Masyarakat diimbau mewaspadai penyakit demam berdarah dengue seiring datangnya musim hujan. Itu bisa dilakukan dengan menggalakkan gerakan pemberantasan sarang nyamuk secara masif.
Oleh
DEONISIA ARLINTA
·2 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Kasus demam berdarah terus merebak di sejumlah wilayah di Indonesia. Untuk itu, masyarakat diimbau mewaspadai penyakit tersebut dengan menggalakkan gerakan pemberantasan sarang nyamuk secara masif.
Kementerian Kesehatan mencatat per 13 Februari 2020, jumlah kasus DBD di seluruh Indonesia 3.256 kasus dengan total kematian 27 orang. Dari jumlah itu, empat daerah melaporkan mengalami peningkatan kasus dari tahun sebelumnya, yakni Kabupaten Lampung Tengah (Lampung), Kabupaten Temanggung (Jawa Tengah), Kabupaten Sikka (Nusa Tenggara Timur), dan Kabupaten Ciamis (Jawa Barat).
Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tular Vektor dan Zoonotik Kemenkes Siti Nadia Tarmizi mengatakan, saat ini Kabupaten Sikka melaporkan adanya kejadian luar biasa DBD di wilayahnya. Adapun total kasus yang tercatat di wilayah itu 304 penderita dengan enam kematian.
”Kami terus berkoordinasi dengan pemerintah daerah untuk memastikan logistik, alat RDT (rapid diagnostic test), insektisida, larvasida, jumantik kit, media komunikasi, informasi, dan edukasi mencukupi. Kami juga pastikan bahwa ketersediaan infus dan ruangan perawatan bagi pasien tersedia,” katanya saat dihubungi di Jakarta, Kamis (13/2/2020).
Kami terus berkoordinasi dengan pemerintah daerah untuk memastikan logistik, alat RDT (rapid diagnostic test), insektisida, larvasida, jumantik kit, media komunikasi, informasi, dan edukasi mencukupi.
Nadia menambahkan, Kementerian Kesehatan meminta Kementerian Dalam Negeri untuk membuat surat edaran ke semua provinsi dan kabupaten/kota untuk mengambil langkah pencegahan DBD. Kelompok kerja operasional di daerah juga diaktifkan kembali untuk meningkatkan peran jumantik (juru pemantau jentik), di sekolah maupun perkantoran, serta memastikan gerakan satu rumah satu jumantik berjalan optimal.
Intervensi terlambat
Keterlambatan intervensi dalam pencegahan DBD menjadi penyebab meluasnya kasus ini. Ketika kasus mulai muncul pada Oktober 2019, warga tak langsung menggencarkan gerakan pemberantasan sarang nyamuk (PSN). Abate yang sudah dibagikan kepada masyarakat pun tidak digunakan untuk membasmi jentik di tempat penampungan air di tempat tinggal.
Kepala Biro Komunikasi dan Pelayanan Masyarakat Kementerian Kesehatan Widyawati menambahkan, pemerintah menggencarkan pemberantasan sarang nyamuk, pemberian larvasida dan antar, melakukan pengasapan (fogging), serta penyelidikan epidemiologi di seluruh daerah. ”Masyarakat harus terus waspada,” ujarnya.