Antisipasi terhadap virus korona jenis baru terus dilakukan sejumlah daerah di Indonesia, termasuk Nusa Tenggara Barat. Di daerah, antisipasi lewat penapisan terhadap wisatawan mancanegara yang masuk melalui jalur laut.
Oleh
ISMAIL ZAKARIA
·3 menit baca
TANJUNG, KOMPAS - Antisipasi terhadap virus korona jenis baru terus dilakukan sejumlah daerah di Indonesia, termasuk Nusa Tenggara Barat. Di daerah ini, antisipasi dilaksanakan dengan melakukan penapisan terhadap wisatawan mancanegara yang masuk melalui jalur laut. Sejauh ini, belum ditemukan wisatawan yang diduga terinfeksi virus korona jenis baru tersebut.
Penapisan dilakukan di Pelabuhan Bangsal, Kecamatan Pemenang, Kabupaten Lombok Utara. Pelabuhan Bangsal yang berada sekitar 28 kilometer utara Mataram, ibu kota Nusa Tenggara Barat (NTB), merupakan pelabuhan penyeberangan bagi wisatawan yang akan menuju kawasan tiga gili (Trawangan, Meno, Air).
Selain kapal penyeberangan umum, pelabuhan itu juga menjadi tempat kapal cepat dari Bali menaikkan penumpang, terutama wisatawan mancanegara (wisman).
Pantauan Kompas pada Rabu (12/2/2020), tim gabungan dari Kantor Kesehatan Pelabuhan Kelas II Mataram Wilayah Kerja Pemenang, Dinas Kesehatan Lombok Utara, Syahbandar Pemenang, TNI Angkatan Laut, dan kepolisian telah berada di dermaga Pelabuhan Bangsal sejak pukul 10.30 Wita.
Tidak jadi masalah. Kami sangat mendukung pemeriksaan ini. Apalagi demi kebaikan bersama. Semoga tidak sampai ada kasus.
Sekitar pukul 11.00 Wita, sejumlah kapal cepat (fastboat) dari Bali dengan penumpang yang didominasi wisman mulai berdatangan. Setelah mendapat izin dari kapten kapal, tim gabungan langsung masuk ke kapal. Sebelum mulai melakukan thermal screening, mereka memberikan permakluman kepada wisatawan.
Proses penapisan dilakukan dengan alat pengukur suhu tubuh seperti pistol. Alat tersebut diarahkan ke bagian kening wisatawan pada jarak tertentu dan secara otomatis membaca suhu tubuh.
Kooperatif
Seperti halnya kapten kapal dan anak buah kapal, wisatawan juga bersikap kooperatif. Mereka mengikuti proses dengan santai. Beberapa di antara mereka memang terlihat khawatir dan menanyakan apakah penapisan karena ada kasus. Setelah mendapat jawaban dari petugas bahwa belum ada kasus di Lombok dan kegiatan itu sebagai langkah antisipasi, mereka terlihat lega.
”Tidak jadi masalah. Kami sangat mendukung pemeriksaan ini. Apalagi demi kebaikan bersama. Semoga tidak sampai ada kasus,” kata nakhoda Ostina 03, Eko Hadi.
Salah satu anggota tim gabungan Salim Asmuni Jamal dari Kantor Kesehatan Pelabuhan Kelas II Mataram Wilayah Kerja Pemenang mengatakan, sesuai prosedur standar operasi (SOP), selain menggunakan pemindai suhu, mereka juga melihat indikasi virus korona berdasarkan gejala yang telah ditetapkan.
”Kalau ada indikasi, langsung kami karantina dan dirujuk ke rumah sakit yang telah ditentukan. Setelah itu, akan ada pemeriksaan laboratorium untuk hasil yang lebih valid,” kata Salim.
Koordinator Kantor Kesehatan Pelabuhan Kelas II Mataram Haerul Yamin mengatakan, sejak dimulai pada Senin (10/2/2020) hingga Rabu, hasil penapisan menunjukkan kondisi aman. Belum ada wisatawan yang terindikasi.
”Semoga seperti itu terus kondisinya. Tidak muncul kasus. Tugas kita bersama untuk menjaganya. Jangan sampai ada kasus yang bisa berdampak pada Lombok, terutama sektor pariwisata yang baru bangkit lagi pascagempa 2018,” tutur Haerul.
Menurut Haerul, penapisan merupakan bentuk kewaspadaan terhadap penyebaran virus korona jenis baru. Selain di pelabuhan, pintu masuk lain seperti Bandara Internasional Lombok juga melakukan hal serupa, bahkan lebih ketat dengan alat pemindai suhu otomatis.
Wisatawan yang akan ke Gili menjadi salah satu fokus mengingat kawasan tiga gili merupakan ikon pariwisata di Lombok. ”Jadi, sesuai arahan syahbandar, semua kapal cepat dari Bali yang akan ke gili, ke Bangsal terlebih dahulu untuk pemeriksaan,” ujar Haerul.
Ia mengatakan, penapisan akan terus dilakukan. Ia belum bisa memastikan batas waktu kegiatan tersebut. Mereka terlebih dahulu harus menunggu keputusan dari pihak berwenang, misalnya Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), jika kondisi sudah aman.