Hari Valentine seharusnya membuat hati penjual kembang menjadi berbunga-bunga. Tetapi tidak tahun ini. Perdagangan bunga kini amatlah lesu.
Oleh
FAJAR RAMADHAN dan INSAN ALFAJRI
·4 menit baca
Hari Valentine seharusnya membuat hati penjual kembang menjadi berbunga-bunga. Tetapi tidak tahun ini. Sejumlah pedagang di Pasar Kembang Cikini, Jakarta Pusat; dan Pasar Bunga Rawa Belong, Jakarta Barat, justru bersedih karena nihilnya pesanan hingga sehari jelang Hari Kasih Sayang (Valentine’s Day), Jumat (14/2/2020) ini.
Suasana Pasar Kembang Cikini pada Kamis (13/2/2020) siang sepi. Pukul 11.00, pedagang terlihat melamun sambil menunggu pembeli. Kondisi ini amat kontras dengan deretan kios makanan yang berada tepat di sebelah barat pasar tersebut. Di sana, para pembeli rela berdiri untuk mengantre tempat duduk.
M Basuni (55), pemilik kios bunga Dahlia Florist, mengaku belum mendapatkan satu pembeli pun sejak pagi. Padahal, Hari Valentine dirayakan Jumat (14/2/2020). Kompas turut mendampinginya mulai pukul 11.00 hingga 14.30. Selama itu, hanya ada satu orang yang membeli bunga hias untuk meja kerja di kantornya.
”Valentine tahun ini udah enggak kayak tahun-tahun lalu,” ujar Basuni sambil berdecak.
Basuni menyadari, penurunan tersebut terjadi sejak lima tahun terakhir. Akan tetapi, tahun ini yang terparah. Pada Hari Valentine tahun lalu saja, setidaknya ada lima orang yang memesan bunga mawar bentuk buket seminggu sebelum hari H. Kini, tak ada satu pun yang memesan atau bahkan sekadar bertanya.
Meskipun begitu, Basuni tetap memesan 220 tangkai bunga mawar kepada distributor untuk persediaan Hari Valentine tahun ini. Bunga-bunga tersebut direncanakan datang pada Jumat (14/2/2020) dini hari. Ia masih berharap para pembeli berdatangan pada Hari Valentine.
Setiap perayaan Hari Valentine, harga bunga mawar di Pasar Kembang Cikini umumnya akan naik sekitar 50 persen. Jika harga satu buket bunga mawar berisi 10 tangkai biasanya dihargai Rp 150.000, saat Hari Valentine harganya menjadi Rp 300.000.
Basuni menyadari, penurunan tersebut terjadi sejak lima tahun terakhir. Akan tetapi, tahun ini yang terparah. Pada Hari Valentine tahun lalu saja, setidaknya ada lima orang yang memesan bunga mawar bentuk buket seminggu sebelum hari H. Kini, tak ada satu pun yang memesan atau bahkan sekadar bertanya.
Harga yang melambung tinggi tersebut menjadi salah satu faktor di balik sepinya para pembeli bunga di Pasar Kembang Cikini. Para pemilik kios memperkirakan, pembeli lebih tertarik membeli bunga mawar yang lebih murah, baik secara daring ataupun konvensional.
Padahal, menurut Basuni, kualitas bunga mawar relatif beragam. Ada jenis bunga mawar yang dijual dengan harga murah karena sifatnya yang lebih cepat menghitam dan rontok. Jenis bunga ini sering dijual secara musiman, terutama saat perayaan wisuda atau Hari Valentine seperti sekarang.
Selain itu, ada juga bunga mawar yang warnanya merah merona, kuat, dan mudah mekar. Jenis bunga mawar yang memiliki kualifikasi seperti itu, antara lain adalah mawar Sexy Red atau Holland. Mawar jenis Sexy Red tersebut adalah jenis mawar yang kerap dijual oleh Basuni.
Ramainya aktivitas jual-beli daring tak pernah mempengaruhi Basuni untuk ikut berjualan secara daring. Ia menilai, risiko mendapatkan komplain oleh pembeli cenderung lebih besar dalam jual-beli daring. ”Banyak yang komplain kualitas bunga yang dikirim tidak sesuai dengan yang dipajang di foto,” katanya.
Basuni masih mengandalkan pembeli yang datang langsung serta pelanggan tahunan. Ia ingin pembeli tidak kecewa dengan kualitas bunga yang mereka beli. Basuni mengaku masih memiliki pelanggan aktif sekitar 15 orang. Mereka tersebar di Jakarta hingga Kota Depok dan Kabupaten Bogor.
”Saat mereka memesan jauh-jauh hari, saya kirim foto contoh bunganya dulu. Saat akan dikirim, foto bunganya juga saya kirim dulu biar mereka enggak kecewa,” katanya.
Menurut Basuni, menurunnya penjualan bunga tidak hanya saat Hari Valentine. Kondisi serupa terjadi saat perayaan Lebaran, Natal, dan hari besar lainnya. Jenis pesanan yang banyak diminati adalah jenis karangan bunga untuk acara pernikahan atau dukacita.
Tak siapkan persediaan
Kios Trifulia Florist di Pasar Kembang Cikini juga mengalami hal serupa. Sumarni (50), karyawan di kios tersebut, mengungkapkan, belum ada satu pembeli pun yang datang menjelang Hari Valentine tahun ini. Sepinya perdagangan bunga ini membuatnya tidak berani menyiapkan persediaan khusus bunga mawar untuk Hari Valentine.
Nantinya, ia akan memesan mawar ke Pasar Rawa Belong, Jakarta Barat, jika ada pesanan dari pelanggan. ”Kalau belum ada yang mesan, saya tidak berani belanja. Itu pun keuntungannya cuma sedikit kalau dibandinginkan ambil langsung dari Bandung,” katanya.
Untuk Hari Valentine tahun lalu, kata Sumarni, setidaknya ada 6-7 orang yang sudah memesan bunga mawar di tempatnya jauh-jauh hari. Ada yang memesan dalam bentuk buket, ada pula yang memesan per tangkai. Bahkan, ada satu orang yang memesan hingga 50 tangkai bunga tahun lalu.
”Saya tidak tau apakah akan dijual lagi atau dipakai pribadi. Tapi yang pesan ada dari karyawan dan mahasiswa,” ujarnya.
Perayaan Hari Kasih Sayang turut mengerek harga mawar. Ade (44), distributor bunga di Pasar Rawa Belong, Jakarta Barat, menjelaskan, setiap momentum Hari Kasih Sayang, harga mawar naik. Sejak seminggu terakhir, ia menjual seikat mawar yang terdiri dari 20 tangkai Rp 195.000. Di hari biasa, satu ikat mawar dijual Rp 90.000.
Permintaan memang cenderung naik di bandingkan hari biasa. Akan tetapi, penjualan mawar tidak seramai empat tahun lalu. Di Tahun 2016, Ade bisa menjual 1.000 ikat mawar di rentang 11-13 Februari. ”Nah, sejak dua tahun terakhir, mawar yang terjual turun 50 persen,” katanya.
Ia menduga, hal itu turut disumbang oleh maraknya isu pelarangan merayakan Hari Valentine.