Meski kecewa dengan penundaan ASEAN Para Games 2020, para atlet tetap semangat berlatih sambil menantikan kelanjutan pelatnas.
Oleh
ERWIN EDHI PRASETYA
·4 menit baca
SOLO, KOMPAS - Para atlet pelatnas kecewa namun bisa memahami kondisi yang memaksa penundaan penyelenggaraan ASEAN Para Games 2020 karena berjangkinya wabah virus korona di Filipina. Mereka tetap menjaga semangat berlatih sehingga siap bertanding bila sewaktu-waktu ajang olahraga bagi atlet penyandang ditabilitas se-Asia Tenggara itu digelar.
Ni Nengah Widiasih (27), atlet angkat berat, tak memungkiri penundaan ASEAN Para Games untuk kedua kalinya ini mengecewakan. Sebelumnya, ajang ini telah ditunda dari Januari ke Maret. Apalagi, penundaan diumumkan ketika sudah mendekati waktu pertandingan. Meski demikian, Widi mengaku mengambil sisi positif penundaan ASEAN Para Games di Filipina.
"Gimana ya, karena kondisinya seperti ini ya mau nggak mau harus ikhlas saja. Yang kita lawan ini kan virus, penyakit yang berbahaya. Jadi penundaan ini adalah langkah yang terbaik supaya kita menghindari terinfeksi virus juga, enggak apa-apa. Saya sendiri tetap konsisten, saya tetap semangat latihan,” katanya di sela-sela latihan bersama tim angkat berat di Solo, Jawa Tengah, Rabu (12/2/2020).
Widi mengaku kini mengalihkan fokus latihan untuk menghadapi Paralimpiade Tokyo 2020 karena ASEAN Para Games ditunda hingga batas waktu yang tidak ditentukan. Padahal, dia masih harus mengumpulkan poin agar bisa lolos berlaga di Paralimpiade.
“Saya tidak mau terganggu dengan tertundanya ASEAN Para Games jadi sekarang saya fokus untuk Tokyo, bukan lagi Filipina. Kalau ASEAN para Games terpaksa ditunda, ya sudah tidak apa-apa, kalau itu yang terbaik,” ujarnya.
Di tempat terpisah, sprinter Kharisma Evi Tiarani (19), mengaku terkejut dengan kabar penundaan ASEAN Para Games, karena sebelumnya sudah ditunda. Namun, dia tidak patah semangat dan melanjutkan program latihan untuk menghadapi ajang Paralimpiade Tokyo.
“Target medali ASEAN Para Games dan Paralimpiade tetap harus terpenuhi dua-duanya. Sekarang saya mengikuti saja rencana program latihan dari pelatih,” katanya.
Pelatih kepala atletik Slamet Widodo mengatakan, secara umum para atlet merasa kecewa dengan penundaan ASEAN Para Games, tetapi mau tidak mau harus menerima kondisi tersebut karena penundaan disebabkan wabah virus korona yang sudah menjadi persoalan global. “Kami juga tidak berani ambil risiko, misalnya tetap dijalankan kita sendiri merasa was-was karena yang kita hadapi ini tidak kelihatan tapi nyata,” tuturnya.
Slamet mengatakan, program latihan untuk sementara dijalankan seperti biasa sambil menunggu instruksi kelanjutan pelatnas. Jika pelatnas dihentikan sementara, maka atlet akan dipulangkan. Atlet selanjutnya diminta bergabung dengan program pelatda provinsi yang dilaksanakan untuk menghadapi Pekan Paralimpiade Nasional (Peparnas). Para atlet bakal dibekali program latihan untuk dijalankan di daerah asal masing-masing.
“Kami akan memberikan bekal program supaya bisa disesuaikan latihannya,” katanya.
Slamet optimistis cabor atletik tetap akan dapat menyumbangkan medali sesuai target, yaitu 31 medali emas. Meski demikian, pihaknya akan melakukan evaluasi target perolehan medali berdasarkan perkembangan latihan berikutnya menjelang pelaksanaan ASEAN Para Games.
Pemulangan atlet diakuinya akan berpengaruh pada performa atlet. Karena itu, untuk meminimalkan agar performa atlet tidak turun drastis mereka diminta bergabung dalam latihan pelatda. “Sehingga ketika dipanggil lagi dalam kondisi lebih siap, tinggal pemulihan supaya peak performance kembali lagi," ujarnya.
Pelatih kepala angkat berat Coni Ruswanto mengatakan, para atlet diminta tetap bersemangat karena ASEAN Para Games hanya ditunda bukan dibatalkan. Jika sewaktu waktu wabah virus korona mereda ASEAN Para Games akan digelar sehingga atlet dalam kondisi siap tanding. “Program latihan dibuat seperti biasa saja. Nanti kalau sudah ada kepastian, baru kita genjot fisik lagi,” ujarnya.
Menurut Coni, saat ini program latihan masih dalam tahap persiapan khusus. Para atlet diminta tetap berlatih dan menjaga performa fisik jika nantinya dipulangkan sementara ke daerah masing-masing. Mereka juga diminta bergabung dengan latihan program pelatda Peparnas. Pihaknya akan memonitor latihan yang dijalani atlet di daerah dengan cara atlet wajib mengirimkan video saat latihan setiap hari. “Saya yakin di setiap daerah ada pelatda untuk menghadapi Peparnas di Papua,” katanya.
Cabor angkat berat berencana mengirimkan 14 atlet di ajang ASEAN Para Games 2020 dengan target 5 medali emas. Dua atlet diproyeksikan berlaga di ajang Paralimpiade.
Wakil Sekretaris Jenderal NPC Indonesia Rima Ferdianto mengatakan, sesuai perencanaan semula, anggaran yang tersedia saat ini hanya untuk perpanjangan pelatnas hingga 16 Maret 2020. Sesuai rencana itu, pada 17 Maret atlet diberangkatkan ke Filipina. Dengan penundaan kedua ini, dana untuk perpanjangan pelatnas belum dianggarkan. Adapun kebutuhan anggaran pelatnas ASEAN para Games mencapai Rp 10 miliar per bulan.
"Kami menunggu kebijaksanaan dari Kemenpora. Nanti kita tinggal adaptasi untuk kebutuhan dana yang bisa disediakan Kemenpora berapa, idealnya berapa, itu harus ada titik temunya," katanya.