Pelaku Wisata di Batam Maksimalkan Turis Lokal
Para pelaku wisata di Batam, Kepulauan Riau, mulai memaksimalkan pasar turis lokal dalam menyikapi berkurangnya kunjungan turis mancanegara akibat wabah virus korona baru.
BATAM, KOMPAS — Para pelaku wisata di Batam, Kepulauan Riau, mulai memaksimalkan pasar turis lokal untuk menyikapi berkurangnya kunjungan turis mancanegara akibat wabah virus korona baru. Strategi ini mendapatkan respons positif dari pasar turis lokal meskipun belum signifikan.
Manajer Pemasaran dan Komunikasi Montigo Resort Nongsa Ilham Wibisono mengatakan, pihaknya memaksimalkan promosi kepada turis lokal selain menggarap turis dari negara lain yang tidak terjangkit virus korona baru.
”Kami mulai memaksimalkan pasar turis lokal sejak awal Februari 2020. Sebagai penarik, ada promosi khusus. Sekarang Rp 2,5 juta sudah bisa menginap di vila dengan isi empat orang. Biasanya dimulai dari harga Rp 3,5 juta,” kata Ilham, Sabtu (15/2/2020).
Di Montigo Resort Nongsa, turis yang datang terdiri atas dua jenis. Ada yang menginap, ada pula yang sekadar berkunjung. Turis yang sekadar berkunjung antara lain datang untuk berenang, bermain jetski, bermain ATV, ataupun menikmati kuliner.
Menurut Ilham, sejauh ini respons pasar turis lokal relatif bagus. Namun, peralihan target pasar itu belum dapat menutupi akibat berkurangnya turis mancanegara yang sebagian besar berasal atau datang via Singapura.
Baca Juga : Wisatawan Asal Singapura Padati Batam
Berdasarkan pantauan Kompas di sekitar kafe dan kolam renang Montigo Resort Nongsa, Sabtu sore, jumlah pengunjung relatif sepi. Padahal, kata Ilham, pada akhir pekan lokasi ini selalu ramai.
Dijelaskan Ilham, wabah korona yang menjangkiti puluhan negara, terutama Singapura, membuat okupansi penginapan di Montigo Resort Nongsa berkurang. Normalnya, okupansi sekitar 70 persen pada hari biasa dan hingga 100 persen pada akhir pekan. Sejak virus korona mewabah, okupansi hanya 40-50 persen pada hari biasa dan 60 persen pada akhir pekan.
Untuk mengurangi dampak, kata Ilham, manajemen menawarkan penjadwalan ulang waktu menginap. Dengan demikian, pembatalan orderan dapat dihindarkan.
Hal yang sama dikatakan Front Office Manager Nongsa Point Marina & Resort Tony Rinaldi di Batam. Dia mengatakan, wabah virus korona baru sangat berdampak terhadap jumlah wisatawan yang menginap. Sebab, sekitar 75 persen turis di Nongsa Point berasal atau datang via Singapura, salah satu negara terjangkit.
”Kami sedang menyasar pasar turis lokal. Kalau bertahan dengan pasar mancanegara, bisa tumbang. Ini tindakan antisipatif dari kami,” kata Tony.
Tony belum dapat memastikan sejauh mana langkah ini efektif karena belum ada evaluasi. Namun, sejauh ini respons dari pasar turis lokal relatif bagus. Sudah mulai ada kunjungan grup-grup turis lokal yang menginap dan mengadakan kegiatan di Nongsa Point.
Menurut Tony, penurunan jumlah pengunjung telah dimulai sejak Januari 2020, terutama sejak Singapura menaikkan status peringatan perjalanan. Dari awalnya hijau menjadi jingga (oranye) atau peningkatan kasus luar biasa.
Dalam situasi normal, tingkat okupansi di hotel, vila, dan apartemen Nongsa Point bisa mencapai 25-35 persen pada hari biasa dan 75-100 persen pada akhir pekan. Adapun sejak ada wabah korona baru, okupansi hanya berkisar 10-15 persen pada hari biasa dan 25 persen pada akhir pekan.
”Hari (Sabtu) ini okupansi kami 75 persen karena masuknya turis lokal,” ujar Tony. Namun, kata Tony, kondisi ini tidak berlangsung tiap hari karena turis lokal umumnya menginap ketika akhir pekan atau musim liburan. Sementara itu, turis mancanegara bisa datang setiap hari.
