Antisipasi Dampak Ekonomi Corona
Akibat wabah virus COVID-19 atau Corona, perekonomian di China melemah 1,2 hingga 1,8 persen. Indonesia pun mengantisipasi dengan mendorong penguatan konsumsi masyarakat dan percepatan belanja serta konsumsi.
JAKARTA, KOMPAS - Dampak mewabahnya virus COVID-19, perekonomian di China melemah 1,2 sampai 1,8 persen. Mengantisipasi dampaknya pada pertumbuhan ekonomi di Indonesia, pemerintah mendorong penguatan konsumsi masyarakat dan percepatan belanja pemerintah.
Untuk itu, belanja-belanja bantuan sosial dicairkan lebih cepat oleh pemerintah. Alokasi anggaran untuk program-program padat karya pun didorong untuk disalurkan sesegera mungkin.
Kepala Staf Kepresidenan Moeldoko menyebutkan pemerintah terus memantau gangguan pertumbuhan China akibat wabah virus COVID-19. Sejauh ini, Pemerintah China memprediksi penurunan pertumbuhan ekonomi 1,2-1,8 persen. Hal ini tentu akan berpengaruh ke negara-negara lain, demikian juga Indonesia.
Baca Juga: Virus Korona dan Globalisasi
"Untuk menyiasati itu pemerintah telah mengantisipasi. Di antaranya pengarahan Presiden sangat klir supaya belanja di kementerian dipercepat, jangan ada yang lambat, gelontorkan PKH (program keluarga harapan) termasuk BPNT (bantuan pangan nontunai) sehingga bisa menghidupkan konsumsi di bawah"
"Untuk menyiasati itu pemerintah telah mengantisipasi. Di antaranya pengarahan Presiden sangat klir supaya belanja di kementerian dipercepat, jangan ada yang lambat, gelontorkan PKH (program keluarga harapan) termasuk BPNT (bantuan pangan nontunai) sehingga bisa menghidupkan konsumsi di bawah," tutur Moeldoko di Kompleks Istana Kepresidenan, Jakarta, Kamis (13/2/2020).
Plt Kepala Badan Kebijakan Fiskal Kementerian Keuangan Arif Baharudin menambahkan, saat ini, bantuan sosial sudah dicairkan Rp 13,2 triliun. Adapun dana desa saat ini sudah dikucurkan Rp 565 miliar atau naik 263 persen dari periode sama 2019. Jumlah desa yang disalurkan dana desa juga sebanyak 1.379 atau naik 56 persen dari periode 2019.
"Kita berusaha menjaga konsumsi masyarakat. Kami juga mendorong percepatan belanja padat karya terutama belanja infrastruktur," kata Arif.
Selain itu, sebagai stimulan, juga diterapkan penajaman KUR dan perluasan sasaran. Plafon pinjaman juga dinaikkan. Harapannya, kegiatan konsumsi dan ekonomi berjalan baik.
Adapun Staf Ahli Kementerian Koordinator Perekonomian Edi Pambudi menilai peluang harus bisa dicari. Konsumsi menjadi salah satu peluang itu karena meskipun di kuartal keempat 2019, kendati pertumbuhan ekonomi tidak mencapai 5 persen, kontribusi konsumsi mencapai 57 persen. Konsumsi tertinggi pada makanan minuman (22 persen), transportasi komunikasi (12,8 persen), perumahan dan perlengkapan rumah tangga (7 persen), restoran dan hotel (5 persen), serta pakaian, alas kaki, dan jasa perawatan (dua persen).
"Karena itu kita tawarkan untuk memengaruhi pola konsumsi yang puncaknya di hari besar keagamaan, untuk merangsang konsumsi tumbuh, tidak hanya di makanan minuman tapi juga di pariwisata misalnya," tutur Edi.
Terkait penurunan volume impor dari China, Direktur Kepabeanan Internasional dan Antarlembaga Kementerian Keuangan Syarif Hidayat menilai hal ini lebih karena penurunan kegiatan saat libur Tahun Baru Imlek. Impor dari China, menurut Syarif, masuk ke Indonesia melalui enam pelabuhan di China. Namun, justru dari dua pelabuhan yang terdekat dengan Kota Wuhan, volume impor Indonesia malah meningkat.
Terkait potensi kerugian di sektor pariwisata akibat virus COVID-19, Deputi Bidang Kebijakan Strategis Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif R Kurleni Ukar mengatakan, pihaknya masih menghitungnya. Berkaca pada 2019 dengan dua juta turis China sehingga kemungkinan kerugian mencapai Rp 40 triliun. Kendati demikian, ketika turis dari beberapa negara lain juga memilih berlibur di negerinya sendiri, kemungkinan kerugian menjadi bertambah.
Untuk itu, Kemenparekraf mendorong dibukanya pasar-pasar wisata baru terutama untuk wisatawan domestik termasuk mengimbau kementerian/lembaga untuk melakukan perjalanan dan rapat-rapat di destinasi wisata.
Diobservasi Sehat
Sementara itu, sebanyak 238 WNI dari Wuhan China yang diobservasi di Natuna sejauh ini dinyatakan sehat. Waktu karantina bagi mereka kini tersisa dua hari lagi.
Hal ini disampaikan Panglima TNI Marsekal Hadi Tjahjanto kemarin, di depan ratusan personel TNI-Polri dan unsur terkait yang tergabung dalam Satgas Komando Tugas Gabungan Terpadu (Kogasgabpad) Operasi Bantuan Kemanusiaan Natuna yang melaksanakan observasi 238 WNI di Lanud Raden Sadjad, Natuna, Kepulauan Riau. ”Ini sesuai dengan prosedur kesehatan standar WHO terkait dengan virus corona,” kata Hadi.
"WNI yang dibawa dari Wuhan ke Indonesia sesuai aturan standar WHO telah diseleksi dan dinyatakan sehat. Namun ada satu ketentuan dari WHO harus dipenuhi karena masa inkubasi 14 hari. Sesuai perhitungan, dua hari lagi operasi kemanusiaan ini selesai"
WNI yang dibawa dari Wuhan ke Indonesia sesuai aturan standar WHO telah diseleksi dan dinyatakan sehat. Namun ada satu ketentuan dari WHO harus dipenuhi karena masa inkubasi 14 hari. Sesuai perhitungan, dua hari lagi operasi kemanusiaan ini selesai.
Baca Juga: Kematian Virus Korona Baru Melebihi SARS
Hadi juga mengapresiasi Satgas Komando Tugas Gabungan Terpadu (Kogasgabpad) Operasi Bantuan Kemanusiaan Natuna yang mengobservasi 238 WNI tersebut. “Sampai hari ke-12 proses observasi terlihat sinergi antara Personel TNI-Polri termasuk BNPB, Kemenkes, aparat pemerintah daerah Kab. Natuna,” kata Hadi.
Kogasgabpad Operasi Bantuan Kemanusiaan hanya butuh waktu kurang dua hari untuk mempersiapkan dan melaksanakan operasi kemanusiaan yang baru pertama kali dilaksanakan di Indonesia yang sesuai dengan standar kesehatan dunia WHO. Fasilitas yang diperlukan mulai dari perlengkapan mengangkut dari Jakarta menuju Natuna yang jaraknya cukup jauh mempersiapkan segala sesuatunya membuat parameter menggelar pasukan untuk pengamanan wilayah observasi.