Mundur Lagi akibat Korona, Nasib Atlet Nasional Menggantung
›
Mundur Lagi akibat Korona,...
Iklan
Mundur Lagi akibat Korona, Nasib Atlet Nasional Menggantung
Ajang ASEAN Paragames di Manila yang seharusnya digelar pada Maret 2020 kembali diundur karena ancaman virus korona. Penundaan yang kedua kali itu menyebabkan program pelatihan nasional berantakan.
Oleh
KELVIN HIANUSA
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Perhelatan ASEAN Para Games Manila 2020 kembali mundur. Ajang multicabang olahraga disabilitas se-Asia Tenggara itu kembali batal dilaksanakan pada Maret 2020 dengan alasan kewaspadaan terhadap virus korona. Ketidakpastian berlarut itu berimbas kepada nasib atlet nasional yang masih menjalankan pemusatan latihan nasional.
Filipina sebagai negara tuan rumah ASEAN Para Games kembali memundurkan pelaksanaan tanpa batas waktu. Pembatalan ini merupakan yang kedua kali setelah hal serupa terjadi pada Januari 2020.
Mundurnya pelaksanaan itu membuat nasib atlet nasional kembali menggantung. Persiapan mereka menjadi berantakan. Terlebih lagi, Kementerian Pemuda dan Olahraga (Kemenpora) telah menyarankan Komite Paralimpiade Nasional (NPC) untuk menghentikan pelatnas ASEAN Para Games. NPC diminta fokus kepada pelatnas Paralimpiade Tokyo 2020 karena terbatasnya dana pemerintah.
Salah satu atlet pelatnas atletik Nanda Mei Sholihah mengatakan, program latihan yang semula disiapkan untuk tampil di Januari sudah berantakan. Dengan kemungkinan dibubarkannya pelatnas, dia semakin pasrah untuk bisa tampil maksimal di ajang bergengsi tersebut.
Nanda kebingungan karena tidak termasuk atlet yang akan tampil di Paralimpiade, September nanti. Oleh karena itu, jika pelatnas ASEAN Para Games dibubarkan, program latihannya yang sudah dijalankan sejak tahun lalu akan percuma.
”Jelas keadaan ini memengaruhi banget program yang sudah disiapkan dari jauh-jauh kemarin. Akan tetapi, kalau memang yang diprioritaskan yang lain, ya aku si tidak apa-apa,” kata atlet yang tampil pada lomba lari 100 meter, 200 meter, dan 400 meter dalam klasifikasi T47 atau keterbatasan tubuh bagian atas tersebut saat dihubungi, Rabu (12/2/2020).
Perempuan yang kuliah di Solo itu bertekad menjalankan program latihan mandiri. ”Pelatih katanya mau mendampingi. Mungkin aku nanti minta program latihan saja kepada pelatih. Lebih mudah mungkin karena aku kuliah di sini,” ujarnya.
Atlet berusia 21 tahun ini tidak mau berhenti di tengah jalan. Dia bertekad membela Indonesia di ajang internasional. Hal itu untuk membalas kekecewaannya pada Asian Games 2018. Saat itu, Nanda gagal tampil beberapa hari menjelang lomba karena cedera kaki.
”Tidak mungkin, kan, sekarang berhenti gitu saja. Apalagi dari Filipina sendiri waktu pengundurannya belum ditentukan. Dengan laihan mandiri, nanti kalau tiba-tiba ada panggilan lagi, kan aku sudah siap juga,” ujarnya.
Menurut Sekretaris Kemenpora Gatot S Dewa Broto, ia menyarankan untuk fokus Paralimpiade karena belum ada kepastian waktu mundurnya ASEAN Para Games. Ditakutkan ajang itu mundur lebih lama dari perkiraan sehingga akan semakin membebani dana pelatnas milik NPC yang seharusnya diberikan kepada atlet-atlet Paralimpiade.
”Karena dipastikan lagi tidak bisa Maret, saya sarankan lebih baik konsentrasi Paralimpiade saja. Sebab, jumlahnya, kan, jauh berbeda. Lebih sedikit atlet yang tampil di Paralimpiade. Akan tetapi, itu semua tergantung kebijakan NPC,” kata Gatot.
Kemenpora menyebutkan, dana yang tersedia pada tahun ini untuk NPC hanya sekitar Rp 80 miliar. Uang itu seharusnya diperuntukkan bagi atlet-atlet yang tampil di Paralimpiade pada September 2020. Jika dibagi kepada pelantas ASEAN Para Games, uang hanya bisa bertahan sampai Maret.
Sebelumnya, Wakil Sekretaris Jenderal NPC yang juga koordinator ASEAN Para Games Rima Ferdiyanto menjelaskan tengah menggodok sejumlah pola solusi untuk menghadapi situasi ini. Jika pelatnas terpaksa dihentikan sementara, para atlet akan dipulangkan dulu dan dipanggil lagi setelah ada kepastian.