Suasana pesta sudah mulai merasuki Kota Liverpool saat perjalanan “Si Merah” merengkuh gelar juara Liga Inggris belum selesai. Atmosfer berapi-api para pendukungnya mengembalikan memori kegagalan musim-musim sebelumnya.
Oleh
KELVIN HIANUSA
·3 menit baca
LIVERPOOL, JUMAT – Jalanan sekitar Stadion Anfield, markas Liverpool, disesaki ribuan suporter. Spanduk dan bendera yang lebih banyak dari biasanya dikibarkan di antara gumpalan asap pekat merah suar.
“Jalan menuju Anfield seperti laut merah. Nyanyian-nyanyian juara berkumandang keras. Saya sudah merasakan parade 75.000 orang di pusat kota saat memenangi Liga Champions. Tetapi momen itu berbeda. Harapan dan ekspektasi meluap-luap,” kata Steven Gerrard dalam buku otobiografinya.
Gerrard masih menyimpan dalam imajinya momen-momen jelang akhir musim 2013/2014 itu. Kala itu, Kota Liverpool di Merseyside mulai memerah merayakan “Si Merah” yang selangkah lagi menjadi juara Liga Primer.
Namun, pesta dini justru berujung petaka. Ekspektasi justru memberatkan kaki-kaki pemain. Kesalahan demi kesalahan di sisa laga pun terjadi. Salah satu kesalahan paling fatal adalah insiden terpelesetnya Gerrard saat Liverpool ditumbangkan Chelsea pada musim itu.
Situasi berapi-api enam tahun lalu kembali terulang musim ini. Jelang pekan ke-26, dalam laga tandang melawan Norwich City, pada Minggu (16/2/2020), pukul 00.30 WIB, pendukung mulai berpesta. Di sudut-sudut kota itu mereka mulai bernyanyi, ”Sekarang kalian akan percaya. Kami segera menjuarai liga.”
Parade juara bahkan mulai direncanakan "Kopites", panggilan fans Liverpool. Daily Star memberitakan, harga hotel membumbung tinggi berkali-kali lipat pada hari perayaan gelar, 18 Mei 2020. Harganya lebih dari Rp 300 juta semalam.
Liveerpool memang begitu dengan dekat dengan gelar yang sudah absen diraih hampir 30 tahun itu. Mereka kini unggul 22 poin dari rival terdekatnya, Manchester City, saat Liga Primer masih menyisakan 13 pekan.
Meskipun demikian, belajar dari pengalaman sebelumnya, perburuan menuju takhta tertinggi belum berakhir. Anak asuh Jurgen Klopp itu setidaknya membutuhkan enam kemenangan lagi untuk memastikan gelar.
Bagi Klopp, reaksi Kopites sangat wajar. “Mereka bisa menyanyikan itu, merayakannya berkali-kali. Saya tidak masalah. Semua harus merayakan situasi ini, kecuali kami (pelatih dan pemain),” kata pelatih karismatik tersebut.
Musim gugur
Dalam bukunya, Gerrard menceritakan pengalaman pahit perburuan gelar itu. "Stevie G", panggilannya, merasakan tekanan akan semakin berat menuju pekan-pekan terakhir liga.
Penggawa “Si Merah” perlu mewaspadai tekanan itu. Bulan-bulan setelah Desember, utamanya pada Januari dan Februari, merupakan "musim gugur" bagi tim dari kota pelabuhan ini.
Musim lalu, poin-poin penting berguguran di dua bulan itu. Jordan Henderson dan rekan-rekan kehilangan 9 poin dalam 8 laga. Kehilangan itu yang membuat mereka gagal juara musim lalu, yaitu hanya tertinggal satu poin dari sang juara, City.
Mantan penyerang Liverpool Robbie Fowler selalu mengingatkan “Si Merah” bahwa mereka belum juara sampai benar-benar meraihnya. “Jangan bicara juara terlebih dulu. Fokus adalah yang utama,” kata pemain yang belum pernah membawa mantan timnya itu mencapai kejayaan di liga lokal.
Untungnya, Januari musim ini sedikit berbeda, yaitu lebih terlihat seperti musim semi bagi Liverpool. Mereka memanen poin penuh dari lima pertandingan yang dijalani.
Namun, tren positif itu bisa terputus dengan hadirnya jeda tengah musim pertama kali dalam sejarah Liga Primer. Liverpool mendapatkan jatah libur 10 hari, di mana Klopp mengizinkan para pemain berlibur.
Namun, Klopp mengatakan, jeda sangat berarti bagi pemainnya untuk memulihkan fisik dan mental yang sempat dikuras. “Tetapi, kini kami harus mencari ritme lagi, yaitu ritme kemenangan. Kami harus bekerja keras mengembalikannya,” katanya dalam konferensi pers jelang laga melawan Norwich.
Semesta seperti ikut mendukung Liverpool. Dua tulang punggung tim, Sadio Mane dan James Milner, dikabarkan telah sembuh dari cedera. Mereka berpeluang tampil di Stadion Carrow Road, markas Norwich.
Tidak bisa dimungkiri, Si Merah sudah menaruh satu tangannya di trofi Liga Primer. Sementara itu, tangan satunya mulai mendekat. Pengamat sepak bola BBC Gary Lineker berseloroh, hanya Donald Trump yang bisa mencegah Liverpool juara, yaitu dengan perang dunia ketiga yang hampir diciptakannya. (AP/AFP/REUTERS)