Jeda musim dingin menjadi ”pelarian” bagi sejumlah tim-tim besar di Liga Inggris, seperti Liverpool dan Arsenal, untuk menghindari diri dari jadwal ”pembunuh”. Mereka pun ramai-ramai berpelesir sejenak ke luar negeri.
Oleh
KELVIN HIANUSA
·3 menit baca
LIVERPOOL, KAMIS — Pertama kalinya sepanjang sejarah Liga Inggris, klub-klub diberikan jeda istirahat pada musim dingin. Jeda ini menjadi ”pelarian” klub-klub besar dari jadwal ”pembunuh” untuk memulihkan fisik dan mental para pemain.
Josep Guardiola, Manajer Manchester City, pernah menyebutkan jadwal Liga Primer merupakan sebuah bencana. Jadwal bermain empat kali dalam sepuluh hari tanpa libur tengah musim dinilai bisa saja ”membunuh” pemainnya. ”Mereka itu seniman. Mereka juga membutuhkan pemulihan,” katanya pada awal 2018.
Ungkapan Guardiola itu tidak berlebihan. Fisik para pemain Liga Primer Inggris memang biasanya ”rontok” saat memasuki awal tahun. Hal itu merupakan hasil akumulasi dari keletihan akibat jadwal sangat ketat saat Natal dan Tahun Baru.
Riset dari The Independent mengungkapkan, pemain Liga Primer lebih banyak yang cedera pada periode awal tahun dibandingkan pemain liga-liga besar lainnya. Bahkan, sekitar 40 persen dari total cedera pemain di Liga Primer terjadi pada periode tersebut.
Ini tentang kesejahteraan. Mereka butuh istirahat, baik mental maupun fisik.
Karena itu, Federasi Sepak Bola Inggris (FA) untuk pertama kali memberikan libur tengah musim, layaknya Liga Italia, Liga Spanyol, dan Bundesliga Jerman. Liburan di Liga Inggris berlangsung dari awal hingga pertengahan Februari. Jadwal klub akan dibagi dua. Mereka bergantian bermain pada 8 Februari dan 15 Februari.
Kesempatan berlari dari jadwal ”pembunuh” itu dimanfaatkan betul oleh tim pemuncak klasemen sementara, Liverpool. Para pemain memilih berlibur. Ada yang ke Maladewa, Amerika Serikat, ataupun Dubai.
Jurgen Klopp, Manajer Liverpool, mengucapkan, libur ini merupakan berkah. Mereka perlu rehat setelah menjalani setengah musim yang berat tanpa kekalahan.
”Ini tentang kesejahteraan. Mereka butuh istirahat, baik mental maupun fisik,” ungkap pria asal Jerman itu kepada The Guardian.
Perlakuan berbeda soal jeda musim dingin dipraktikkan Arsenal. Klub asal London ini memanfaatkan liburan 13 hari dengan rincian seminggu libur total dan empat hari berlatih di Dubai, Uni Emirat Arab.
”Beberapa bulan belakangan ini sangat sulit bagi pemain Arsenal. Mereka melalui banyak hal. Kami bersatu lagi di Dubai untuk memulai hal yang baru sebagai tim,” kata Manajer Arsenal Mikel Arteta.
Ketua FA Martin Glenn meyakini libur kali ini memberikan pengaruh positif bagi kesehatan para pemain. Hal itu akan membantu persiapan tim nasional Inggris yang akan menghadapi Piala Eropa 2020.
”Kami harus menghadapi turnamen internasional pada musim panas nanti. Karena itu, jeda singkat ini akan memberikan tambahan berharga bagi para pemain,” kata Glenn.
Ragukan kebugaran
Berkah bagi klub-klub Liga Primer tidak dirasakan serupa oleh Manchester City. Tim asuhan Guardiola ini mendapat liburan yang terlalu lama hingga 18 hari. Hal itu karena pertandingan mereka melawan West Ham pada 9 Februari lalu ditunda akibat badai Ciara.
Libur terlalu lama ini justru bisa menjadi persoalan bagi City. Kondisi kebugaran pemain dikhawatirkan menurun, apalagi ”The Citizens” akan menghadapi laga pertama babak 16 besar Liga Champions kontra raksasa Eropa, Real Madrid.
Menyiasati hal itu, Guardiola tidak memberikan waktu terlalu lama bagi pemain untuk beristirahat. ”Kami hanya istirahat beberapa hari dan kami akan berkumpul latihan bersama lagi,” ungkap manajer asal Spanyol tersebut.