Tony tidak dapat memprediksi kondisi ini berlangsung hingga kapan. Namun, berdasarkan pengalaman menghadapi wabah SARS tahun 2002, penurunan pengunjung bisa hingga tiga bulan. Karena wabah korona baru lebih parah dibandingkan SARS, kondisi ini bisa jadi berlangsung lebih lama.
”Kami berharap jika situasinya sudah kondusif, Kementerian Pariwisata bisa membantu dalam mempromosikan kembali bahwa kondisi dalam negeri sudah bersih,” ujar Tony.
Transportasi dan kuliner
Wabah virus korona baru tidak hanya memukul jasa penginapan dan tempat wisata. Jasa transportasi dan kuliner ikut terimbas berkurangnya jumlah wisatawan mancanegara, terutama yang berasal atau datang via Singapura.
Kepala Operasional Pelabuhan Batam Centre Nika Astaga mengatakan, penurunan jumlah penumpang sebenarnya sudah dimulai sejak dua minggu lalu. Namun, sejak adanya peningkatan status peringatan perjalanan di Singapura sekitar lima hari lalu, jumlah penumpang semakin berkurang.
”Awalnya, penurunan sekitar 20 persen. Sekarang mencapai 30-40 persen, terutama sejak Singapura menaikkan status (peringatan perjalanan) menjadi oranye,” kata Nika ketika ditemui di kantornya, Kamis (13/2/2020).
Awalnya, penurunan sekitar 20 persen. Sekarang mencapai 30-40 persen, terutama sejak Singapura menaikkan status (peringatan perjalanan) menjadi oranye.
Menurut Nika, pada hari biasa, normalnya jumlah penumpang datang dan berangkat sekitar 5.000 orang per hari. Sekarang jumlahnya hanya sekitar 3.000 orang per hari. Sementara itu, untuk Sabtu dan Minggu, normalnya jumlah penumpang 7.000-10.000 orang per hari. Sekarang turun menjadi sekitar 5.000 orang.
Nika menjelaskan, penurunan penumpang 20 persen di awal merupakan dampak pelarangan masuknya turis China dan Korea Selatan ke Singapura. Adapun turis kedua negara itu masuk ke Batam via Singapura. Sementara penurunan hingga 40 persen saat ini dipicu oleh warga asal Singapura enggan bepergian.
Dilanjutkan Nika, meskipun jumlah penumpang menurun, jumlah keberangkatan dan kedatangan kapal tidak berkurang, yaitu 77 perjalanan sehari. Pelabuhan ini melayani perjalanan ke Singapura dan Malaysia.
Berdasarkan pantauan Kompas di Pelabuhan Batam Centre, Sabtu (15/2/2020) siang, jumlah pengunjung di lantai dasar pelabuhan sepi. Namun, jika dibandingkan dengan situasi pada Kamis (13/2/2020) siang, jumlah pengunjung lebih ramai karena akhir pekan. Kondisi lengang juga terlihat di kafe dan kios pelabuhan. Sebagian besar petugas ataupun penjaga kafe/kios lebih sering berdiri dibandingkan melayani pelanggan.
Widi (26), petugas kafe khusus kopi, mengatakan, hingga tengah hari, baru 40 orang yang datang ke tempatnya. Padahal, di akhir pekan pada kondisi normal, jumlah pengunjung bisa lebih dari seratus orang.
”Biasanya yang mengopi di sini wisatawan dari Singapura, Korea Selatan, dan Malaysia. Bagaimana lagi, sekarang sepi. Kami tidak dapat berbuat apa-apa. Meskipun dikasih diskon, orang yang datang sepi, siapa yang hendak belanja,” katanya.
Wawan (30), sopir taksi, mengaku, jumlah penumpang yang diantarnya berkurang drastis. Sebelum korona baru menjangkiti Singapura, ia sering mengantar dan menjemput wisatawan dari negara seberang itu. ”Saya biasa mengantar jemput wisatawan ke pelabuhan, bandara, dan pusat perbelanjaan. Namun, sekarang sangat sepi,” kata Wawan.
Baca Juga : Dampak Virus Korona terhadap Wisata Indonesia