Indonesia memperjuangkan akses bagi buah-buahan tropis, seperti manggis, pisang, nanas, salak, dan mangga, masuk ke pasar Selandia Baru. Selama ini ekspor sejumlah komoditas itu menghadapi hambatan nontarif.
Oleh
M Paschalia Judith J
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Indonesia berupaya memasarkan produk pertanian nasional ke pasar Selandia Baru. Upaya itu antara lain ditempuh dengan mengatasi hambatan nontarif melalui kerja sama bilateral.
Direktur Jenderal Perundingan Perdagangan Internasional Kementerian Perdagangan Iman Pambagyo, sebagai ketua delegasi Indonesia dalam Forum Senior Official’s Meeting on Trade and Investment Framework (SOMTIF) ke-7 yang digelar di Wellington, Selandia Baru, Jumat (14/2/2020), menyatakan, pihaknya memperjuangkan akses bagi buah-buahan tropis Indonesia, yakni manggis, pisang, nanas, salak, dan mangga.
Principal Adviser, Trade and Economic Group, Ministry of Foreign Affairs and Trade Mark Train, yang memimpin delegasi Selandia Baru, dilaporkan ikut menghadiri SOMTIF ke-7. SOMTIF adalah forum bilateral antara Indonesia dan Selandia Baru yang digelar setiap tahun sejak 2008 dan membahas isu-isu perdagangan dan investasi.
Menurut peneliti Center for Indonesian Policy Studies (CIPS), Felippa Ann Amanta, pertemuan itu bisa menjadi katalis bagi produk pertanian Indonesia yang berpotensi besar mengisi pasar Selandia Baru. Selain peningkatan volume ekspor, Indonesia berpeluang menambah variasi produk.
Komoditas pertanian yang diekspor Indonesia ke Selandia Baru saat ini antara lain teh, kopi, dan produk olahan coklat. ”Pada prinsipnya, hubungan antara Indonesia dan Selandia Baru bersifat saling menguntungkan. Harapannya, SOMTIF bisa berdampak pada peningkatan ekspor Indonesia ke Selandia Baru,” kata Felippa.
Menurut data yang dihimpun Kementerian Perdagangan dari Badan Pusat Statistik, nilai ekspor Indonesia ke Selandia Baru sepanjang 2019 mencapai 445,2 juta dollar AS. Sebaliknya, nilai impor Indonesia dari Selandia Baru mencapai 763,5 juta dollar AS.
Kementerian Perdagangan mencatat, produk ekspor utama Indonesia ke Selandia Baru terdiri dari oil cake, batubara, kayu, reception app for television, dan ban. Adapun produk yang diimpor Indonesia dari Selandia Baru ialah susu dan krim, mentega, keju, tepung gandum, dan bubur kayu kimiawi.
Dalam hal penanaman modal, Badan Koordinasi Penanaman Modal mencatat, realisasi investasi Selandia Baru di Indonesia sepanjang 2019 mencapai 3,2 juta dollar AS dan berada di posisi ke-46 dibandingkan negara-negara lain.
Selain perdagangan produk pertanian, Indonesia juga ingin bekerja sama dengan Selandia Baru dalam ekonomi kreatif, seperti perfilman dan animasi.
”Selandia Baru memiliki industri perfilman yang cukup maju. Banyak film box office yang dibuat di Selandia Baru, seperti the Hobbit dan Lord of the Ring. Oleh karena itu, Indonesia ingin membangun kerja sama melalui SOMTIF kali ini,” tutur Iman.
Selain itu, SOMTIF ke-7 menjadi sarana bagi Indonesia untuk mengundang investor Selandia Baru. Indonesia menawarkan sektor peternakan, pariwisata, pendidikan vokasional dan tinggi, serta kebudayaan sebagai ladang penanaman modal bagi Selandia Baru.
Iman menyatakan, kemitraan dalam kualitas sumber daya manusia dan akses tenaga kerja dengan Selandia Baru turut menjadi isu strategis. ”Di tengah perlambatan ekonomi dunia saat ini, SOMTIF memiliki arti penting dalam meningkatkan kerja sama Indonesia dan Selandia Baru,” katanya.