Studi membuktikan ada makanan baik dan ada makanan yang tidak baik dikonsumsi bagi kesehatan. Konsumsi ”ultra processed foods” (makanan olahan) ternyata terkait erat dengan rendahnya kesehatan jantung.
Oleh
ATIKA WALUJANI MOEDJIONO
·3 menit baca
You are what you eat, kutipan yang berakar dari buku Anthelme Brillat-Savarin berjudul Fisiologi Rasa atau Meditasi Gastronomi Transendental (1826), yakni dis-moi ce que tu manges, je te dirai ce que tu es (katakan apa yang Anda makan dan aku akan beri tahu seperti apa Anda) mendapatkan konteksnya ketika penelitian para ahli membuktikan ada makanan yang baik dan ada yang buruk bagi kesehatan.
Sebuah penelitian dari Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC) Amerika Serikat yang dipaparkan pada Sesi Ilmiah Asosiasi Jantung Amerika (AHA) 2019, pertengahan November lalu, di Philadelphia, Amerika Serikat, menyatakan, konsumsi ultra processed foods (makanan olahan) terkait erat dengan rendahnya kesehatan jantung.
Ultra processed foods adalah makanan yang dibuat dari zat-zat yang mengalami pemrosesan signifikan, yakni lemak, tepung, gula, juga bahan tambahan makanan, seperti perasa buatan, pewarna, dan pengemulsi. Contohnya, minuman ringan, makanan ringan asin, kukis, kue, daging asap, sosis, nugget ayam, sup instan, serta makanan olahan siap saji lain.
Menurut penelitian itu, setiap penambahan 5 persen konsumsi kalori dari makanan olahan, akan menurunkan kesehatan kardiovaskular dalam tingkat tertentu.
Kesehatan kardiovaskular didefinisikan Asosiasi Jantung Nasional Amerika sebagai 7 Hal Sederhana dalam Hidup, yakni tekanan darah, kadar kolesterol, dan kadar glukosa darah normal, tidak merokok, asupan zat gizi yang baik, berat badan normal, serta aktivitas fisik memadai.
Para peneliti CDC mengkaji catatan asupan makanan dan kesehatan jantung dari 13.446 responden berusia 20 tahun ke atas yang dikumpulkan pada Survei Pemeriksaan Kesehatan dan Gizi (the National Health and Nutrition Examination Survey/NHANES) sepanjang tahun 2011-2016.
Pola makan sehat berperan penting untuk menjaga kesehatan jantung dan pembuluh darah.
”Pola makan sehat berperan penting untuk menjaga kesehatan jantung dan pembuluh darah,” kata ahli epidemiologi CDC, Zefeng Zhang, sebagaimana dikutip Science Daily. ”Konsumsi makanan olahan sering menggantikan makanan sehat yang kaya zat gizi, seperti buah-buahan, sayuran, biji-bijian, dan protein tanpa lemak yang menyehatkan jantung. Terlebih lagi, makanan olahan sering kali tinggi garam, gula, lemak jenuh, dan zat lain yang bisa meningkatkan risiko gangguan jantung.”
Asam amino sulfur
Sementara itu, hasil penelitian Penn State University yang dipublikasi dalam Lancet EClinical Medicine, 3 Februari 2020, menunjukkan, pola makan rendah asam amino sulfur bisa menurunkan risiko gangguan kesehatan kardiovaskular. Asam amino merupakan zat pembentuk protein. Salah satu subkategori, asam amino sulfur, termasuk metionin dan sistin, banyak terdapat pada makanan kaya protein, seperti daging, susu, kacang-kacangan, dan kedelai. Zat ini diperlukan oleh tubuh untuk menjaga kesehatan dan metabolisme. Namun, konsumsi protein berlebih ternyata tidak menguntungkan.
Tim mengevaluasi data Survei Pemeriksaan Kesehatan dan Gizi Nasional ke-3. Mereka menyusun skor risiko penyakit kardiometabolik berdasarkan kadar biomarker (penanda biologis) dalam darah peserta, yakni kolesterol, trigliserida, gula darah, dan insulin, setelah berpuasa 10-16 jam.
Hasil penelitian terhadap pola makan dan penanda biologis darah pada lebih dari 11.000 peserta mendapatkan, mereka yang mengonsumsi makanan rendah asam amino sulfur memiliki risiko lebih kecil menderita gangguan jantung dan metabolisme, misalnya diabetes.
Bahan pangan rendah asam amino sulfur antara lain biji-bijian, sayuran, dan buah-buahan. ”Selama ini, penelitian pada binatang menunjukkan pola makan rendah asam amino sulfur menyebabkan umur panjang,” kata John Richie, ketua tim peneliti dan guru besar kesehatan masyarakat pada Fakultas Kedokteran Penn State.
Hasil penelitian Richie dan tim menjadi bukti epidemiologis pertama bahwa asupan berlebih asam amino sulfur bisa menyebabkan penyakit kronis pada manusia.
Berapa takaran yang dianjurkan dalam memilih asupan makanan? Pedoman gizi seimbang di Indonesia, yang divisualkan sebagai Piring Makanku menganjurkan, 50 persen jumlah makanan per porsi adalah sayuran dan buah-buahan. Sisanya, 50 persen, berupa makanan pokok dan lauk pauk yang terdiri dari sumber protein hewani dan nabati.
Dalam kerangka yang lebih besar, pilihan makanan akan menunjukkan siapa kita serta mencerminkan kebijaksanaan kita sebagai manusia dalam menjaga karunia kesehatan.