Seleksi calon Presiden AS semakin ketat. Dua bakal calon presiden dari Partai Demokrat terpental dari arena persaingan pada pemilihan pendahuluan di New Hampshire.
Oleh
Kris Mada
·6 menit baca
Pada setiap kompetisi, menjelang babak final, seleksi berlangsung semakin ketat dan semakin banyak peserta terdepak. Hal itu berlaku pula pada salah satu kompetisi paling sengit di bumi, pemilihan presiden Amerika Serikat. Dua bakal calon presiden dari Partai Demokrat terpental dari arena persaingan pada pemilihan pendahuluan di New Hampshire, Selasa (11/2/2020).
Selasa malam itu, Andrew Yang dan Michael Bennet dipastikan terdepak dari proses seleksi bakal calon presiden AS dari Partai Demokrat. Bennet dan Yang gagal meraih minimum 15 persen dukungan kader dalam dua seleksi awal di Iowa dan New Hampshire. ”Saya tidak menerima sumbangan untuk hal yang tidak mungkin saya selesaikan,” ujar Yang kala mengumumkan keputusan mundur dari proses seleksi bakal capres AS.
”Saya kira ini (waktu) paling cocok mengakhiri kampanye. Saya mendoakan semua bakal calon sukses setelah New Hampshire,” ujar Bennet, sebagaimana dikutip CNN. Senator dari Colorado itu menekankan siap membantu kampanye siapa pun yang dipilih Demokrat menjadi capres. ”Saya akan melakukan semua yang saya bisa untuk memastikan Donald Trump hanya jadi presiden untuk satu masa jabatan,” katanya.
Dengan pengunduran diri Bennet dan Yang, tersisa 10 bakal capres AS yang mengincar rekomendasi Demokrat. Mereka termasuk dua miliarder, Michael Bloomberg dan Tom Steyer, yang telah membelanjakan hampir 320 juta dollar AS dalam delapan bulan terakhir. Hampir seluruh uang itu dari dana pribadi mereka. Bagi orang dengan kekayaan 60 miliar dollar AS seperti Bloomberg, menghabiskan sedikitnya 200 juta dollar AS untuk kampanye sejak November 2019 bisa saja tidak terlalu terasa.
Namun, berbeda dari Steyer dan Trump, Bloomberg fokus pada proses seleksi Maret-April. Ia melepaskan proses seleksi sepanjang Februari yang memperebutkan total 155 delegasi atau pemilik suara di konvensi partai. Sepanjang Maret-April akan diperebutkan total 3.302 delegasi Demokrat yang tersebar di 40 negara bagian.
Perebutan terbanyak akan berlangsung pada 3 Maret 2020 dengan total 1.357 delegasi. ”Anda bisa membeli jam tayang, bukan pemilu. Mike membuat kesalahan besar dan dia terus mempertahankan itu. Dia harus melepaskannya sejak awal. Saya sangat menyesal terlibat dalam kebijakan ini,” kata Tim O’Brien, penasihat senior Bloomberg, soal dana kampanye konglomerat itu kepada kantor berita asosiasi radio AS, NPR.
Seperti Bennet, Bloomberg pernah berjanji membantu siapa pun yang dipilih Demokrat menjadi capres pada pemilu 2020. Bahkan, alih-alih meminta sumbangan kampanye untuk pencalonannya, ia malah menganjurkan rekan dan kenalannya menyumbang siapa pun yang dianggap paling kuat di antara para bakal capres AS dari Demokrat. Sebab, seperti Bennet, fokus dia adalah mengalahkan Trump, calon petahana asal Republik, di pilpres 2020.
Trump telah memenangi seleksi internal Republikan di Iowa dan New Hampshire. Selain dari sana, ia telah mengamankan dukungan dari sejumlah negara bagian yang memastikan tidak ada seleksi bakal capres Republikan. Negara-negara bagian itu akan mendukung pencalonan ulang Trump.
Belum jelas
Tidak mudah bagi Demokrat untuk menentukan capres terpilih. Sampai kaukus Iowa dan pemilihan pendahuluan New Hampshire selesai, belum ada calon yang benar-benar kuat. Di Iowa, Pete Buttigieg menang tipis atas Sanders. Di New Hampshire, posisinya berbalik untuk Sanders. ”Kami akan terus berlanjut,” ujar Buttigieg sesuai pemilihan pendahuluan di New Hampshire.
