Menanti Nasib Kejuaraan Asia Bulu Tangkis di Wuhan
›
Menanti Nasib Kejuaraan Asia...
Iklan
Menanti Nasib Kejuaraan Asia Bulu Tangkis di Wuhan
Kejuaraan Asia Bulu Tangkis di Wuhan, China, 21-26 April 2020, berada di ujung tanduk karena wabah virus korona. Kepastian perlu karena kejuaraan ini adalah turnamen terakhir pada masa kualifikasi Olimpiade Tokyo 2020.
Oleh
Yulia Sapthiani
·4 menit baca
Bulu tangkis menjadi salah satu cabang olahraga yang terdampak epidemik virus korona. Salah satu kejuaraan yang terdampak, yaitu Kejuaraan Asia, bahkan menjadi turnamen penentu bagi pebulu tangkis Asia untuk meraih tiket ke Olimpiade Tokyo 2020.
Kejuaraan Asia, 21-26 April, menjadi bagian dari kejuaraan kontinental yang diselenggarakan pada pekan terakhir masa kualifikasi Olimpiade. Periode pengumpulan poin untuk menentukan kuota atlet Olimpiade bagi setiap negara itu berlangsung sejak 29 April 2019, dan berakhir pada 26 April 2020.
Pada pekan yang sama, digelar pula Kejuaraan Eropa dan dan Kejuaraan Pan Amerika. Kejuaraan Eropa berlangung di Kiev, Ukraina, sedangkan Pan America digelar di Guatemala City, Guatemala.
Masalah menjadi pelik karena Kejuaraan Asia diagendakan berlangsung di Wuhan, Provinsi Hubei, China, tempat yang justru menjadi awal menyebarnya virus. Hingga saat ini, virus tersebut telah menewaskan sekitar 1.100 orang di seluruh dunia.
Akan tetapi, hingga Selasa (11/2/2020) malam, saat Federasi Bulu Tangkis Dunia (BWF) mengeluarkan pernyataan, belum ada keputusan apapun terkait Kejuaraan Asia. Hanya kejuaraan berlevel rendah, China Masters Super 100, di Lingshui, 25 Februari-1 Maret, yang ditunda hingga waktu yang belum ditentukan. Selain itu, BWF hanya memonitor perkembangan keadaan.
Berbeda dengan China Masters, menunda Kejuaraan Asia tak bisa dilakukan begitu saja. Poin kualifikasi yang diperebutkan pada kejuaraan ini setara dengan turnamen BWF Super 500, atau dua tingkat di atas BWF Super 100. Dengan status sebagai turnamen terakhir pada masa kualifikasi Olimpiade, kejuaraan tersebut sering menjadi penentu nasib atlet menuju Olimpiade.
Hal itu, misalnya, terjadi pada masa kualifikasi Olimpiade Beijing 2008. Hasil final sesama ganda campuran Indonesia pada Kejuaraan Asia 2008, antara Flandy Limpele/Vita Marissa dan Nova Widhianto/Liliyana Natsir, akhirnya meloloskan kedua pasangan itu ke Beijing 2008. Mereka sekaligus menggagalkan ambisi China meloloskan tiga pasangan ke Olimpiade. Saat itu, kuota maksimal per negara dari setiap nomor adalah tiga wakil.
Merugikan
Penundaan atau pembatalan Kejuaraan Asia juga akan merugikan pemain Asia karena tak mendapat kesempatan mendapat poin seperti pemain Eropa. Selama ini, pemain asal Eropa menjadi pesaing terkuat bulu tangkis Asia.
”Skenario terburuk seharusnya pindah tempat. Jangan sampai pemain Asia dirugikan karena kejuaraan ini batal atau mundur. Tetapi, sampai sekarang belum ada kepastian,” ujar Sekretaris Jenderal PP PBSI Achmad Budiharto.
Pria yang akrab disapa Budi itu mengatakan, ada pernyataan lisan untuk memindahkan Kejuaraan Asia dengan beberapa alternatif tempat, di antaranya ke Indonesia. ”Pernyataan itu tidak secara resmi dan tampaknya tidak akan mungkin dipindahkan ke Indonesia karena waktu untuk mempersiapkannya terlalu mepet,” lanjut Budi.
Seperti dikatakan Budi, memindahkan kejuaraan ke tempat lain tak akan mudah dilakukan. Hal itu juga tak akan langsung menyelesaikan masalah. Apalagi ketika ada peraturan karantina, bahkan larangan bagi orang dari China dan sekitarnya untuk memasuki negara tertentu.
Karantina
Meski BWF tak melarang atlet dan ofisial China berpartisipasi pada turnamen di mana pun, kebijakan berbeda diterapkan setiap negara. Situasi itu, salah satunya, terjadi pada Kejuaraan Asia Beregu Putra-Putri di Manila, Filipina, 11-16 Februari.
Peraturan karantina selama 14 hari dari pemerintah Filipina untuk warga asal China, Hong Kong, dan Macau, membuat tim China dan Hong Kong batal ikut serta pada ajang yang menjadi kualifikasi Piala Thomas Uber 2020 itu.
Dengan situasi ini, tim bulu tangkis Hong Kong berencana bertolak ke Eropa lebih awal untuk mengikuti rangkaian turnamen yang berlangsung Maret. Turnamen itu adalah Jerman Terbuka, All England, dan Swiss Terbuka dalam tiga pekan beruntun sejak 3 Maret.
”Setiap turnamen penting bagi pemain pada tahap seperti ini. Kami tak boleh melewatkan kesempatan menambah poin dalam masa kualifikasi Olimpiade. Untuk itu, kami akan berangkat secepat mungkin ke Eropa untuk tiga turnamen di sana,” ujar pelatih kepala bulu tangkis Hong Kong Tim He Yiming dalam South China Morning Post.
Wabah virus korona juga, membuat pemerintah Filipina membatasi acara yang mengumpulkan massa. Kualifikasi Piala Thomas Uber di Rizal Memorial Coliseum, seperti dikatakan Budi, hanya bisa ditonton langsung atlet, ofisial, panitia, dan undangan khusus, seperti perwakilan kedutaan. Tak ada penonton umum yang membeli tiket.
”Informasinya, sebetulnya semua ajang di Filipina seharusnya ditunda, hanya kejuaraan ini saja yang masih berjalan,” ujar Budi.
Selain itu, panitia juga tidak mewajibkan atlet bersalaman dengan lawan dan wasit sebelum dan setelah pertandingan, mengingat virus korona bisa menular lewat kontak fisik.
Sayangnya, meski wabah ini berdampak pada turnamen bulu tangkis, Konfederasi Bulu Tangkis Asia (BAC) belum memberi pernyataan terkait Kejuaraan Asia. Media Malaysia, The Star, menulis, BAC akan memberi keputusan pada akhir Februari.