Mengejar Keterampilan Bersertifikat demi Masa Depan
›
Mengejar Keterampilan...
Iklan
Mengejar Keterampilan Bersertifikat demi Masa Depan
Tekad untuk meraih masa depan yang lebih pasti di tengah kesulitan mencari pekerjaan mendorong para pencari kerja mengejar pelatihan keterampilan bersertifikat.
Oleh
KORNELIS KEWA AMA
·6 menit baca
Keterampilan begitu didambakan pencari kerja di Nusa Tenggara Timur, termasuk para lulusan perguruan tinggi. Mereka berjubel di depan pintu masuk pendaftaran kursus keterampilan tahap pertama untuk lima jenis kejuruan tahun 2020. Pelatihan vokasi bersertifikat ini tidak hanya diikuti anak-anak muda, tetapi juga mereka yang sudah berusia lanjut. Sebagian besar dari peserta ingin berwiraswasta.
Sinar matahari, Sabtu (1/2/2020), begitu menyengat. Sambil mengepit map, peserta tes berseragam putih hitam bertebaran mencari tempat teduh di halaman Balai Latihan Kerja (BLK) Pemerintah Provinsi Nusa Tenggara Timur di Kota Kupang, Sabtu (1/2/2020). Baru hari ketiga dari lima hari masa pendaftaran, sudah tercatat 1.210 pendaftar. Padahal, pelatihan tahap pertama ini disiapkan untuk melatih 96 orang. Animo calon peserta begitu tinggi.
Tekad untuk meraih masa depan yang lebih pasti di tengah kesulitan mencari pekerjaan mendorong para pencari kerja mengejar pelatihan keterampilan bersertifikat. Mereka ingin menjadi tuan di negerinya sendiri ketimbang menjadi tenaga kerja Indonesia di negeri orang, yang berisiko kematian.
Marianti Nina Ola (24), salah satu calon peserta pelatihan, mengatakan, dia tidak ingin mengalami nasib seperti ratusan tenaga kerja Indonesia yang meninggal di luar negeri akibat penyiksaan, penyakit, kecelakaan, dan pembunuhan. Ini menjadi pelajaran berharga bagi Nina dan kawan-kawan.
”Beta beberapa kali diajak teman ke Malaysia, tetapi menolak. Orangtua pun tidak mengizinkan. Pas ada informasi dibuka kursus menjahit di BLK, saya mendaftar. Bulan Agustus 2019 saya sudah mendaftar, tetapi tidak lolos karena saat itu hanya dibutuhkan 35 orang, sementara peminat ratusan orang,” kata Nina, yang memegang ijazah sekolah menengah atas (SMA) ini.
Lanjut usia
Para pendaftar pelatihan kerja BLK Pemprov NTT tidak terbatas lulusan sekolah menengah saja. Ada juga sarjana lulusan perguruan tinggi, ibu rumah tangga, bahkan orang lanjut usia. Sebagian besar mereka memilih pelatihan keterampilan menjahit. Mereka sadar, pelatihan kerja akan menambah kompetensi sehingga berguna untuk hidup mandiri dan sejahtera.
Warga Kelurahan Kuanino, Kota Kupang, Celine Lolang (66), misalnya, dia ingin mengambil kursus menjahit lanjutan. Ia sudah terampil menjahit dasar, yakni memendekkan kaki celana dan baju, menambal lubang, menjahit daster, bawahan (rok) perempuan, serta baju kebaya. Ia belum berani menjahit baju dan celana pria, apalagi modifikasi tenun dengan kain pabrikan. Kursus menjahit lanjutan pun menjadi modal Lolang untuk lebih terampil di bidang seni menjahit. Meskipun sudah berusia senja, Lolang siap menjadi penjahit pakaian pria dan wanita.
Perempuan asal Rote ini tidak ingin bergantung pada anak atau cucu. Ia memilih mandiri bersama sang suami, Maksi Lolang (69), yang menekuni keterampilan memperbaiki arloji di kediaman mereka.
”Saat beta datang bawa berkas lamaran, petugas tanya, oma mau buat apa. Beta bilang mau daftar kursus jahit. Dia agak heran pandang beta. Beta tanya dia, beta tidak bisa ikut kursus menjahitkah? Dia jawab saya, oh, bukan oma. Sangat bisa. Silakan oma,” tutur Lolang sambil tersenyum.
Lolang pun berdesakan bersama ratusan perempuan muda di depan pintu masuk pendaftaran, sekaligus tempat tes wawancara. Mereka memperebutkan naungan emperan pintu masuk berukuran 2 meter x 3 meter. Sebagian peserta duduk di bawah naungan pohon, menunggu giliran tes wawancara.
Warga Kelurahan Liliba, Kota Kupang, Marianus Kopong Tadon (26), calon peserta kursus perbengkelan sepeda motor, mengatakan, dia sudah empat kali gagal saat mengikuti seleksi selama 2019. Seleksi dilakukan melalui ujian tertulis dan tes wawancara. Ada 20 orang hingga 30 orang dalam setiap gelombang pelatihan jurusan perbengkelan sepeda motor. Untuk jurusan otomotif, ada 15 orang hingga 20 orang dalam sekali pelatihan.
