Generasi muda kini cenderung tidak memandang kepemilikan rumah atau kendaraan sebagai prioritas utama. Efisiensi tenaga dan keterjangkauan dalam beraktivitas justru menjadi yang utama.
Oleh
ERIKA KURNIA
·3 menit baca
Lembaga riset Alvara Research Center dalam laporan ”Indonesia and Millennial Report 2020: The Battle of Our Generation” menyebutkan, mengutamakan keterjangkauan daripada kepemilikan barang menjadi salah satu perilaku utama generasi milenial di Indonesia. Hal itu ditemukan dalam survei terhadap 1.204 responden di lima kota.
Tammi (28) salah satu contohnya. Karyawan swasta asal Bogor yang berkantor di kawasan Jalan Jenderal Sudirman, Jakarta Pusat, itu belum memandang memiliki mobil atau rumah sebagai hal yang penting.
Untuk beraktivitas sehari-hari, ia memilih indekos di Jakarta Barat dan menggunakan transportasi daring atau massal untuk bepergian. Pilihan itu dinilai lebih ”manusiawi” daripada harus memakai kendaraan pribadi dan pergi-pulang ke rumahnya di Bogor.
”Dengan tinggal di Jakarta, energi dan waktu yang dihabiskan untuk bepergian jadi lebih sedikit,” ujarnya kepada Kompas, Kamis (13/2/2020).
Dengan pola hidup saat ini, ia hanya menghabiskan rata-rata 16 persen pendapatan untuk membiayai transportasi dan sewa kos. Pengeluaran itu ia hitung lebih ”meringankan dompet” daripada harus membiayai perawatan dan bahan bakar jika memiliki kendaraan pribadi.
Pilihan serupa diambil Sonia Alina (34), perantau yang telah 11 tahun bekerja di Jakarta. ”Sejak pertama kali tinggal di Jakarta, terus ngeliat keruwetan dan konsumsi waktu yang dibutuhkan untuk pergi ke mana aja, opsi punya rumah dan kendaraan memang enggak masuk dalam rencana keuangan,” ucapnya.
Menurut dia, biaya sewa tempat tinggal sementara dan membeli rumah lebih kurang sama. Namun, dengan alasan kemudahan akses untuk pergi ke kantor dan lokasi lain, hal itu membuatnya lebih senang menyewa apartemen yang hanya 10 menit jalan kaki dari kantornya.
Kemajuan teknologi
Teknologi dan internet dinilai sebagai faktor yang mengubah perilaku kaum milenial saat ini. Kemajuan teknologi mengubah perilaku generasi yang lahir pada periode 1981-1997. Menurut Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) 2017, jumlah mereka saat ini mencapai 33,75 persen (88 juta jiwa) dari total penduduk Indonesia.
Menurut riset Alvara, bentuk abainya kaum milenial atas kepemilikan barang salah satunya pada kendaraan bermotor. Fenomena ini dipicu bertumbuhnya transportasi daring yang semakin besar. Sejalan dengan survei Cermati.com pada 2017, proporsi penggunaan transportasi daring dalam keseharian mencapai 53,9 persen.
Sementara itu, berdasarkan survei yang dilakukan terhadap 6.904 responden di Indonesia tersebut, penggunaan transportasi luring mencapai 67,3 persen. Sebagian di antaranya menggunakan kendaraan umum dan sebagian lagi kendaraan pribadi.
Kaum milenial juga dinilai mengabaikan kepemilikan rumah sebagai hunian tetap. Kebutuhan yang semakin beragam, diikuti harga properti yang semakin tinggi, berimplikasi pada kemampuan mereka untuk membeli rumah.
Berdasarkan survei IDN Research Institute 2019, sekitar 65 persen kaum milenial Indonesia belum memiliki rumah. Sementara hanya 35,1 persen kaum milenial yang telah memiliki rumah. Rumah itu didapat dengan cara kredit (50,2 persen) daripada tunai (49,8 persen).