Tim evakuasi menemukan 12 jenazah prajurit TNI korban jatuhnya helikopter MI-17 di Pegunungan Puncak Mandala, Kabupaten Pegunungan Bintang, Papua, Jumat (14/2/2020).
Oleh
Fabio Costa
·4 menit baca
JAYAPURA, KOMPAS — Tim evakuasi menemukan 12 jenazah prajurit TNI korban jatuhnya helikopter MI-17 di Pegunungan Puncak Mandala, Kabupaten Pegunungan Bintang, Papua, Jumat (14/2/2020). Tim menemukan para korban setelah berjalan kaki mendaki puncak selama 5 jam.
Hal itu disampaikan Komandan Resor Militer 172/Praja Wira Yakti Kolonel (Inf) Binsar Sianipar saat dihubungi di Oksibil, Kabupaten Pegunungan Bintang. Binsar, yang juga selaku koordinator tim evakuasi, mengatakan, tim berhasil mencapai puing-puing heli Penerbad dengan nomor registrasi HA 5138 itu pada pukul 12.30 WIT.
Tim masih bisa mengenali identitas sembilan jenazah dari pakaian dan atribut yang mereka kenakan.
Tim evakuasi menemukan 12 jenazah korban yang seluruhnya berada di sekitar lokasi kepingan badan helikopter. Identitas sembilan jenazah dapat dikenali, sedangkan tiga jenazah lainnya masih perlu diidentifikasi lebih lanjut. ”Tim masih bisa mengenali identitas sembilan jenazah dari pakaian dan atribut yang mereka kenakan. Namun, diperlukan identifikasi lebih detail oleh tim medis,” kata Binsar.
Tim evakuasi dari Yonif 751 Raider tiba di lokasi jatuhnya pesawat setelah mendaki selama lebih kurang 5 jam dari titik pendaratan helikopter yang membawa mereka ke pegunungan tersebut. Puing-puing helikopter MI-17 berada di atas sebuah tebing dengan ketinggian 12.500 kaki atau 3.810 meter. Tingkat kemiringan tebing itu mencapai sekitar 90 derajat.
Kondisi cuaca yang tidak berkabut di wilayah jatuhnya helikopter MI-17 biasanya terjadi dari pukul 07.00 hingga pukul 10.00. Setelah itu, kondisi cuaca mulai berkabut sehingga menutupi kawasan pegunungan di area tersebut.
Binsar mengatakan, tim belum dapat mengevakuasi para korban karena kondisi cuaca dan medan yang sangat ekstrem pada sore hari. Menurut rencana, tim akan memulai proses evakuasi jenazah para korban ke lokasi yang bisa didarati helikopter pada Sabtu (15/2/2020) pagi.
Kami bersama seluruh pasukan menyatakan turut berbelasungkawa bagi seluruh keluarga korban. Mereka gugur saat melaksanakan tugas mulia di Papua.
”Kami akan membawa jenazah para korban ke Jayapura. Setelah itu, proses identifikasi korban akan dilakukan oleh tim medis di Rumah Sakit Marthen Indey,” kata Binsar.
Panglima Kodam XVII/Cenderawasih Mayor Jenderal Herman Asaribab menyampaikan dukacita yang mendalam bagi keluarga 12 prajurit yang gugur dalam kecelakaan helikopter di Pegunungan Puncak Mandala. ”Kami bersama seluruh pasukan menyatakan turut berbelasungkawa bagi seluruh keluarga korban. Mereka gugur saat melaksanakan tugas mulia di Papua,” tuturnya.
Adapun penumpang helikopter terdiri dari 7 awak dan 5 anggota Batalyon Infanteri (Yonif) 725/Woroagi. Tujuh awak itu meliputi Kapten CPN Aris, Letnan CPN Ahwar, Kapten CPN Bambang, Sersan Kepala Suriatnae, Prajurit Satu Asharulf, Prajurit Kepala Dwi Pur, dan Sersan Dua Dita Ilham. Adapun personel Yonif 725 meliputi Sersan Dua Ikrar Setya Nainggolan, Pratu Yanuarius Loe, Pratu Risno, Prada Sujono Kaimuddine, dan Prada Tegar Hadi Sentana.
Heli MI-17 lepas landas dari Bandara Oksibil pada 28 Juni 2019 pukul 11.44 WIT. Namun, helikopter itu dilaporkan hilang kontak pada pukul 11.49 di ketinggian 7.800 kaki. Seharusnya, helikopter yang mengangkut logistik untuk Satuan Tugas Pengamanan Perbatasan Indonesia dan Papua Niugini di Pegunungan Bintang itu dijadwalkan tiba di Sentani, Kabupaten Jayapura, pukul 13.11 pada hari yang sama.
Kala itu, operasi pencarian gabungan langsung dilakukan, tetapi belum membuahkan hasil. Sampai akhirnya pada Senin (10/2/2020), puing-puing helikopter itu ditemukan saat pemantauan udara di salah satu tebing Pegunungan Puncak Mandala, sekitar pukul 09.00. Badan helikopter dalam kondisi hancur karena diduga menabrak tebing tersebut.
Secara terpisah, anggota staf Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT) Perwakilan Papua, Norbert Tunyanan, mengatakan, Pegunungan Bintang menjadi salah satu daerah rawan kecelakaan pesawat di Papua selama beberapa tahun terakhir. Hal ini disebabkan kondisi cuaca ekstrem yang tak dapat diprediksi.
Sejak 2015 hingga 2018 telah terjadi tiga kecelakaan pesawat sipil di daerah tersebut. Pertama, pesawat Trigana Air jenis ATR yang mengangkut 54 orang jatuh di Distrik Okbape pada 16 Agustus 2015. Semua penumpang tewas dalam insiden ini.
Kemudian, pesawat PK-FSO tipe C208 jenis Caravan dengan pilot Komisaris Rio Pasaribu dari Tanah Merah, Kabupaten Boven Digoel, tujuan Oksibil, jatuh di Bukit Anem pada 12 April 2017. Rio ditemukan tewas oleh tim SAR. Terakhir, pesawat Dimonim Air PK-HVQ yang mengangkut sembilan penumpang jatuh di Gunung Menuk pada 11 Agustus 2018. Delapan orang tewas dan satu orang selamat dalam insiden tersebut.
”Apabila terjadi cuaca buruk di Oksibil, pilot diharapkan jangan memaksakan diri untuk lepas landas atau mendarat untuk menghindari terjadinya kecelakaan,” tutur Norbert.