Menikah adalah langkah penting yang menjadi tonggak dalam perjalanan hidup manusia. Ikatan percintaan dan relasi intim sepasang kekasih diresmikan baik secara agama, hukum positif, maupun pengakuan sosial masyarakat.
Oleh
Toto Suryaningtyas
·5 menit baca
Pertanyaan kapan menikah terkadang sulit dijawab bagi sepasang kekasih yang belum siap dengan berbagai konsekuensi sosial dan personal setelah menikah. Usia menikah menjadi masalah yang sulit dipecahkan meski secara materi sudah memadai.
Menikah adalah langkah penting yang menjadi tonggak dalam perjalanan hidup manusia. Ikatan percintaan dan relasi intim sepasang kekasih diresmikan baik secara agama, hukum positif, maupun pengakuan sosial masyarakat. Namun, menikah juga mengandung konsekuensi tanggung jawab terhadap perjalanan kebahagiaan rumah tangga dan pendidikan anak yang dilahirkan.
Tulisan ini dibuat untuk membandingkan adakah perubahan usia menikah dari beberapa generasi, khususnya di Amerika Serikat dan Indonesia. AS dipakai sebagai pembanding karena kelengkapan data dan karakteristik masyarakat yang relatif plural seperti Indonesia.
Hal itu dilakukan juga untuk melihat apakah gejala menunda menikah hingga usia yang lebih ”mapan” sebagaimana terjadi di generasi milenial, atau mereka yang lahir antara 1982 dan 2000, berlangsung sama di masyarakat AS dan Indonesia.
Di AS, hasil survei yang dilakukan pewsocialtrends pada 2018 bertajuk ”Millennial life: How young adulthood today compares with prior generations” menunjukkan perubahan usia menikah yang cukup berarti.
Dibandingkan dengan generasi sebelumnya, kaum milenial, yakni mereka yang berusia 25 hingga 37 tahun pada 2018 (saat survei dilaksanakan), menunda pernikahan dan cenderung lebih lambat dalam membentuk rumah tangga.
Dilihat secara proporsi, hanya 46 persen generasi milenial yang menikah pada 2018, menurun tajam dari proporsi 83 persen generasi Silent (lahir pada 1925-1944) yang menikah pada 1968. Proporsi kelompok usia 25-37 tahun yang menikah terus turun dari satu generasi ke generasi berikutnya: 67 persen pada generasi Baby Boomer (lahir pada 1945-1964) hingga 57 persen dari Generasi X (lahir pada 1965-1981).
Kondisi ini mencerminkan pergeseran masyarakat AS yang menunda menikah dan baru akan menikah di usia lebih tua. Sebagai ilustrasi, pada 1968, wanita Amerika menikah pada usia 21 tahun dan pria pada usia 23 tahun. Adapun di tahun 2018, angka itu naik menjadi usia menikah 28 tahun untuk wanita dan 30 tahun untuk pria. Akibatnya, mereka lebih lama tinggal bersama orangtuanya.
Pada model prediksi yang ekstrem dari survei itu, jika pola saat ini berlanjut secara linear, diperkirakan satu dari empat orang dewasa muda AS tidak akan menikah hingga mereka mencapai usia pertengahan 40-an hingga awal 50-an. Bagaimana dengan usia menikah kaum muda di Indonesia?
Makin matang
Untuk membandingkan perbedaan usia menikah di antara generasi di Indonesia, data usia pernikahan pertama dipakai dari Badan Pusat Statistik (BPS). Adapun data tentang preferensi usia menikah kelompok milenial di Indonesia bisa ditemukan dalam hasil survei IDN Times yang diselenggarakan pada 2019.
Hasil survei yang dimuat di laman IDN Times itu menunjukkan, usia yang dianggap ideal untuk menikah adalah 21 sampai 25 tahun yang dinyatakan 52,6 persen responden. Sebanyak 43,4 persen menyatakan usia ideal adalah 26-30 tahun.
