logo Kompas.id
Eks IS
Iklan

Eks IS

Bom bunuh diri yang dilakukan franchise "Islamic State of Iraq and Syria" atau SI, di Indonesia, bukan tidak mungkin meningkat jika veteran IS asal Indonesia kembali. Kewaspadaan pada aksi terorisme perlu ditingkatkan.

Oleh
Azyumardi Azra
· 4 menit baca
https://cdn-assetd.kompas.id/5zGPqonQfg9rADEZvovpud0dzd8=/1024x1324/filters:watermark(https://cdn-content.kompas.id/umum/kompas_main_logo.png,-16p,-13p,0)/https%3A%2F%2Fkompas.id%2Fwp-content%2Fuploads%2F2018%2F09%2Fkompas_tark_26493041_53_1_1538021282.jpeg
KOMPAS/HENDRA A SETYAWAN

Azyumardi Azra

Mungkin juga, tidak terlalu tepat istilah ”eks IS” atau ”eks ISIS” atau ”Islamic State of Iraq and Syria”, yang sering disingkat sebagai ”IS” atau ”Da’Is” (bahasa Arab Dawlah Islamiyah) untuk menyebut orang asal Indonesia yang pernah bergabung dengan IS. Mereka tengah ramai dibicarakan apakah diterima untuk kembali ke Indonesia atau ditolak, dibiarkan saja di tempat mereka ”terdampar” di wilayah yang pernah dikuasai IS, di penampungan, atau di tahanan negara lain, seperti Suriah, Jordania, dan Turki.

Alasannya sederhana, bisa saja ada orang, termasuk yang sebelum ikut IS, ialah warga negara Indonesia, yang ”meninggalkan” IS karena prospeknya makin tak menentu. Mereka mungkin saja berkeinginan meninggalkan wilayah yang pernah dikuasai IS, tetapi belum tentu meninggalkan ideologi ”khilafah” atau ”Dawlah Islamiyah” versi Abu Bakr al-Baghdadi yang tewas dalam sergapan pasukan Amerika Serikat, Oktober 2019. Di sini mereka sebetulnya belum menjadi ”eks IS”.

Editor:
Antony Lee
Bagikan
Logo Kompas
Logo iosLogo android
Kantor Redaksi
Menara Kompas Lantai 5, Jalan Palmerah Selatan 21, Jakarta Pusat, DKI Jakarta, Indonesia, 10270.
+6221 5347 710
+6221 5347 720
+6221 5347 730
+6221 530 2200
Kantor Iklan
Menara Kompas Lantai 2, Jalan Palmerah Selatan 21, Jakarta Pusat, DKI Jakarta, Indonesia, 10270.
+6221 8062 6699
Layanan Pelanggan
Kompas Kring
+6221 2567 6000