Kala Buttigieg, mantan Wali Kota South Bend, Indiana, mengumumkan pencalonannya, banyak yang meragukan pria berusia 38 tahun itu. Pengalaman politiknya lebih singkat dari Sanders. Ia baru lahir kala Sanders telah hampir setahun memulai karier politik. Dalam serangkaian jajak pendapat, ia selalu ditempatkan di bawah Sanders dan mantan Wakil Presiden AS Joe Biden. Hal itu terus bertahan, bahkan setelah ia mendapat hasil cemerlang di New Hampshire dan Iowa.
Sementara Biden meninggalkan New Hampshire dengan tangan kosong. Dukungan kader Demokrat New Hampshire untuk Biden kurang dari 15 persen. Dengan demikian, ia tidak mendapat satu pun dukungan dari 24 delegasi yang diperebutkan di negara bagian itu. Politisi senior lain yang kalah dari Buttigieg adalah Senator Elizabeth Warren.
Seperti Sanders dan Biden, Warren selalu diunggulkan dibandingkan Buttigieg dalam serangkaian jajak pendapat. Di New Hampshire, Warren juga tidak mendapat dukungan delegasi sama sekali. Biden dan Warren coba menghibur diri dan para pendukung masing-masing atas hasil di kedua negara bagian itu. Dengan total 63 delegasi yang diperebutkan, seleksi di Iowa dan New Hampshire sulit dikatakan berdampak bagi proses konvensi capres Demokrat.
”Ini belum selesai, malah baru dimulai. Kita akan kembali ke New Hampshire untuk mengalahkan Donald Trump pada November nanti,” kata Biden. Ia mengatakan, tidak semua capres dari Demokrat memenangi seleksi di Iowa dan New Hampshire. Bill Clinton kalah di seleksi Iowa untuk pemilu 1992. Walakin, pada akhirnya ia dicalonkan Demokrat untuk pemilu 1992 dan memenangi pilpres AS.
Biden tidak salah karena setiap bakal capres AS dari Demokrat butuh dukungan dari sekurangnya 1.991 delegasi untuk bisa dinominasikan dalam konvensi Demokrat pada 13 Juli 2020 di Winconsin. Bakal capres AS dengan dukungan kurang dari itu otomatis dicoret dari konvensi.
Dana kampanye
Sayangnya, sejumlah orang mempertanyakan kekuatan Biden. Alih-alih ke Nevada yang akan menggelar kaukus pada akhir pekan depan, ia malah ke Carolina Selatan. Padahal, pemilihan pendahuluan Carolina Selatan akan digelar pada 29 Februari 2020. Ada yang menduga, Biden mulai kesulitan dana kampanye sehingga lebih selektif memilih lokasi yang akan didatangi.
Dibandingkan Buttigieg yang mengumpulkan hampir 77 juta dollar AS atau Sanders yang mendapat 109 juta dollar AS, dana kampanye Biden memang memprihatinkan. Ia hanya bisa mengumpulkan 61 juta dollar AS dan hampir 50 persen merupakan sumbangan bernilai besar. Nilai sumbangan per donor dapat dijadikan ukuran dukungan.
Dari 109 juta dollar AS yang dikumpulkan Sanders, hampir 60 juta dollar AS berasal dari sumbangan individu yang kontribusi per orangnya kurang dari 200 dollar AS. Dengan demikian, basis pendukung Sanders lebih banyak dibandingkan basis pendukung Biden. Pola sumbangan serupa juga terjadi pada Warren. Hampir 41 juta dollar AS dari 80 juta dollar AS yang dikumpulkannya berasal dari penyumbang kecil.
Peraturan AS menetapkan, penyumbang kecil adalah setiap donor dengan kontribusi paling besar 200 dollar AS per orang. Sayangnya, hasil di Iowa dan New Hampshire menunjukkan, besarnya basis pendukung belum tentu terwujud berupa hasil positif dalam proses seleksi. Karena itu, para bakal capres AS yang tersisa semakin memusatkan perhatian pada negara-negara bagian lain.
”Ini maraton, bukan lari jarak pendek,” kata Warren soal hasil di Iowa dan New Hampshire. Maraton memang masih panjang dan pemenangnya belum bisa ditebak. Namun, perlu dicatat, sejak 1976, enam dari 11 capres Demokrat memenangi seleksi di Iowa. (AP/REUTERS)