Jika dilihat berdasarkan jender, mayoritas milenial wanita justru lebih siap untuk menikah di usia muda, yakni 21-25 tahun (59,3 persen), dibandingkan dengan pria yang menilai usia ideal menikah 26-30 tahun (50,4 persen).
Dalam penelitian ini ditemukan bahwa mayoritas milenial wanita ingin memiliki anak di usia 21-25 tahun (59,3 persen), sedangkan separuh milenial pria ingin memiliki anak di usia 26-30 tahun (50,4 persen). Milenial pria ingin memiliki anak di usia yang lebih matang karena mempertimbangkan kesanggupan untuk memenuhi kebutuhan anak.
Sementara itu, dicuplik dari paparan Direktur Statistik Kependudukan dan Ketenagakerjaan BPS Razali Ritonga tentang statistik perkawinan di Indonesia 9 Juni 2015, terekam pola pernikahan pertama di indonesia yang juga semakin menua dari sisi perempuan.
Dari wanita Indonesia berusia 25-49 tahun, terekam usia perkawinan pertama cenderung semakin dewasa dalam kurun waktu 1991-2012. Menggunakan pencuplikan dari median umur kawin pertama, terlihat bahwa pada 1991 umur wanita kawin adalah 17,1 tahun, dan merambat naik menjadi 19,2 tahun pada tahun 2002. Pada 2017, usia kawin pertama wanita sudah menjadi 21,8 tahun.
Median umur kawin pertama adalah umur dengan 50 persen dari semua wanita atau pria dalam kelompok umur sudah melakukan perkawinan. Angka median lebih digunakan daripada nilai rata-rata karena angka median dapat dipakai untuk semua kategori kelompok (kohor) dengan setidaknya setengah dari wanita atau pria berstatus kawin pada saat survei.
Sayangnya, tak berhasil ditemukan data survei masa lalu (generasi Silent) di Indonesia yang menunjukkan usia menikah dari para pasangan calon pengantin.
Namun, merujuk pada berkembangnya usia menikah wanita sejak 1991 hingga 2012, tecermin bahwa usia menikah di Indonesia juga mengalami perkembangan menuju usia perkawinan yang dinilai lebih ”matang”.
UU Perkawinan
Sebagaimana diketahui, UU Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan terkait batas usia perkawinan menyebutkan batas minimal 16 tahun untuk perempuan dan 19 tahun untuk laki-laki. Ketentuan ini diuji materi di Mahkamah Konstitusi lantaran dianggap diskriminatif dan menghasilkan revisi undang-undang oleh DPR dengan lahirnya Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2019 tentang Perubahan atas UU No 1/1974 tentang Perkawinan. Dalam UU yang baru itu disebutkan batas usia perkawinan antara laki-laki dan perempuan adalah sama, yaitu 19 tahun, sesuai dengan keputusan Mahkamah Konstitusi tentang usia menikah.
Sejak 2015, Indonesia mengalami bonus demografi, yakni dominasi penduduk usia produktif pada rentang usia 15-64 tahun. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik, ada 176,8 juta penduduk usia produktif pada 2017 di Indonesia atau sekitar 67 persen dari 261,8 juta penduduk. Dari jumlah itu, proporsi kaum muda generasi milenial yang lahir pada 1980-1999 tentunya sangat besar. Artinya, usia mereka kini sudah berada di rentang 21-40 tahun dan siap menikah.
Perkawinan dianggap sebagai sarana mobilitas sosial dan pemerataan kesejahteraan. Untuk membuat relasi yang bahagia dan langgeng, pasangan baik, jujur, menarik, berpendidikan tinggi, dan mapan saja tak cukup. Kepuasan hubungan juga ditentukan interaksi, komunikasi, keterbukaan, serta kesamaan dan perbedaan nilai pasangan. Semua itu semestinya tecermin, antara lain, pada kematangan usia calon pengantin.