Mengalahkan Lewis Hamilton tidak cukup dengan lihai membalap dan memiliki mobil yang lebih cepat dari jet darat Mercedes. Memiliki mental kuat menjadi faktor kunci untuk mengalahkan Hamilton sang juara dunia enam kali.
Oleh
Agung Setyahadi
·5 menit baca
Lewis Hamilton akan mendapat tantangan lebih besar pada Formula 1 musim ini, seiring matangnya para pebalap muda serta perbaikan mobil tim pesaing Mercedes. Ferrari dan Red Bull masih menjadi penantang terberat, dengan pebalap muda masing-masing Charles Leclerc dan Max Verstappen. Namun, untuk mengalahkan Hamilton perlu kekuatan mental dan kemampuan menjaga fokus.
Kemampuan menguatkan sisi psikologis itu merupakan salah satu faktor penting yang membuat Nico Rosberg mampu mengalahkan Hamilton, rekan setimnya di Mercedes pada 2013-2016. Namun, gelar juara Formula 1 2016 yang diraih Rosberg harus diraih dengan latihan mental hingga delapan jam setiap pekan. Tanpa menguatkan psikisnya, Rosberg sulit menghentikan dominasi rekan sekaligus rivalnya sejak masih di gokar pada usia 12 tahun itu.
”Secara mental, F1 sangat, sangat berat ketika saya mengawalinya. Jadi saya berpikir pasti ada satu cara untuk memperbaikinya, membuat itu lebih mudah, membuat saya tampil lebih baik secara mental,” ujar Rosberg kepada Sportsmail, pada Juli lalu.
Bersaing dengan Hamilton yang mampu membalap dengan cepat sekaligus minim kesalahan, sangat menguras energi dan mental lawan. Rosberg yang sangat dekat Hamilton dan memacu mobil yang sama, tahu persis rintangan yang harus dia lewati. Dia perlu keluar dari zona nyaman, dan memformat ulang pikirannya menjadi lebih kuat dan konsisten berpikir positif.
”Saya melatih itu (kekuatan mental) sangat keras dan saya memiliki pelatih mental sepanjang saya berada di Formula Satu. Kadang saya meluangkan dua jam setiap hari kedua latihan dengan dia, jadi sangat banyak waktu, dan menghasilkan perbaikan yang sangat besar, khususnya pada 2016. Itulah bagaimana saya mengalahkan Lewis,” ujar Rosberg, yang kemudian pensiun setelah juara dunia.
Jalan panjang dan berliku yang dilalui Rosberg itulah yang menjadi tantangan bagi Leclerc, Verstappen, bahkan juara dunia empat kali Sebastian Vettel (Ferrari). Musim 2018 dan 2019 menegaskan bagaimana Vettel kesulitan mengimbangi kekuatan mental Hamilton. Tekanan di lintasan balap dari Hamilton memaksa Vettel melakukan kesalahan elementer yang membuat dia kehilangan kendali balapan.
Balapan seri Bahrain, April lalu menjadi contoh paling jelas, saat mobil Vettel melintir pada perebutan posisi dengan Hamilton. Vettel memang menegaskan tidak ada kaitan dengan tekanan mental, namun jalannya balapan menjelaskan itu dengan jelas. Juara dunia empat kali dengan mobil Ferrari SF90 yang lebih cepat di lintasan lurus daripada Mercedes W10 pun sulit mengatasi Hamilton. Memenangi balapan dengan mesin yang kalah cepat hanya bisa dilakukan dengan membalap tanpa kesalahan.
Persiapan pebalap
Namun, bukan hanya lawan Hamilton yang mengasah mentalnya menjadi lebih kuat. Pebalap asal Inggris itu pun menjalani latihan mental untuk menjaga fokusnya tetap menjadi yang terbaik. Enam gelar juara dunia bisa menurunkan fokus jika mental tidak dikelola dengan tepat. Menyamai rekor Michael Schumacher, dengan tujuh gelar juara dunia, bisa menjadi motivasi tambahan.
Latihan mental Hamilton musim ini berbeda dibandingkan saat dia berusaha bangkit pada musim 2017. Dia bersaing ketat dengan Vettel musim itu, hingga akhirnya juara dunia untuk keempat kalinya. ”Kekuatan mental adalah kunci tahun ini (2017),” ujar Hamilton kepada program The Circuit CNN.
Menjelang tes pramusim 2020 di Sirkuit Catalunya, Barcelona, pada 19-21 Februari, Hamilton menjalani latihan fisik dan mental sepanjang musim dingin ini. Waktu yang berkualitas bersama keluarganya juga membuat dirinya merasa damai. ”Latihan berbeda tahun ini, saya rasakan secara fisik dan mental ada pada tingkat yang lain dibandingkan tahun lalu. Sangat positif,” ujar Hamilton dalam video yang diunggah di akun media sosial Mercedes.
Kondisi ini menegaskan bahwa apa yang akan dihadapi oleh Leclerc, Verstappen, dan Vettel, adalah sosok Hamilton yang lebih kuat. Pebalap yang melangkah lebih tinggi dari pada “sweet spot” yang dia capai pada 2018. “Titik manis” itu dipakai oleh Hamilton untuk menggambarkan bagaimana dirinya mencapai level yang berbeda, sehingga mampu membalap lebih cepat, lebih tenang, dan analitis pada perubahan sirkuit, mesin, serta performa ban.
Perang psikologis ini menjadi penyempurna performa mesin yang perlu dicapai oleh lawan-lawannya. Ferrari dan Red Bull, misalnya, awal musim ini mendapatkan atmosfer positif pada mesin baru masing-masing, yakni SF1000 dan RB16.
“Kami mengembangkan mobil dan berusaha mencari performa maksimumnya, berusaha memaksimalkan tingkat downforce, termasuk seluruh bagian mobil, (sasis) monokok, konstruksi pembangkit tenaga, dan gearbox dikemas ulang menjadi ramping, dan itu terlihat jelas,” ujar bos tim Scuderia Ferrari Mattia Binotto dikutip laman resmi Formula 1.
SF1000 yang mengalamai perubahan ekstrem dari SF90, membuat Vettel sangat senang. Pebalap Jerman itu menilai, perubahan cerdas yang dilakukan oleh tim Ferrari bisa menjadi senjata baru melawan tim “Panah Perak” Mercedes. “Saya merasa sangat bersemangat. Saya percaya diri sekaligus waspada,” ujarnya.
Atmosfer posisitif juga didapat oleh Verstappen setelah menguji mobil RB16 pada uji shakedown di Sirkuit Silverstone, Linggris, pada Rabu lalu. Pebalap asal Belanda berusia 22 tahun itu mendapatkan kesan yang sangat positif dari RB16, yang dinilai lebih baik dari mobil musim lalu. Jika performa RB16 meningkat dan andal, Vestappen berpotensi besar memperbaiki performa musim lalu.
Pada akhir musim 2019, Verstappen finis ketiga di belakang dua pebalap Mercedes, Valtteri Bottas dan Hamilton. Dia meraih tiga kemenangan di Austria, Jerman, dan Brasil, serta sembilan kali naik podium. “Hari ini (Rabu) semuanya berjalan lancar dan saya menantikan tes pekan depan (di Barcelona). Target seluruh tim tentu saja berada pada posisi untuk juara dan menjadi lebih baik dari tahun lalu,” ujar Verstappen dalam video pendek yang diunggah di akun media sosial Red Bull Racing.