Pola pikir skeptis dan visi jauh ke depan membuat tim Mercedes melesat meninggalkan lawan-lawannya. Tim "Panah Perak" itu telah mendesain mesin yang andal beberapa tahun lebih dulu daripada tim lainnya.
Oleh
AGUNG SETYAHADI
·3 menit baca
LONDON, JUMAT – Mobil Mercedes W11 yang telah dikembangkan sejak akhir 2018, akhirnya diluncurkan, Jumat (14/2/2020). Pengembangan mobil W11 yang dimulai sebelum mobil W10 menyentuh sirkuit untuk balapan F1 2019 itu, menegaskan pola pikir skeptis sekaligus visi jauh ke depan yang membuat tim “Panah Perak” melesat.
Selalu berpikir skeptis menjadi faktor kunci yang membuat Mercedes memborong gelar juara pebalap dan konstruktor F1 di era mesin V6 turbo hibrida pada 2014-2019. Sebelum era V6 turbo hibrida digulirkan pada 2014, misalnya, Mercedes telah mengembangkan mesin itu beberapa tahun sebelumnya.
“Sangat penting menetapkan target yang jelas, karena jika anda melakukan itu, hal itu membuat anda tetap termotivasi dan memiliki energi,” ujar Kepala Tim Mercedes Toto Wolff dalam majalah F1 Racing edisi Januari 2020.
“Setiap tahun tim ini telah mengarahkan pandangan pada musim baru, mengetahui bahwa poin diatur ulang ke nol, masa lalu tidak dihitung, dan saat ini serta masa depan yang paling penting. Dan entah bagaimana pola pikir skeptis itu telah menang dan kami tidak meraihnya begitu saja,” tegas Wolff.
Pandangan jauh ke depan itu salah satunya menghasilkan mesin W11 yang baru saja menjalani tes shakedown di Sirkuit Silverstone, kemarin. Dalam tes ini, setiap tim tidak boleh melebihi jarak 100 kilometer dan harus menggunakan ban khusus. Tes pertama dilakukan oleh pebalap Valtteri Bottas disusul juara dunia enam kali F1 Lewis Hamilton.
Mobil W11 akan menjadi andalan Mercedes membuat rekor baru pada musim ini bersama Hamilton dan Bottas. Jika Mercedes kembali memenangi gelar konstruktor dan pebalap, mereka akan melampaui rekor mereka sendiri, enam gelar ganda yang dicetak tahun lalu. Jika gelar pebalap diraih Hamilton, dia akan menyamai rekor Michael Schumacher dengan tujuh kali juara, terbanyak sepanjang F1.
Namun, Hamilton menegaskan dirinya tidak merasakan tekanan apapun, karena tidak memikirkan rekor itu. Dia hanya akan menikmati balapan musim ini dengan energi baru untuk menghadapi tantangan yang menanti. “Tahun ini saya tidak merasakan tekanan, ini seperti melakukan sesuatu yang menyenangkan,” ujar pebalap asal Inggris itu.
“Anda fokus tetapi ini benar-benar tentang menikmati momen. Anggota tim telah bekerja sangat keras untuk membangun mobil dan hanya ada dua dari kami yang akan mengendarai, jadi ini sungguh luar biasa,” ujar Hamilton.
Kerjasama tim di belakang layar, menurut Hamilton sangat positif. Semua menginginkan kemenangan berikutnya dan tidak terlena oleh enam gelar ganda beruntun yang telah diraih. Spirit itu tumbuh seiring dengan pengalaman pahit dari kekalahan yang mereka alami pada seri-seri balapan yang lalu.
“Rasa sakit karena kalah tak hilang selama berhari-hari, mungkin hingga balapan berikutnya. Sedangkan kegembiraan karena menang menghilang pada Senin pagi setelah balapan. Dan itulah yang membuat kami terus bergerak,” ujar Wolff.
Kepemimpinan Wolff, menurut Hamilton, berperan besar dalam menjaga performa tim untuk terus meraih kemenangan. Dia sosok yang dekat dengan anggota timnya secara personal. “Dia memahami struktur dan strategi, dan dia memahami bahwa kami semua memiliki elemen unik dalam diri kami. Ini tentang menempatkan orang di lingkungan yang tepat supaya bisa berkembang dan menjadi hebat,” ujar pebalap berusia 35 tahun itu.
Terkait tantangan dirinya untuk kembali menjadi juara dunia pada musim ini, Hamilton mengakui ada banyak pebalap muda yang terus berusaha menjadi yang terbaik.
“Ya, saya meraih gelar-gelar juara itu, tetapi saya sadar betul bahwa ada pebalap-pebalap muda yang menunggu saya terpeleset atau performa saya anjlok. Saya merasakan itu setiap tahun, setiap balapan. Saya harus melakukan (yang terbaik) setiap saat,” ujarnya dalam wawancara khusus dengan Stuart Codling dari Autosport.