV.
Oleh
·3 menit baca
PADANG, KOMPAS- Seorang warga Pasaman Barat, Sumatera Barat yang baru pulang dari ibadah umrah dilaporkan meninggal diduga akibat Virus Korona Sindrom Pernafasan Timur Tengah atau MERS-CoV. Dinas Kesehatan Pasaman Barat terus memantau kondisi kesehatan warga yang memiliki riwayat kontak dengan korban.
Kepala Dinas Kesehatan Pasaman Barat Jon Hardi saat dihubungi, Rabu, (12/2/2020) mengatakan warga berinisial S (55) yang berasal dari Jorong Langgam, Kecamatan Kinali, itu meninggal pada Jumat (7/2) pukul 15.00 di RSUD Pasaman Barat. Korban baru pulang dari umrah pada Kamis (6/2).
Sebelumnya korban sempat mendapatkan perawatan di rumah sakit Arab Saudi karena sakit dan kondisinya membaik. Namun tidak dideteksi korban terinfeksi MERS-CoV. Beberapa hari kemudian, korban kembali ke Indonesia dan mendarat melalui Bandara Internasional Minangkabau.
Dari Bandara Internasional Minangkabau (BIM), Padang Pariaman, korban langsung pulang ke rumahnya di Langgam. Namun, di rumah, korban mengalami gejala batuk, demam, dan sesak napas.
"Kami dapat telpon dari RSUD pada Jumat pukul 10.00. Ada pasien dengan gejala batuk, demam, dan sesak napas sepulang umrah. Tim dari dinas langsung turun dan ketemu gejala mirip Mers Cov," kata Jon.
Menurut Jon, tim dinas meminta agar pasien segera dirujuk ke Padang untuk pengecekan usap tenggorokan agar dapat pastikan penyakitnya. Namun, dokter di RSUD tidak mengizinkan karena kondisi pasien yang sangat lemah dan ditakutkan semakin parah selama di perjalanan.
Dinas kemudian meminta bantuan Dinas Kesehatan Provinsi Sumbar untuk mengirimkan peralatan pengecekan usap tenggorokan. Sayangnya, belum sampai dikirimkan peralatan, pasien sudah meninggal pada Jumat sore. Pengecekan pun tak dapat dilakukan.
Dinas melakukan penyelidikan terminologi terhadap keluarga dan orang yang pernah kontak dengan korban.
Meskipun demikian, kata Jon, dinas tetap melakukan tata laksana penyakit MERS-CoV. Sabtu (8/2), dinas melakukan penyelidikan terminologi terhadap keluarga dan orang yang pernah kontak dengan korban.
Setidaknya ada 12 orang yang pernah berkontak dengan korban. Separuhnya, sudah ditemukan dan tidak ditemukan gejala serupa. Namun, dinas tetap memantau kondisi kesehatan mereka. Sementara itu, dinas terus mencari separuh sisanya.
Jon mengatakan pihaknya tidak mengetahui mengapa korban lolos alat pemindai di bandara. "Pas lewat bandara lolos di alat pemindai. Tidak tahu pastinya kenapa bisa lewat apakah suhu tubuh sudah turun atau bagaimana. Pasien bisa sampai ke BIM lewat kemudian sampai di rumah. Di rumah, baru timbul kembali gejalanya," ujar Jon.
Kedatangan turun
Sementara dilaporkan di Batam, sejak maraknya wabah COVID-19, jumlah kedatangan penumpang internasional berkurang di pintu internasional di pelabuhan Batam, Kepulauan Riau. Pantauan di pintu kedatangan Harbour Bay, Batam, Rabu (12/2) malam, hanya ada sekitar belasan penumpang yang masuk ke Batam dari Singapura pada jadwal kedatangan terakhir pukul 21.30. Beberapa warga tampak menggunakan masker namun ada juga yang tidak mengenakan masker.
Asril (29), salah satu petugas penukaran uang di Harbour Bay, mengatakan, jumlah penumpang yang datang dalam dua minggu terakhir memang berkurang seiring maraknya wabah korona. Ia berpatokan pada jumlah penumpang yang menukarkan uang di tempatnya. "Berkurangnya sekitar sepertiga dibandingkan biasanya," kata Asril.
Sementara itu, Ardi (35), salah satu sopir taksi di Batam, mengaku, juga merasakan dampak wabah korona. Tidak hanya di Harbour Bay, berkurangnya jumlah penumpang juga ia rasakan di Batam Center. "Batam Center sekarang sepi. Ini berpengaruh ke jumlah penumpang yang kami antar-jemput," katanya.