Kemenangan susah payah, 3-2, atas India yang diperkuat para pemain muda pada Kejuaraan Asia Bulu Tangkis Beregu menjadi alarm bagi tim bulu tangkis putra Indonesia. Mereka tetap harus waspada menghadapi lawan.
Oleh
Yulia Sapthiani
·4 menit baca
MANILA, SABTU — Diperkuat para pebulu tangkis terbaik tak menjamin mulusnya langkah tim putra Indonesia pada Kejuaraan Asia Bulu Tangkis Beregu Putra Putri di Manila, Filipina. Kemenangan atas India, 3-2, yang diperoleh dengan susah payah di semifinal, membuat Indonesia harus waspada dengan ancaman tim lain yang kekuatannya lebih rendah.
Para pemain dengan peringkat terbaik di nomor tunggal dan ganda dipercaya menghadapi India pada laga di Manila, Filipina, Sabtu (15/2/2020). India juga diwakili pemain terbaik mereka, meski kekuatan mereka menurun dibandingkan dengan tiga tahun lalu, ketika tunggal putra mereka menjuarai lima dari 12 turnamen Super Series.
Empat dari enam pemain yang diturunkan India berusia kurang dari 22 tahun, salah satunya Lakhsya Sen (18). Pemain yang baru beralih dari level yunior ke senior ini dipercaya tampil dua kali, melawan Jonatan ”Jojo” Christie di nomor tunggal dan ganda bersama Chirag Shetty untuk menghadapi Kevin Sanjaya Sukamuljo/Marcus Fernaldi Gideon.
Di antara para pemain India itu, hanya Shetty yang menempati peringkat 10 besar dunia bersama pasangan tetapnya, Satwiksairaj Rankireddy. Adapun Indonesia memiliki tunggal putra peringkat kelima dunia, Anthony Sinisuka Ginting, Jojo (7), serta dua ganda peringkat teratas dunia, Kevin/Marcus dan Hendra Setiawan/Mohammad Ahsan. Tunggal putra nomor tiga Indonesia, Shesar Hiren Rushtavito, bermain sebagai tunggal ketiga.
Namun, posisi tersebut tak membuat Indonesia tampil dominan atas India. Dua ganda putra yang diwajibkan menang dalam setiap kejuaraan beregu bisa menyelesaikan tugas tersebut meski tidak mudah. Hendra/Ahsan menang tipis atas ganda peringkat ke-125 dunia, MR Arjun/Dhruv Kapila, 21-10, 14-21, 23-21. Adapun dari tiga tunggal putra, hanya Anthony yang menyumbangkan angka saat mengalahkan Sai Praneeth, 21-6. Praneeth tak menyelesaikan laga karena cedera kaki.
Kecewa
Keberadaan Anthony dan Jojo pada 10 besar dunia sebenarnya membuka harapan agar nomor tunggal bisa meraih lebih dari satu kemenangan. Namun, Jojo justru tampil buruk menghadapi Sen. Dia sering memberi poin mudah pada lawan karena kesalahan yang dibuatnya, termasuk saat servis.
Pelatih tunggal putra pelatnas Hendry Saputra Ho pun kecewa dengan penampilan juara Asian Games 2018 itu. Apalagi, hasil melawan Sen menjadi kekalahan kedua dari tiga pertandingan Jojo. Sebelumnya, dia menjadi satu-satunya wakil Indonesia yang kalah saat berhadapan dengan Korea Selatan pada penyisihan Grup A.
”Jonatan kurang tenang, kelihatan dari beberapa servis yang gagal. Dia seperti merasa ada beban, padahal semua pemain merasakan hal serupa. Akhirnya, dia tidak tampil maksimal dan lawan mengambil keuntungan,” tutur Hendry.
Di seberang net, Sen tampil dengan kecepatan dan kecerdikannya. Dalam satu momen, Jojo terkecoh ketika menduga Sen akan mengembalikan drop shot dengan pukulan net, tetapi kok justru dipukul ke belakang lapangan.
Kekalahan itu menjadi peringatan bagi Indonesia karena pada usianya, Sen telah menempati peringkat ke-31 dunia. Sejak 2017, ketika masih berkategori pemain yunior, permainannya terasah karena sering mengikuti turnamen dewasa. Pada 2019, dia menjuarai Belanda Terbuka BWF Super 100 dan SaarLorLux Terbuka Super 100.
Pemain Indonesia yang satu angkatan dengan Sen saat bermain di level yunior, yaitu Ikhsan Leonardo Imanuel Rumbay dan Gatjra Piliang Fiqihilahi Cupu, masing-masing baru menempati peringkat ke-98 dan ke-177 dunia. Pada turnamen Super 100, hasil terbaik Ikhsan dan Gatjra adalah perempat final.
Tim Indonesia juga kehilangan angka dari Vito yang dikalahkan Subhankar Dey, 17-21, 15-21, sehingga membuat skor menjadi 2-2. Selain tak bisa keluar dari tekanan lawan, Vito mengatakan, dia ragu-ragu untuk menentukan strategi bermain menyerang atau reli.
Indonesia akhirnya memperoleh keuntungan dengan ditempatkannya Kevin/Marcus pada partai terakhir. ”Minions” menang mudah atas Sen/Shetty, 21-6, 21-13, dalam waktu 24 menit dan mengantarkan Indonesia untuk bertemu Malaysia dalam final, Minggu.
Berbeda dengan Indonesia, Malaysia bisa memanfaatkan kondisi di tim Jepang dengan absennya tunggal putra nomor satu dunia, Kento Momota, serta dua ganda putra terbaik, Hiroyuki Endo/Yuta Watanabe dan Takeshi Kamura/Keigo Sonoda. Lee Zee Jia dan kawan-kawan menang, 3-0.
Sementara itu, final beregu putri mempertemukan Jepang dan Korea Selatan. Pada semifinal, Jepang menang 3-0 atas Malaysia, sedangkan Korsel mengungguli Thailand, 3-1.