RSUP Sanglah Unjuk Kesiapan Tangani Kasus Infeksi Virus Korona
›
RSUP Sanglah Unjuk Kesiapan...
Iklan
RSUP Sanglah Unjuk Kesiapan Tangani Kasus Infeksi Virus Korona
WHO sudah mengumumkan virus korona jenis baru sebagai situasi kedaruratan kesehatan yang meresahkan dunia per 30 Januari 2020. Kondisi ini memerlukan kesiapsiagaan untuk mengantisipasi kemungkinan penyebarannya di Bali.
Oleh
COKORDA YUDISTIRA M PUTRA
·3 menit baca
DENPASAR, KOMPAS — Sebagai salah satu rumah sakit rujukan untuk menangani pasien dengan kasus infeksi akibat virus korona jenis baru, Rumah Sakit Umum Pusat Sanglah di Denpasar, Bali, menunjukkan kesiapannya dengan menggelar simulasi penanganan pasien yang dicurigai terinfeksi. Sampai saat ini, Bali masih dinyatakan bebas dari masuknya virus korona jenis baru yang sudah menjadi perhatian global dan dinyatakan sebagai situasi kedaruratan kesehatan yang meresahkan.
Direktur Medik dan Keperawatan RSUP Sanglah I Ketut Sudartana menerangkan, simulasi bertujuan mengingatkan dan menyiapkan seluruh petugas medis, sarana dan prasarana, serta kesiagaan tindakan medis di rumah sakit dalam menerima dan menangani kasus kedaruratan ataupun wabah penyakit. ”Simulasi ini menunjukkan rumah sakit siap, baik dari sisi medis, paramedis, maupun sarana dan prasarananya,” kata Sudartana di RSUP Sanglah, Rabu (12/2/2020).
Simulasi diawali dengan kedatangan seorang pasien yang mengeluh sakit dengan gejala demam tinggi, batuk, dan sesak napas ke Instalasi Gawat Darurat RSUP Sanglah. Petugas penerima pasien memberikan masker bedah untuk menutup mulut dan hidung kepada pasien dan meminta pasien menunggu di luar IGD. Petugas berkoordinasi dengan kepala instalasi dan paramedis IGD terkait kedatangan pasien tersebut.
Pihak IGD berkoordinasi dengan pihak Ruang Nusa Indah RSUP Sanglah untuk menyiapkan ruang perawatan isolasi sambil menerima pasien yang dicurigai terinfeksi virus korona jenis baru itu ke ruang isolasi IGD. Pasien lalu diperiksa dan diwawancarai mengenai kondisinya dan riwayat kesehatannya sebelum pasien dipindahkan ke Ruang Nusa Indah untuk ditangani lebih intensif. Petugas memindahkan pasien itu ke ruang perawatan isolasi Ruang Nusa Indah RSUP Sanglah dengan menggunakan mobil ambulans.
Ketua Komite Keselamatan dan Kesehatan Kerja Rumah Sakit di RSUP Sanglah I Gusti Bagus Ken Wirasandhi mengatakan, rumah sakit, termasuk RSUP Sanglah, sudah memiliki prosedur dan protokol penanganan kasus menular, misalnya, SARS, MersCov, dan flu burung. ”Saat ini penyakit akibat virus korona menjadi perhatian serius sehingga kami di RSUP Sanglah juga harus mengantisipasi dengan menyiapkan prosedur penanganannya,” kata Wirasandhi.
Secara terpisah, Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Bali Ketut Suarjaya menyebutkan terdapat tiga rumah sakit rujukan penanganan kasus infeksi akibat virus korona jenis baru, yakni RSUP Sanglah di Denpasar, RS Tabanan di Tabanan, dan RS Sanjiwani di Gianyar. Selain ketiga rumah sakit itu, ujar Suarjaya, sejumlah rumah sakit swasta di Denpasar dan Badung juga memiliki fasilitas dan paramedis yang mampu menangani pasien dengan kasus infeksi akibat virus korona sebelum merujuk ke tiga rumah sakit rujukan tersebut.
Suarjaya menambahkan, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) sudah mengumumkan virus korona jenis baru (2019-nCov atau COVID-19) sebagai situasi kedaruratan kesehatan yang meresahkan dunia sejak 30 Januari 2020. Di sisi lain, Bali merupakan destinasi internasional yang memiliki penerbangan langsung ke sejumlah negara yang sudah terkonfirmasi ditemukan kasus infeksi akibat virus korona jenis baru itu.
Kondisi itu, menurut Suarjaya, memerlukan kesiapsiagaan Bali untuk mengantisipasi kemungkinan penyebaran virus korona di Bali. ”Kesiapan pihak rumah sakit menjadi bagian penting dalam kesiapsiagaan daerah,” kata Suarjaya kepada Kompas.
Dihubungi terpisah, Managing Director PT Pengembangan Pariwisata Indonesia (Indonesia Tourism Development Corporation/ITDC) Nusa Dua, Bali, I Gusti Ngurah Ardita mengungkapkan, mewabahnya penyakit akibat virus korona jenis baru berdampak terhadap keterisian kamar hotel di hotel-hotel di kawasan Nusa Dua. Ardita menyebutkan, sejak penyakit tersebut mewabah di China mulai Januari 2020, hotel di kawasan Nusa Dua juga mulai menerima pembatalan pemesanan kamar.
Lebih lanjut, Ardita mengatakan, pemerintah bersama seluruh pemangku kepentingan terkait industri pariwisata, khususnya di Bali, harus bersinergi dan bersama-sama mencari solusi atas dampak dari mewabahnya penyakit infeksi akibat virus korona itu.
Ardita mengusulkan agar kalangan pariwisata dan pengusaha di Bali mengadakan promosi bersama, atau great sale, dan atraksi yang bertujuan menarik kunjungan wisatawan Nusantara ke Bali. ”Potensi wisatawan Nusantara ini besar dan Bali harus menggarapnya dengan maksimal di tengah situasi global sekarang,” kata Ardita.