Puncak Wabah Virus Korona Diperkirakan Akhir Februari
›
Puncak Wabah Virus Korona...
Iklan
Puncak Wabah Virus Korona Diperkirakan Akhir Februari
Dalam 24 jam terakhir dilaporkan ada 108 orang yang meninggal akibat korona. Organisasi Kesehatan Dunia mengkhawatirkan jika virus korona tersebar luas di luar China, situasinya bisa jadi akan lebih parah.
Oleh
LUKI AULIA
·3 menit baca
GUANGZHOU, SELASA — Wabah korona di China akan mencapai puncak tertingginya pada pertengahan atau akhir Februari dan kemungkinan berakhir pada April mendatang. Ini dilihat dari jumlah kasus baru yang mulai turun di sejumlah daerah antara lain Provinsi Guangdong dan Zhejiang, China. Prakiraan itu disampaikan penasihat medis senior Pemerintah China, Zhong Nanshan (83), kepada kantor berita Reuters, Selasa (11/2/2020). Zhong adalah pakar epidemiologi yang berhasil memberantas wabah SARS pada tahun 2003.
”Tetapi, masalahnya, kita belum tahu kenapa virus ini mudah menjalar,” kata Zhong yang menemukan kesalahan-kesalahan dalam sistem tanggap darurat China ketika terjadi krisis SARS pada tahun 2002-2003 itu.
Upaya pemerintah menutup akses masuk keluar sejumlah daerah yang terinfeksi korona, terutama Wuhan, kota pertama korona ditemukan, dinilai Zhong langkah tepat. Virus korona diduga pertama kali datang dari pasar ikan di Wuhan, awal Desember lalu. Kini jumlah kematian akibat virus korona di China bertambah menjadi 1.016 orang dari 42.638 kasus yang terkonfirmasi korona.
Dalam 24 jam terakhir saja dilaporkan ada 108 orang yang meninggal akibat korona. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengkhawatirkan jika virus korona tersebar luas di luar China, situasinya bisa jadi akan lebih parah. Sampai saat ini tercatat 319 kasus terkonfirmasi korona di 24 negara dengan dua kasus kematian di Hong Kong dan Filipina. Meski sebagian perkantoran dan pertokoan di China sudah buka, warga memilih tetap berada di rumah agar tidak tertular.
Meski tercatat ada penurunan jumlah kasus baru, menurut Direktur Jenderal Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) Tedros Adhanom Ghebreyesus, wabah korona ini tetap merupakan ancaman berbahaya bagi dunia. ”Menghentikan wabah dan menyelamatkan nyawa menjadi prioritas kita dan ini harus dilakukan bersama-sama. Kita belum bisa memprediksikan kemana arah wabah ini karena belakangan ada kasus penderita yang kena korona yang belum pernah ke China,” ujarnya.
Sampai sekarang belum ada vaksin khusus atau perawatan khusus yang bisa dilakukan untuk menangani penderita virus ini. Sejumlah perusahaan dan institusi di Australia, China, Perancis, Jerman, dan Amerika Serikat sedang berlomba-lomba mengembangkan vaksin yang membutuhkan waktu hingga bertahun-tahun.
Selain mencari vaksin, di sisi lain Pemerintah China makin memperketat pembatasan akses keluar masuk dan pergerakan warga di Wuhan. Warga Wuhan yang sakit tidak diperbolehkan berobat ke rumah sakit di luar wilayahnya. Mereka hanya boleh berobat di klinik terdekat. Sebelumnya, pemerintah telah menutup dan mengarantina kompleks-kompleks perumahan di pusat kota sejak 23 Januari lalu.
Ancam perekonomian
Meski akibat wabah korona ini banyak bisnis pertokoan dan perkantoran yang terpaksa tutup, Presiden China Xi Jinping tetap yakin wabah itu tidak akan mengguncang perekonomian China. Hanya saja, hal itu bisa dihindari jika masyarakat tetap mematuhi perintah Partai Komunis. ”Landasan pembangunan ekonomi jangka panjang China tidak berubah dan wabah ini tidak akan mengganggu perekonomian kita,” kata Xi.
Namun, sedikitnya 300 perusahaan China diketahui tengah mencari pinjaman dari bank dan jumlahnya mencapai sekitar 8,2 miliar dollar AS. Pinjaman ini digunakan untuk menutup kerugian akibat kebijakan pemerintah yang menutup dan mengisolasi beberapa kota terinfeksi, pabrik yang tutup, dan jalur perdagangan yang terganggu. Beberapa perusahaan yang mengajukan pinjaman antara lain perusahaan pengiriman makanan Meituan Dianping dan perusahaan teknologi komunikasi Xiaomi Corp. (REUTERS/AFP/AP/LUK)