Setiap perhelatan Academy Awards tak pernah sepi dari kritik. Tahun ini, salah satu kritik yang terlontar adalah tidak ada sutradara perempuan yang masuk dalam nominasi Sutradara Terbaik.
Oleh
ELSA EMIRIA LEBA
·3 menit baca
Bukan Academy Awards namanya jika perhelatan acara penghargaan film bergengsi itu tidak menuai kritik setiap tahun. Pada tahun ini, kritik tajam muncul setelah penyelenggara Academy Awards tidak menyertakan satu pun sutradara perempuan dalam nominasi sutradara terbaik.
Kritik tersebut terlihat jelas dalam mantel gaun yang dikenakan aktris kenamaan Natalie Portman (38). Di pinggiran mantel itu terukir nama delapan sutradara perempuan yang dianggap seharusnya masuk nominasi dalam benang emas.
Portman memakai mantel itu di karpet merah ketika menghadiri perhelatan Academy Awards Ke-92 di Dolby Theatre, Hollywood, Amerika Serikat, Minggu (9/2/2020). Saat berjalan di atas karpet merah, tangan Portman menunjuk nama-nama di mantel sebelah kirinya yang dibordir warna kuning emas. Nama para sutradara itu antara lain Marielle Heller untuk A Beautiful Day in the Neighborhood (2019), Greta Gerwig untuk Little Women (2019), Lorene Scafaria untuk Hustlers (2019), dan Lulu Wang untuk The Farewell (2019).
Nomine Sutradara Terbaik pada tahun ini semuanya laki-laki. Mereka adalah Martin Scorsese untuk The Irishman (2019), Todd Phillips untuk Joker (2019), Sam Mendes untuk 1917 (2019), Quentin Tarantino untuk Once upon a Time... in Hollywood (2019), dan Bong Joon-ho untuk Parasite (2019).
”Saya ingin menghargai para perempuan yang tidak diakui atas pekerjaan luar biasa mereka tahun ini dengan cara yang halus,” kata Portman, dikutip dari Forbes.
Saya ingin menghargai para perempuan yang tidak diakui atas pekerjaan luar biasa mereka tahun ini dengan cara yang halus.
Seruan Portman bukanlah hal yang tiba-tiba. Dalam acara penghargaan Golden Globes pada 2018, ketika membacakan nominasi Sutradara Terbaik, Portman mengatakan ”inilah semua nomine laki-laki”.
Masalah inklusivitas memang bukan hal baru dalam Academy Awards. Seruan-seruan agar penghargaan Oscar tidak hanya diberikan kepada sineas laki-laki berkulit putih telah muncul selama bertahun-tahun. Pihak penyelenggara juga menunjukkan upaya perbaikan diri.
Untuk pertama kalinya, film terbaik diambil dari film berbahasa asing, Parasite (2019), karya Bong Joon-ho. Itu merupakan sejarah baru dalam 92 tahun perhelatan Oscar. Apalagi, anggota Academy of Motion Picture Arts and Sciences (AMPAS), organisasi yang memilih pemenang Oscar, hanya terdiri atas 16 persen kaum minoritas.
Namun, pertanyaan mengenai inklusivitas terhadap jender tetap ada terlepas dari kemenangan Bong Joon-ho dalam empat nominasi Oscar. Pengakuan terhadap sineas perempuan, khususnya sutradara, belum terasa nyata.
Pengakuan terhadap sineas perempuan, khususnya sutradara, belum terasa nyata.
Sepanjang sejarah Academy Awards selama 92 tahun, baru lima sutradara perempuan yang menerima nominasi, antara lain Lina Wertmüller untuk Seven Beauties (1975), Sofia Coppola untuk Lost in Translation (2003), dan Kathryn Bigelow untuk The Hurt Locker (2008). Dari lima nomine itu, hanya Bigelow yang meraih penghargaan.
Usulan kategori baru
David Cox dari The Guardian menulis, kebenaran pahit yang ada saat ini adalah masih sedikit sutradara perempuan dengan kualitas top dibandingkan dengan sutradara perempuan. Situasi ini mulai berubah menjadi lebih baik, tetapi masih lama.
”Sistem penghargaan mungkin dapat memajukan berbagai hal, tetapi bukan dengan menyulam nama sutradara di mantel baju atau menggertak para pemberi suara mengubah pilihan mereka,” tulis Cox.
Menurut dia, banyak anggota AMPAS kemungkinan hanya menonton Parasite karena film itu masuk nominasi sebagai Film Internasional Terbaik (film berbahasa non-Inggris). Oleh karena itu, strategi yang sama mungkin dapat diimplementasi bagi film-film karya sutradara perempuan.
Cox melanjutkan, kategori khusus itu akan menjamin sutradara perempuan memperoleh perhatian khusus. Penghargaan itu akan memperoleh banyak sorotan sehingga sejumlah studio akan berupaya untuk memenangkannya. Dengan demikian, studio juga akan terdorong untuk mempekerjakan perempuan.
”Kita sudah memiliki penghargaan khusus perempuan dalam Oscar dan BAFTA (British Academy of Film and Television Arts). Andai kata hanya ada satu kategori, perempuan mungkin akan kesulitan. Penghargaan untuk perempuan telah membantu menyoroti kekurangan ini dan memperbaikinya. Penghargaan untuk sutradara perempuan bisa melakukan hal yang sama,” ujar Cox. (THE GUARDIAN/CNN)