Tim penyelamat tidak menemukan 10 pucuk senjata dan 1 pelontar granat milik 12 prajurit korban jatuhnya helikopter MI-17 di Pegunungan Puncak Mandala, Kabupaten Pegunungan Bintang, Papua, Jumat (14/2/2020).
Oleh
fabio costa
·2 menit baca
JAYAPURA, KOMPAS — Tim penyelamat gabungan tidak menemukan 10 pucuk senjata dan 1 pelontar granat milik 12 prajurit korban jatuhnya helikopter MI-17 di Pegunungan Puncak Mandala, Kabupaten Pegunungan Bintang, Papua, Jumat (14/2/2020). TNI Angkatan Darat akan menempuh cara persuasif agar warga yang diduga mengambil senjata itu bisa segera mengembalikan.
”Diduga 10 pucuk senjata dan 1 pelontar granat itu diambil warga setempat yang sedang berburu,” kata Panglima Kodam XVII/Cenderawasih Mayor Jenderal Herman Asaribab saat menjemput 12 jenazah prajurit korban jatuhnya helikopter MI-17 di Pangkalan Udara Silas Papare, Jayapura, Papua, Sabtu (15/2/2020).
Herman mengatakan, 10 pucuk senjata itu terdiri dari 7 unit SS1 dan 3 unit pistol. ”Kami akan menggunakan pendekatan kekeluargaan dengan masyarakat setempat. Kami yakin, dengan cara ini, senjata-senjata itu dapat dipulangkan dalam waktu 1-2 minggu,” tutur Herman.
Helikopter MI-17 bernomor registrasi HA-5138 itu lepas landas dari Bandara Oksibil pada 28 Juni 2019. Pada hari yang sama, helikopter dilaporkan hilang kontak pukul 11.49 WIT di ketinggian 7.800 kaki. Seharusnya, helikopter pengangkut logistik untuk Satuan Tugas Pengamanan Perbatasan Indonesia dan Papua Niugini di Pegunungan Bintang itu dijadwalkan tiba di Sentani, Kabupaten Jayapura, pukul 13.11.
Penumpang helikopter terdiri dari tujuh awak helikopter dan lima anggota Batalyon Infanteri 725/Waroagi. Tujuh awak itu adalah Kapten Aris, Letnan Ahwar, Kapten Bambang, Sersan Kepala Suriatnae, Prajurit Satu Asharulf, Prajurit Kepala Dwi Pur, dan Sersan Dua Dita Ilham. Personel Yonif 725 adalah Sersan Dua Ikrar Setya Nainggolan, Pratu Yanuarius Loe, Pratu Risno, Prada Sujono Kaimuddine, dan Prada Tegar Hadi Sentana.
Propaganda
Juru bicara Tentara Pembebasan Nasional Organisasi Papua Merdeka, Sebby Sambom, mengatakan, komplotannya di Pegunungan Bintang telah mengambil seluruh senjata para korban pada 4 Februari 2020. ”Pemimpin OPM di Pegunungan Bintang, Alipky Tapol, menyatakan tak akan mengembalikan senjata ini,” ujar Sebby.
Wakil Kepala Penerangan Komando Daerah Militer XVII/Cenderawasih Letnan Kolonel Dax Sianturi menyampaikan, kelompok separatis hanya menyebarkan propaganda untuk menunjukkan eksistensinya. Salah satunya klaim helikopter jatuh akibat ditembak oleh kelompok itu. Padahal, diduga helikopter jatuh karena faktor cuaca.
”Klaim itu tidak benar dan hanya propaganda. Tidak ada aktivitas kelompok separatis di sekitar lokasi kejadian selama beberapa tahun terakhir,” ujar Dax.