Rencana keuangan merupakan panduan utama dalam mengelola keuangan. Oleh karena itu Rencana keuangan harus dapat fleksibel mengikuti perubahan, lakukan financial check up lagi dan adaptasi terhadap situasi yang baru.
Oleh
PRITA HAPSARI GHOZIE
·4 menit baca
Disadari atau tidak, literasi keuangan yang baik akan menjadi salah satu penentu tercapainya kesejahteraan keluarga. Menurut data dari Otoritas Jasa Keuangan, tahun 2019 literasi keuangan masyarakat Indonesia telah meningkat sebanyak 35 persen sejak 2016.
Namun sayang, hanya 37 persen responden yang mengaku dapat memenuhi kebutuhan hidupnya untuk enam bulan ke depan jika kehilangan sumber utama penghasilannya. Hal itu dikarenakan hingga berusia 35 tahun, mereka belum memulai perencanaan keuangan untuk jangka panjang. Oleh sebab itu, mari kita memahami kembali apa saja tahapan perencanaan keuangan untuk individu dan keluarga.
Keputusan menabung dalam bentuk aset apa, berapa banyak, hingga kapan, sebenarnya adalah strategi yang seharusnya menjawab bagaimana mencapai tujuan keuangan yang diinginkan. Kita juga sebaiknya menyadari bahwa tidak ada satu strategi khusus yang akan cocok diimplementasikan untuk semua tujuan keuangan yang dimiliki.
Dalam buku Make It Happen terbitan Gramedia Pustaka Utama, saya tuliskan dalam merencanakan keuangan ada enam tahap yang sebaiknya dilakukan. Pertama, menentukan apa mimpi atau tujuan yang ingin diwujudkan oleh individu maupun keluarga. Contoh tujuan keuangan adalah ingin membeli hunian rumah tinggal di daerah Serpong (Tangerang Selatan, Banten) dalam lima tahun ke depan, dengan budget maksimal Rp 1 miliar, misalnya. Pahami bahwa dalam berbagai tahapan kehidupan, biasanya keluarga hanya memiliki kemampuan untuk mengelola tiga tujuan keuangan agar dapat fokus dan tercapai.
Namun, secara umum, dalam berbagai tahapan kehidupan setiap keluarga sebaiknya mempersiapkan dana darurat untuk jumlah yang ideal, dana untuk pendidikan anak jika ada, dan dana pensiun untuk orangtua. Saya akan bahas hal ini lebih mendalam pada tulisan berikutnya. Kedua, setelah menetapkan tujuan keuangan yang ingin dicapai, berikutnya adalah menghitung kebutuhan dana untuk mencapainya. Pahami bahwa secara umum tingkat inflasi atau kenaikan harga akan menyebabkan kebutuhan dana terus meningkat.
Sebagai contoh, dana yang dibutuhkan untuk membeli rumah di pinggiran jalan tol di area Serpong pada tahun 2019 bisa mencapai Rp 20 juta per meter persegi. Namun, pada tahun 2007 hanya di kisaran Rp 1 juta per meter persegi. Peningkatan harga juga umumnya menjadi perhatian para orangtua yang mempersiapkan dana pendidikan untuk putra dan putrinya. Sebagai contoh, saat saya menjadi mahasiswa di sebuah universitas negeri di area Depok, biaya kuliah per semester hanya di kisaran Rp 450.000. Namun, pada tahun 2019, biaya kuliah per semester mencapai Rp 15 juta. Artinya, selama 20 tahun terjadi kenaikan biaya atau yang dikenal dengan sebutan inflasi dana pendidikan.
Ketiga, menyusun strategi sesuai rencana keuangan. Berdasarkan kebutuhan dana yang sudah dihitung pada tahap 2, berikutnya kita dapat mengevaluasi apakah sudah ada aset-aset atau tabungan yang telah dipersiapkan sebelumnya untuk mencapai tujuan tersebut. Hal ini dapat diketahui saat melakukan financial check up setiap tahunnya.
Apabila ternyata saat ini belum ada aset ataupun tabungan yang dipersiapkan, dengan bantuan kalkulator, Anda dapat menghitung berapa jumlah uang yang perlu disisihkan setiap bulan untuk ditabung dan diinvestasikan. Untuk mengetahui kebutuhan menabung, Anda dapat dibantu dengan kalkulator perencanaan keuangan gratis yang tersedia di situs-situs perencanaan keuangan, antara lain www.zapfinance.co.id.
Keempat, pahami berbagai produk keuangan untuk membantu perencanaan keuangan. Setelah menyusun strategi, Anda wajib mengenali alternatif produk keuangan yang dapat digunakan untuk mencapai tujuan keuangan. Bukan hanya tabungan, Anda juga memiliki alternatif untuk berinvestasi dalam bentuk logam mulia, reksa dana, surat berharga negara ritel, hingga saham secara langsung. Setiap produk keuangan memiliki potensi keuntungan dan risiko yang berbeda-beda.
Dengan melakukan perencanaan, hidup Anda dan keluarga akan lebih terarah dan mencapai kesejahteraan berdasarkan definisi masing-masing.
Silakan baca lagi kolom investasi di harian Kompas edisi sebelumnya untuk kembali mempelajari tentang produk keuangan. Kelima, melakukan implementasi atas rencana keuangan. Rencana keuangan merupakan panduan utama dalam mengelola keuangan. Namun, apabila tidak ada aksi, rencana akan sebatas wacana. Agar implementasi terlaksana, biasanya saya sarankan untuk dibantu oleh beberapa jenis rekening yang terpisah. Sederhananya, rekening operasional untuk bulanan, rekening investasi, dan rekening dana darurat.
Keenam, melakukan monitor dan evaluasi. Setelah membuat rencana dan melaksanakannya, secara berkala evaluasi sebaiknya dilakukan. Rencana keuangan harus dapat fleksibel mengikuti perubahan. Sebagai contoh perubahan status dari lajang menjadi menikah, dari satu tanggungan kemudian bertambah, dan seterusnya, akan membuat rencana keuangan juga berpotensi berubah. Oleh karena itu, lakukan financial check up lagi dan adaptasi terhadap situasi yang baru.
Perencanaan keuangan tidak akan menjanjikan profit instan berlipat ganda alias ”auto-tajir”. Namun, dengan melakukan perencanaan, hidup Anda dan keluarga akan lebih terarah dan mencapai kesejahteraan berdasarkan definisi masing-masing. Terakhir, dengan berbagai usaha yang sudah Anda lakukan, Anda akan diajak untuk mensyukuri apa pun yang Anda miliki saat ini. Live a Beautiful Life!