Lima Hari Koma akibat Gigitan Ular, Anak Balita di Cirebon Butuh Bantuan
›
Lima Hari Koma akibat Gigitan ...
Iklan
Lima Hari Koma akibat Gigitan Ular, Anak Balita di Cirebon Butuh Bantuan
Hingga hari kelima dirawat di RSUD Gunung Jati, Kota Cirebon, Jawa Barat, Adila (4) belum sadarkan diri akibat gigitan ular jenis weling (”Bungarus candidus”).
Oleh
ABDULLAH FIKRI ASHRI
·3 menit baca
CIREBON, KOMPAS — Hingga hari kelima dirawat di Rumah Sakit Umum Daerah Gunung Jati, Kota Cirebon, Jawa Barat, Adila (4) belum sadarkan diri akibat gigitan ular jenis weling (Bungarus candidus). Keluarga berharap bantuan dari sejumlah pihak karena anak buruh bangunan dan asisten rumah tangga tersebut belum terdaftar sebagai peserta BPJS Kesehatan.
Adila masih terbaring koma di ruangan perawatan intensif anak di RSUD Gunung Jati, Rabu (12/2/2020) siang. Alat bantu pernapasan terpasang di mulutnya. Sejumlah botol infus juga terhubung dengan tubuhnya. ”Kondisinya masih begini, koma. Belum ada perkembangan,” ucap Rusmiati (24), ibu Adila.
Adila tidak sadarkan diri setelah dipatuk ular weling pada Jumat (7/2) sekitar pukul 23.30. Saat itu Rusmiati dan Mukmin (27), suaminya, terbangun mendengar tangisan Adila. Setelah diperiksa, seekor ular weling berwarna hitam menempel di betis Adila.
Saya enggak tahu penanganannya, cuma diikat kakinya dan disedot lukanya.
Ia pun menyingkirkan dan membunuh ular tersebut. Tempat tidur mereka tanpa dipan dengan lantai masih berupa semen dan tanah. Temboknya yang berupa semen dan batu bata dilapisi spanduk bekas. Di depan kamarnya terdapat seekor ayam dalam kandang serta tumpukan kayu.
”Saya enggak tahu dia digigit atau tidak. Saya tidurkan lagi, tetapi dia merintih kesakitan. Setelah diperiksa, tumitnya ada bekas gigitan, ada darahnya. Saya enggak tahu penanganannya, cuma diikat kakinya dan disedot lukanya,” kata Rusmiati.
Sabtu (8/2) dini hari Adila dibawa menggunakan sepeda motor ke Rumah Sakit Putera Bahagia, sekitar 3,5 kilometer dari rumahnya di Desa Pamengkang, Kecamatan Mundu, Kabupaten Cirebon. Pihak rumah sakit langsung merujuk pasien ke RSUD Gunung Jati.
Di tempat parkir RS, anak balita itu muntah, lalu sesak napas dan akhirnya tidak sadarkan diri hingga saat ini. Rusmiati berharap kondisi Adila segera membaik. ”Semoga ada bantuan. Tagihannya tadi sudah sekitar Rp 37 juta. Padahal, anak saya belum masuk BPJS Kesehatan. Kami baru mengurus dan bisa aktif 14 hari setelah berlaku,” ujar asisten rumah tangga ini.
Wakil Direktur Pelayanan Medik dan Perawatan RSUD Gunung Jati Siti Maria mengatakan, pihaknya berupaya maksimal untuk mengobati Adila, termasuk dengan pemberian serum anti-bisa ular (SABU). Namun, belum ada perubahan. ”Kami sedang koordinasi dengan Dinas Kesehatan Kabupaten Cirebon untuk dapat membiayai perawatan pasien,” katanya.
Tri Maharani, Review Adviser WHO Snakebite Envenoming Working Group, mengatakan, gigitan ular pada Adila termasuk kasus langka. ”Ini ular
Bungarus candidus khusus Cirebon. Hasil laboratorium, pembekuan darahnya normal, tetapi trombositnya menurun. Biasanya ular ini menyerang saraf dan akhirnya gagal pernapasan. Untuk riset venom-nya (bisa), belum ada di Indonesia, bahkan di dunia,” paparnya.
Menurut dia, penanganan pertama sangat menentukan untuk korban gigitan ular. Untuk kasus Adila seharusnya dilakukan imobilisasi, yakni membuat seluruh bagian kaki yang tergigit tidak bergerak, bukan mengikat kaki dan mengisap darahnya.
Caranya, seperti menangani kaki patah. Bisa ular cepat menyebar jika bagian tubuh yang digigit bergerak. Setelah itu, korban dibawa ke fasilitas kesehatan terdekat untuk diberikan SABU.
”Saya sudah konsultasi dengan ahli di Thailand dan Australia, kasus Adila tidak membutuhkan antibisa dari luar negeri. Namun, perlu identifikasi jenis venom-nya dengan memeriksa DNA ular. Kami terus berupaya untuk kesembuhan Adila,” ungkapnya.