Eskalasi Konflik Meninggi, Krisis Kemanusiaan di Suriah Kian Buruk
›
Eskalasi Konflik Meninggi,...
Iklan
Eskalasi Konflik Meninggi, Krisis Kemanusiaan di Suriah Kian Buruk
GENEVA, SELASA—Warga Suriah yang melarikan diri dari konflik bersenjata dan mengungsi dalam 10 minggu terakhir terus bertambah, bahkan melebihi jumlah selama sembilan tahun konflik terjadi.
Oleh
Adhitya Ramadhan
·3 menit baca
GENEVA, SELASA—Warga Suriah yang melarikan diri dari konflik bersenjata dan mengungsi dalam 10 minggu terakhir terus bertambah, bahkan melebihi jumlah selama sembilan tahun konflik terjadi. Ini berpotensi menjadi bencana kemanusiaan terburuk. Jika kekerasan terus berlanjut, kota Idlib yang merupakan tempat berlindung banyak warga Suriah bisa menjadi kuburan.
”Ini adalah penambahan pengungsi tercepat di negara ini,” ujar Jens Laerke dari Badan Perserikatan Bangsa-Bangsa untuk Koordinasi Urusan Kemanusiaan (OCHA), Selasa (11/2/2020).
Laerke menginformasikan, hampir 700.000 warga sipil yang mayoritas perempuan dan anak-anak telah meninggalkan tempat tinggalnya sejak Desember 2019. Di luar yang sudah mengungsi, ada sekitar 280.000 warga sipil lainnya yang kemungkinan juga melarikan diri jika pertikaian terus berlangsung.
Ini adalah penambahan pengungsi tercepat di negara ini
”Idlib telah menjadi konsentrasi pengungsi terbesar di dunia. Perlu ada penurunan eskalasi kekerasan untuk mencegahnya menjadi kuburan,” kata Laerke.
Didukung oleh serangan udara Rusia, pasukan Pemerintah Suriah terus merangsek ke utara untuk merebut kembali basis pertahanan pemberontak di luar kota Idlib dan Aleppo, serta memaksa warga melarikan diri ke perbatasan Turki.
Turki yang mendukung pemberontak membalas serangan sehingga menempatkan warga sipil dalam posisi berbahaya karena berada di tengah dua kekuatan yang bertikai.
Mengungsi
Dari 17 juta penduduk Suriah, 5,5 juta di antaranya hidup di pengungsian, mayoritas di Turki. Sebanyak 6 juta warga meninggalkan rumah mereka dan mengungsi ke daerah lain di Suriah. Saat ini warga sipil Suriah berjuang mencari penampungan di tengah musim dingin yang menggigit serta ancaman hujan deras dan angin kencang dari badai Ciara.
Masjid-masjid penuh dan kamp-kamp terisi hingga sesak. ”Bahkan, menemukan bangunan yang belum rampung dikerjakan sebagai tempat berlindung pun hampir mustahil,” kata juru bicara Komisi Tinggi PBB untuk Pengungsi (UNHCR), Andrej Mahecic, di Geneva.
OCHA telah mengirim 230 truk berisi makanan, minuman, dan peralatan kebersihan melintasi perbatasan Turki dalam sebulan terakhir. Bulan lalu, 1.227 truk dikirim melalui kapal melintasi perbatasan, mendukung operasi kemanusiaan terbesar sejak tahun 2014.
Dewan Keamanan PBB telah memperbarui program bantuan bagi warga sipil selama enam bulan pada Januari lalu. Namun, semua pengiriman bantuan menghindari perbatasan Irak dan Jordania untuk menghindari veto dari Rusia yang mendukung Presiden Suriah Bashar al-Assad. Para petugas kemanusiaan mengatakan, hal ini membatasi mobilisasi mereka untuk membantu para pengungsi.
Konflik di Suriah yang sudah berlangsung selama 9 tahun telah menarik kekuatan asing, seperti Amerika Serikat, Rusia, dan Turki, untuk turut campur. Rusia mendukung Pemerintah Suriah, sementara Turki mendukung pemberontak.
Ketegangan di antara kedua pihak memuncak sejak pasukan Suriah menembak mati 8 prajurit Turki, Senin pekan lalu. Turki bertekad akan membalasnya dengan keras.
Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan mengatakan, Turki akan menyerang pasukan Pemerintah Suriah di mana pun mereka berada di Suriah jika ada lagi prajurit Turki terluka.
Ini tidak bisa diterima dan bertentangan dengan perjanjian Sochi.
Pasukan loyalis Presiden Assad yang didukung oleh serangan udara Rusia telah merebut wilayah yang dikuasai pemberontak di beberapa kota, seperti Idlib dan Aleppo, hingga memicu krisis kemanusiaan.
Juru bicara Presiden Rusia, Dmitry Peskov, mengatakan, di luar tekad Turki untuk membalas, gerilyawan Idlib terus menyerang pasukan Suriah dan mengancam fasilitas Rusia di Suriah. ”Ini tidak bisa diterima dan bertentangan dengan perjanjian Sochi,” ujarnya.