Menambah kuota
Animo masyarakat yang begitu tinggi mengikuti pelatihan kerja di BLK Pemprov NTT membuat warga berharap pemerintah bisa menambah kuotanya. Marianus meminta Pemprov NTT menambah kuota peserta pelatihan kerja menjadi 50 orang hingga 100 orang per gelombang kursus. Kepala Unit Pelaksana Teknis Daerah (UPTD) BLK Pemprov NTT Ambarsari di Kupang mengatakan, perekrutan tahap pertama 2020 sedang berlangsung. Dari 1.210 pendaftar, 96 orang yang lolos seleksi langsung mengikuti pelatihan kerja pada Senin (10/2/2020).
Mereka tersebar dalam lima kejuruan, yakni otomotif sepeda motor, menjahit dasar, menjahit lanjutan, desain grafis, dan kecantikan. Setiap peserta harus terampil benar dengan bidang yang digeluti. Sertifikat keterampilan yang mereka dapat setelah mengikuti pelatihan kerja di BLK Pemprov NTT pun harus dapat dipertanggungjwabkan saat mereka bekerja.
“Kejuruan menjahit paling diminati, menjahit dasar dan lanjutan. Mayoritas peserta perempuan. Lulusan 2019 sebagian besar membuka usaha menjahit di rumah. Keluarga menyiapkan mesin jahit dan lainnya. Pemprov tidak memberi modal awal. Pemerintah daerah diharapkan membantu modal usaha para lulusan. Mereka juga bisa meminjam dana KUR di bank,” kata Ambarsari.
Kejuruan menjahit paling diminati, menjahit dasar dan lanjutan.
Selain berwiraswasta, 20 orang lulusan BLK Pemprov NTT tahun 2019 langsung direkrut bekerja oleh perusahaan garmen di Jawa Tengah. Demikian pula lulusan otomotif, ada tujuh orang direkrut perusahaan otomotif di Jakarta. Delapan orang lainnya langsung bergabung dengan sejumlah bengkel sepeda motor dan mobil di Kota Kupang. Permintaan tenaga lulusan bidang otomotif sepeda motor dan mobil cukup banyak di Kota Kupang dan sejumlah kabupaten di NTT. Peluang kerja dari lulusan ini masih terbuka.
Adapun lima lulusan kursus kecantikan BLK Pemprov NTT tahun 2019, langsung buka usaha salon kecantikan seusai pelatihan. Sebanyak 12 orang lagi bekerja di salon-salon kecantikan dan tata rias pengantin. Ibu-ibu rumah tangga sangat meminati kursus kecantikan ini. Pemprov NTT menyelenggarakan pelatihan kerja ini secara gratis. Para peserta mendapatkan makan dan minum senilai Rp 25.000 per hari dan uang transportasi Rp 1 juta per orang setelah mengikuti pelatihan sebulan penuh.
Dana itu setidaknya bisa menambah modal kerja mereka yang ingin berwirausaha seusai mengikuti kursus pelatihan kerja BLK Pemprov NTT.
Kursus keterampilan kerja BLK Pemprov NTT telah berlangsung sejak 1990-an, tetapi perjalanannya bagai kerakap tumbuh di atas batu. Keterbatasan dana membuat Pemprov NTT kewalahan mengelola BLK Pemprov NTT.
Dibantu TMMIN
Setelah sejumlah masalah menimpa ratusan tenaga kerja Indonesia asal NTT di luar negeri, dengan dorongan pemerintah pusat, BLK ini pun diberi ”nyawa”. UPTD BLK Pemprov NTT mulai aktif kembali sejak tahun 2017 berkat bantuan Kementerian Ketenagakerjaan yang menggandeng PT Toyota Motor Manufacturing Indonesia (TMMIN). TMMIN menyuplai sejumlah mesin dan peralatan terbaru untuk meningkatkan kualitas pelatihan kerja otomotif BLK Pemprov NTT.
”Sebagian instruktur dari luar karena Pemprov NTT tidak memiliki tenaga ahli bidang-bidang itu. Waktu pelatihan satu bulan atau 240 jam. Peserta harus dites kemahiran dasar dan daya tangkap sebelum direkrut,” kata Ambarsari. Thomas Anselmus (28), salah satu karyawan bengkel mobil Rimba Maju di Kota Kupang, yang juga lulusan UPTD BLK Pemprov NTT tahun 2019, mengatakan, apa yang dipelajarinya di BLK tidak jauh berbeda dengan praktik di bengkel. Bahkan, setelah bekerja dia selalu mendapatkan tambahan keterampilan lagi setiap hari.
”Dua bulan di sini, beta betah bekerja. Para senior selalu bersedia membantu karyawan baru masuk. Suatu saat, kalau sudah ada modal, beta ingin membuka bengkel sendiri. Beta ingin menjadi manusia mandiri,” kata Thomas. Kompetensi kerja terbukti meningkatkan daya saing angkatan kerja. Berkat ketekunan mengikuti pelatihan kerja di UPTD BLK Pemprov NTT, mereka jadi lebih berdaya.