Danau Toba, Kawasan Super Prioritas yang Terus Berbenah
Nama besar Danau Toba yang terkenal di seantero Indonesia belum meneteskan berkah yang banyak bagi pariwisata setempat. Kontribusi sektor pariwisata dari delapan daerah penyokong Danau Toba masih tergolong minim.
Pemerintah terus menata kawasan Danau Toba, Sumatera Utara, untuk menyambut kedatangan wisatawan mancanegara. Terpilihnya Presiden Joko Widodo untuk kedua kali pada periode 2019-2024 mendorong pengembangan lima obyek wisata super prioritas di Indonesia semakin akseleratif.
Berdasarkan peta jalan pengembangan pariwisata, pada 2020 ini semua obyek wisata super prioritas ditargetkan sudah selesai segala infrastruktur pendukungnya. Tidak terkecuali kawasan Danau Toba yang sangat kompleks rancangan prasarana dan sarana pendukungnya.
Dari lima obyek wisata super prioritas, Danau Toba memiliki keunikan geografi alam yang berbeda dengan obyek lainnya. Ciri alam ini menjadi keunggulan Danau Toba dibandingkan dengan destinasi super prioritas lainnya, seperti Borobudur, Mandalika, Labuan Bajo, dan Likupang. Danau Toba adalah danau kaldera terbesar di dunia seluas sekitar 2.700 kilometer persegi. Danau ini terbentuk dari letusan tektonik gunung api raksasa Toba yang diperkirakan terjadi pada masa kuarter geologi bumi. Bekas letusan itulah yang menciptakan kaldera luas yang pada akhirnya terisi oleh air dan menjadi danau.
Lokasi destinasi tersebut berada di Provinsi Sumut yang secara administratif wilayah danaunya berada di delapan kabupaten. Artinya, Danau Toba ini secara geografis dimiliki secara bersama-sama oleh delapan kabupaten, yakni Kabupaten Simalungun, Tapanuli Utara, Dairi, Toba Samosir, Samosir, Karo, Pakpak Bharat, dan Humbang Hasundutan. Luasnya wilayah, topografi lahan, dan terbagi dalam beberapa daerah administratif menyebabkan pengembangan sarana pendukung pariwisata Danau Toba sangatlah kompleks.
Kondisi tersebut merupakan tantangan yang besar bagi pemerintah, baik pusat maupun daerah, dalam menjadikan Danau Toba sebagai pariwisata super prioritas. Lokasinya yang beririsan dengan delapan kabupaten menjadikan pemerintah pusat harus relatif merata dalam mengembangkan daya dukung pariwisata Danau Toba. Apalagi, turis yang menjadi sasaran program super prioritas ini adalah wisatawan asing yang notabene membelanjakan uang relatif lebih banyak daripada wisatawan lokal. Arus wisatawan ke Danau Toba sedapat mungkin memberi andil ekonomi yang merata bagi setidaknya delapan daerah penyokong obyek wisata itu. Tujuannya, agar tidak menimbulkan ketimpangan ekonomi antardaerah pariwisata tersebut.
Salah satu program nasional yang berperan mendukung destinasi super prioritas itu adalah pembangunan infrastruktur pariwisata. Hasil kajian Kementerian Perhubungan terhadap infrastruktur di kawasan Danau Toba menunjukkan ada sejumlah hambatan terkait dengan akses pariwisata.
Lokasi Danau Toba yang beririsan dengan delapan kabupaten penyangga serta topografi wilayah yang bergunung-gunung menyebabkan kawasan wisata ini belum terintegrasi secara baik sistem transportasinya.
Terbatasnya jumlah bandara berikut kapasitas pesawatnya menyebabkan biaya penerbangan domestik ke wilayah Danau Toba relatif mahal. Selain itu, konektivitas penerbangan internasional di Bandara Kualanamu, Medan, masih sangat terbatas sehingga berpengaruh pada jumlah turis ke Sumut.
Oleh sebab itu, kendala konektivitas tersebut secara bertahap mulai dituntaskan satu per satu. Seiring dengan penetapan Danau Toba sebagai salah satu ”10 New Bali” yang akan menjadi destinasi alternatif selain Bali, sejak tahun 2017 hingga 2021 sektor transportasi di kawasan Toba dibenahi.
Berbagai macam moda transportasi ditingkatkan kualitas serta konektivitasnya. Merata dari sektor tranportasi udara, penyeberangan, dan angkutan darat.
Di sektor transportasi udara, misalnya, pada 2017 Kemenhub menambah panjang runway Bandara Silangit, Tapanuli Utara, dari 2.400 meter menjadi 2.650 meter serta meningkatkan status bandara menjadi berskala internasional.
Pada 2019, landas pacu bandara Sibisa, Toba Samosir, ditambah panjangnya dari 1.200 meter menjadi 1.650 meter. Selain itu, pada 2020 ini direncanakan pembangunan terminal baru di Bandara Sibisa hingga seluas 1.200 meter persegi.
Untuk sektor penyeberangan danau, Kemenhub membangun kapal penyeberangan ro-ro tahun 2017. Pada 2018, kembali lagi membangun kapan penyeberangan ro-ro kapasitas 300 GT yang diperkirakan selesai tahun 2019. Pada 2020 ini, diperkirakan pembangunan bus air untuk penumpang serta kapal ro-ro 200 GT yang dimulai dikerjakan sejak 2019 lalu akan selesai.
