Curah Hujan Terbatas, Bendungan di NTT Belum Terisi Penuh
›
Curah Hujan Terbatas,...
Iklan
Curah Hujan Terbatas, Bendungan di NTT Belum Terisi Penuh
Warga di NTT terancam kekeringan. Sejumlah bendungan yang sudah selesai dibangun belum terisi penuh. Air hanya cukup untuk minum, adapun air irigasi belum berjalan.
Oleh
KORNELIS KEWA AMA
·4 menit baca
KUPANG, KOMPAS — Curah hujan di Nusa Tenggara Timur sampai hari ini masih sangat terbatas. Hingga kini sejumlah bendungan baru belum terisi penuh. Air yang ada digunakan untuk air baku.
Penggunaan air bendungan sebagai air baku itu berdasarkan pada terbatasnya ketersediaan air pada warga. Seharusnya bendungan yang baru diresmikan itu bisa mengisi lahan jika sudah penuh.
Pejabat Pembuat Komitmen Bendungan I Satuan Kerja Bendungan Balai Wilayah Sungai Nusa Tenggara II Dirjen Sumber Daya Air Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Frengki Welkis di Kupang, Kamis (13/2/2020), menyatakan sangat prihatin dengan kondisi curah hujan. Tahun-tahun sebelumnya, pada Januari-Februari, hujan cukup lebat (deras) disertai angin badai. Namun, saat ini hujan sangat minim.
Welkis mengatakan, sesuai dengan jadwal, Bendungan Raknamo akan beroperasi resmi 2020 setelah mendapat izin operasi dari Dirjen Sumber Daya Air Kementerian PUPR. Namun, dengan kondisi curah hujan terbatas, rencana itu perlu dievaluasi kembali.
Bendungan Raknamo, misalnya, berkapasitas 14 juta metrik kubik. Namun, sejak diresmikan pada 9 Januari 2018, sampai Oktober 2019 bendumgan baru terisi air 11 juta meter kubik. Jumlahnya menjadi 8 juta metrik kubik karena pada puncak kemarau air digunakan untuk cadangan air baku dan pengairan lahan 40 hektar. ”Nah, posisi 8 juta metrik kubik itu diharapkan dapat terisi sampai 14 juta metrik kubik pada musim hujan, ternyata 10 Februari ini malah turun sampai 7 juta metrik kubik karena curah hujan rendah,” kata Welkis.
Akibat minimnya cadangan air, pengairan di lahan seluas 40 hektar milik warga Nunsono pun dihentikan sementara. Namun, air baku bagi 100 keluarga di sekitar bendungan tetap dialirkan, dengan memperhatikan stok air.
Sesuai dengan rencana, Bendungan Raknamo yang menelan biaya sekitar Rp 860 miliar ini dimanfaatkan untuk pembangkit listrik 0,216 megawatt, pengairan 1.250 -3.250 hektar lahan pertanian, dan air baku bagi 350 keluarga. Pasokan air sebanyak 14 juta meter kubik dipasok dari sumber mata air Puames dan sungai Nunsono, tetapi ternyata hujan masih minim.
Adapun Bendungan Rotiklot di Kabupaten Belu, yang diresmikan Presiden Jokowi pada 20 Mei 2019, sudah terisi 3 juta meter kubik. Jumlah ini hampir mencapai batas maksimum, yakni 3,3 juta m kubik. Akan tetapi, mengingat curah hujan terbatas saat ini, kapasitas air yang masih dipakai sebagai air baku, bukan pengairan lahan.
Welkis mengingatkan, pemerintah daerah harus mewaspadai kerawanan pangan. Periode Januari-Februari 2020, kekeringan sudah terjadi di sejumlah kecamatan dan desa.
Beberapa desa dan kecamatan di NTT saat ini kesulitan air baku. Kepala Desa Manusak, Kecamatan Kupang Timur, Kabupaten Kupang, Arthur Ximenes, misalnya, mengatakan, meski desanya berjarak 2 kilometer dari Bendungan Raknamo, kekeringan di desa itu semakin meluas. Bahkan, Embung Oelpuah yang berkapasitas 200 meter kubik mengering. Embung yang itu selama ini dimanfaatkan warga untuk ternak dan mencuci pun mengering.
”Warga beramai-ramai menggali lubang persis di jalur kali kering untuk mendapatkan air sisa dari gunung. Semua sumber air mengalami kekeringan pada musim hujan ini. Hujan rintik-rintik, secara sporadis, tidak merata dan berlangsung paling lama 20 menit. Bagaimana mungkin bisa menampung air tanah,” kata Arthur.
Camat Waigete, Kabupaten Sikka, Edo Meko mengatakan, lahan pertanian masyarakat berupa jagung dan padi mulai mengalami kekeringan. Bahkan, untuk kebutuhan minum, mandi, cuci, dan memasak saja warga kesulitan air.
Sekretaris Dinas Pertanian, Perkebunan, Hortikultura, dan Perkebunan Provinsi NTT Miqdonth Abola mengatakan, ancaman rawan pangan saat ini sangat serius. Banyaknya bendungan di NTT belum tentu memberi jaminan akan kesejahteraan masyarakat. Bendungan itu hanya bisa bermanfaat kalau bisa mengisi air sesuai daya tampung.
Warga beramai-ramai menggali lubang persis di jalur kali kering untuk mendapatkan air sisa dari gunung. Semua sumber air mengalami kekeringan pada musim hujan ini.
”Sebagai instansi teknis, kami telah menyurati semua kepala dinas pertanian dan perkebunan di 22 kabupaten/kota agar mengajak petani menanam jenis tanaman yang tahan terhadap kekeringan, dan usia produksi tidak lebih dari 50 hari. Jenis tanaman yang paling bertahan terhadap kekeringan dan hama tanaman saat ini adalah umbi-umbian. Ini yang harus dibudidayakan dalam jumlah besar,” kata Miqdonth.
Miqdonth Abola mengatakan, dengan musim hujan tersisa 1,5 bulan, petani diimbau menanam jenis tanaman tahan panas dan mampu bertahan terhadap serangan hama. Jenis tanaman seperti itu antara lain umbi-umbian, lebih khusus keladi, dan singkong.