Upaya pencegahan demam berdarah dengue tak berjalan optimal. Hal itu disertai lemahnya deteksi dini penyakit itu. Akibatnya, kasus dan kematian akibat penyakit tersebut tinggi.
Oleh
DEONISIA ARLINTA
·2 menit baca
JAKARTA, KOMPAS – Sejumlah wilayah di Indonesia menyatakan adanya peningkatan kasus demam berdarah dengue. Upaya pencegahan yang tak berjalan optimal serta lemahnya deteksi dini menjadi penyebab tingginya kejadian serta kematian akibat penyakit tersebut.
Dokter spesialis penyakit dalam dari Divisi Penyakit Tropik dan Infeksi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia/Rumah Sakit Umum Pusat Cipto Mangunkusumo, Adityo Susilo, menjelaskan, peningkatan kasus demam berdarah di suatu wilayah dipicu jumlah vektor penyakit yang bertambah. Vektor penularan penyakit ini, yakni dari nyamuk Aedes aegypti, biasanya akan bertambah saat musim hujan tiba.
“Hujan kerap menyebabkan banyak timbul genangan air yang berpotensi jadi tempat berkembang biak dari jentik nyamuk. Untuk itu, pemberantasan sarang nyamuk sangat penting dilakukan untuk mencegah penularan penyakit lebih luas,” katanya saat dihubungi di Jakarta, Kamis (13/2/2020).
Selain pencegahan dengan pemberantasan sarang nyamuk, Adityo menambahkan, deteksi dini dari gejala DBD diperlukan agar pasien bisa segera mendapat penanganan yang tepat. Adapun gejala paling khas penyakit ini ialah demam tinggi mucul mendadak. Selain itu, pasien biasanya mengalami gejala penyerta lain seperti nyeri otot pada kepala dan belakang mata, nyeri ulu hati, mual dan muntah, serta nafsu makan menurun.
“Pasien pasti akan merasa lemas. Intervensi yang cepat amat diperlukan, terutama untuk memastikan cairan tubuh pasien terjaga. Pemeriksaan penunjang diagnosis diperlukan terutama dalam pemeriksaan trombosit karena pasien DBD biasanya mengalami penurunan trombosit dalam tubuh,” ujarnya.
Tata laksana
Sampai saat ini belum ada obat khusus yang digunakan untuk mematikan virus dengue. Perawatan pada pasien dilakukan dengan mengobati gejala penyakit yang ditimbulkan Obat penurun panas bisa diberikan untuk mengurangi kondisi demam yang dialami.
Pasien pasti akan merasa lemas. Intervensi yang cepat amat diperlukan, terutama untuk memastikan cairan tubuh pasien terjaga.
Selain itu, perawatan intensif juga dibutuhkan untuk memastikan trombosit dalam tubuh tetap terjaga sehingga tidak menimbulkan pendarahan. Kebutuhan cairan dari pasien juga harus dipastikan mencukupi. Jika diperlukan, infus cairan diberikan kepada pasien.
“Pasien DBD akan merasa sangat lemas. Karena itu, pasien harus beristirahat. Pemantauan ketat juga dilakukan mulai dari pemantauan tekanan darah, trombosit, dan hematokrit dari pasien,” ucap Adit.
Sementara Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tular Vektor dan Zoonotik Kementerian Kesehatan Siti Nadia Tarmizi mengatakan, pemerintah berkoordinasi dengan pemerintah daerah untuk memastikan logistik, alat RDT (rapid diagnostic test), insektisida, larvasida, jumantik kit, media komunikasi, informasi, dan edukasi mencukupi. Selain itu, pemerintah akan memastikan ketersediaan infus dan ruangan perawatan.