Selain itu, pemerintah juga akan membangun atau merehabilitasi pelabuhan danau di 12 titik lokasi di daerah Ambarita, Ajibata, Simanindo, Tigaras, Muara, Toruan, Tongging, dan Balige.
Selain moda udara dan penyeberangan tersebut, pemerintah juga memberikan subsidi operasionalisasi angkutan antarmoda serta fasilitas integrasi angkutan jalan. Tahun 2020 ini, pemerintah juga berencana meningkatkan jalur kereta api lintas Araskabu-Tebing Tinggi-Siantar sejauh sekitar 35 km.
Bahkan, pemerintah berencana mengembangkan lintas Siantar hingga Parapat, Danau Toba, yang akan mulai masuk tahapan konstruksi pada 2022.
Tahapan pembangunan sejumlah infrastruktur pendukung pariwisata yang dimulai sejak 2017 tersebut merupakan upaya pemerintah meningkatkan aksesibilitas pariwisata ke Danau Toba.
Sudah triliunan rupiah digelontorkan untuk meningkatkan infrastruktur pendukung itu. Pada 2020 ini saja, Kemenhub menganggarakan khusus untuk sejumlah proyek di Danau Toba sekitar Rp 1,043 triliun atau 30-an persen dari seluruh anggaran pendukung lima destinasi super prioritas yang nilainya hampir mencapai Rp 3 triliun.
Hal ini bertujuan agar Danau Toba benar-benar mudah diakses oleh wisatawan, terutama turis asing, secara mudah. Apalagi, Presiden Jokowi pada akhir tahun lalu meminta kepada jajaran pemerintahannya untuk mempercepat pembangunan infrastruktur pendukung di lima kawasan destinasi super prioritas nasional.
Jika semua lancar, mulai tahun 2020 ini obyek wisata tersebut dapat dipromosikan secara masif pada dunia internasional. Danau Toba dengan segala keunikan panorama alam dan fenomena kedahsyatan alam tentu saja memiliki nilai lebih dalam menawarkan daya tarik wisata bagi para wisatawan mancanegara.
Wilayah penyokong Toba
Luasnya wilayah Danau Toba menyebabkan obyek wisata ini membentang di sejumlah penjuru daerah administratif. Ada delapan kabupaten penyokong Danau Toba yang daerahnya bersinggungan langsung dengan danau tersebut ataupun masuk dalam daerah tangkapan air danau bersangkutan.
Daerah itu adalah Kabupaten Simalungun, Tapanuli Utara, Dairi, Toba Samosir, Samosir, Karo, Pakpak Bharat, dan Humbang Hasundutan. Delapan wilayah ini adalah daerah utama yang akan merasakan langsung dampak kemajuan pariwisata Toba yang telah diprogramkan pemerintah menjadi destinasi super prioritas.
Tentu saja, daerah-daerah tersebut berharap besar dapat menikmati berkah dari program pariwisata itu. Sayangnya, hingga saat ini pemasukan pariwisata di delapan daerah tersebut relatif masih kecil.
Nama besar Danau Toba yang terkenal seantero Indonesia belum meneteskan berkah yang banyak bagi pariwisata setempat. Kontribusi sektor pariwisata dari delapan daerah penyokong Danau Toba masih tergolong minim.
Pada 2014-2018, kontribusi sektor pariwisata yang tecermin dari lapangan usaha akomodasi dan makan-minum kedelapan daerah itu rata-rata per tahun hanya sekitar Rp 1,6 triliun. Nilai ini sekitar 10 persen dari semua kontribusi sektor akomodasi dan makan-minum seluruh Sumut yang setiap tahun hampir mencapai Rp 15 triliun.
Hal ini mengindikasikan daerah-daerah yang berada di sekitar Danau Toba hanya merasakan relatif sedikit berkah pariwisata yang berada di sekitarnya. Kontribusi pariwisata justru disumbang oleh daerah lainnya di Sumut yang tidak bersinggungan langsung dengan Danau Toba.
Merinci dari delapan daerah penyokong Danau Toba itu, hanya tiga daerah yang memiliki kontribusi jasa akomodasi yang relartif tinggi dengan nilai sumbangan bagi PDRB setempat rata-rata lebih dari Rp 200 miliar per tahun. Daerah tersebut adalah Kabupaten Simalungun, Dairi, dan Karo.
Hal ini mencerminkan ketersediaan akomodasi, aksesibilitas, dan daya dukung pariwisata untuk saat ini lebih terkonsentrasi di tiga daerah tersebut. Untuk daerah lainnya, seperti Tapanuli Utara, Toba Samosir, Samosir, Pakpak Bharat, dan Humbang Hasundutan, masih tergolong minim.
Oleh sebab itu, dengan ditetapkannya Danau Toba sebagai destinasi super prioritas, harapannya semua daerah penyokong Toba dapat tumbuh dan berkembang pariwisatanya. Upaya pemerintah melalui Kemenhub dengan membuka, membangun, serta mengembangkan sejumlah prasarana pendukung aksesibilitas menuju Toba diharapakan dapat membangun pariwisata menjadi lebih masif dan menarik bagi wisatawan.
Para turis, baik mancanegara ataupun Nusantara, dapat dengan mudah mengakses ke Danau Toba serta mudah menjelajahi segala penjuru wilayah danau. Masyarakat sekitar Toba dapat menikmati kemajuan pariwisata itu sambil melestarikan budaya setempat yang menjadi daya tarik para wisatawan. (LITBANG KOMPAS)