Hotel Persenjatai Diri dengan Disinfektan dan Masker
›
Hotel Persenjatai Diri dengan ...
Iklan
Hotel Persenjatai Diri dengan Disinfektan dan Masker
Penyediaan cairan pembersih tangan dan masker kini menjadi senjata berbagai hotel di Indonesia. Langkah itu sejalan dengan arahan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO).
Oleh
ERIKA KURNIA/SHARON PATRICIA
·4 menit baca
Sampai saat ini, kasus virus korona jenis baru belum dilaporkan ada di Indonesia. Namun, hotel-hotel, yang menjadi tempat beraktivitas dan beristirahatnya tamu asing terus meningkatkan antisipasi penyebaran penyakit yang bernama resmi Covid-19 tersebut.
Penyediaan cairan pembersih tangan dan masker kini menjadi senjata di sejumlah hotel di Indonesia. Langkah itu sejalan dengan arahan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO). Lembaga itu menyarankan mencuci tangan lebih sering, baik menggunakan sabun maupun cairan berbasis alkohol, untuk mencegah kontaminasi virus.
Hotel Mercure Cikini, Jakarta, misalnya, berupaya menyebarkan cairan disinfektan untuk mencuci tangan di lebih banyak titik. Pihak manajemen hotel bahkan memilih produk khusus dari perusahaan Diversey Chemical, yang diklaim dapat menangkal virus korona.
”Cairan itu kami sediakan di banyak area hotel, seperti area resepsionis, area restoran, dan area lift,” kata General Manager Mercure Hotel Jakarta Cikini Lisa Sanjoyo saat dihubungi Kompas, Jumat (14/2/2020).
Mereka juga menyediakan masker untuk tamu dan karyawan. Lisa mengatakan, setiap hari, mereka menyetok masker dan membelinya saat persediaan menipis.
Menyebar lebih banyak titik sterilisasi tangan juga dilakukan Hotel Fairmont di kawasan Senayan, Jakarta. Cairan pencuci tangan yang sebelumnya tidak ada di restoran, misalnya, kini diletakkan di berbagai sudut ruangan.
Marketing Communications Manager Fairmont Hotel Malinda Yasmin mengatakan, cara itu untuk mengingatkan para tamu, termasuk karyawan yang tidak diperkenankan mengenakan masker, untuk rajin membersihkan tangan.
Tak hanya itu, penapisan risiko kesehatan karyawan dan tamu yang menginap juga dilakukan dengan mewajibkan mereka untuk mengisi formulir deklarasi.
”Formulir deklarasi itu pertanyaannya seputar apa dalam sebulan terakhir ada kunjungan ke China. Apakah mereka merasakan gejala flu dan demam. Kalau pertanyaan krusial dijawab ’yes’, kami akan bantu untuk mendapatkan penanganan dokter di hotel atau di rumah sakit yang diinginkan,” katanya.
Adapun karyawan yang mengeluhkan tidak enak badan atau sakit juga diperkenankan untuk pulang lebih dini atau izin tidak bekerja.
Data Kementerian Kesehatan menunjukkan, total kasus konfirmasi novel coronavirus global per 12 Februari 2020 sudah mencapai 46.997 kasus, 46.550 kasus di antaranya dilaporkan dari China. Total kematian mencapai 1.369 kasus yang dilaporkan dari China.
Selain China, menurut WHO, hingga saat ini, ada 13 negara yang sudah terjangkit, yaitu China, Singapura, Jepang, Republik Korea, Malaysia, Vietnam, Thailand, Amerika Serikat, Jerman, Perancis, Inggris, Spanyol, dan Uni Emirat Arab.
Tamu berkurang
Upaya penyebaran penyakit terus dilakukan di tengah turunnya jumlah pemesanan kamar, yang berimplikasi pada tingkat hunian atau okupansi.
Baik Mercure Hotel Jakarta Cikini maupun Fairmont Hotel mencatat, jumlah penurunan pemesanan kamar dibandingkan waktu sebelumnya terjadi mulai akhir Januari 2020.
Lisa mengatakan, jumlah pemesanan kamar di Mercure Hotel Cikini, Jakarta, yang sebelumnya rata-rata mencapai 20-30 kamar per hari, menjadi hanya 15 kamar per hari.
”Yang banyak melakukan pembatalan atau penundaan bukan hanya calon tamu dari China, melainkan negara-negara yang terafiliasi dengan kasus penyakit itu, seperti Malaysia,” katanya.
Direktur Penjualan dan Pemasaran Hotel Mulia Rully Rachman juga menyampaikan, okupansi Hotel Mulia menurun sejak WHO menyatakan darurat kesehatan global pada akhir Januari 2020.
Untuk mengantisipasi semakin menurunnya okupansi hotel, kata Rully, tentu ada strategi bisnis yang dilakukan. Namun, yang pasti menjadi prioritas hotel adalah keamanan, keselamatan, dan kesehatan para tamu serta karyawan.
Wakil Ketua Umum Kadin Indonesia Bidang Pariwisata Kosmian Pudjiadi menyampaikan, seluruh pelaku industri dan masyarakat perlu memulihkan dampak psikologis wabah tersebut. Harapannya, industri pariwisata nasional tahun ini tidak menurun dan sulit bangkit.
”Kampanye save travelling airplane ataupun kereta api dapat dilakukan untuk menyelamatkan rantai manajemen hotel agar tidak berdampak buruk bagi industri,” kata Kosmian.
Akibat penyebaran virus korona, diperkirakan ada penurunan wisatawan mancanegara (wisman) dari realisasi pada 2019. Total penurunan diperkirakan 6,3 juta kunjungan atau 19 juta kamar per malam.
Adapun total kunjungan wisman pada 2019 sebanyak 16 juta, diperkirakan menurun hingga 10 juta kunjungan pada tahun ini.
Sementara bagi kunjungan wisatawan domestik tahun ini, diperkirakan ada penurunan sekitar 20 persen atau 50 juta kunjungan dari 270 juta kunjungan pada tahun sebelumnya.