Ditserse Narkoba Polda Metro Jaya menggelar razia ke Black Owl pada Sabtu dini hari. Meski mendapati belasan pengunjung terbukti sebagai pengguna narkoba, polisi tidak menemukan barang bukti narkoba di klub malam itu.
Oleh
J GALUH BIMANTARA
·4 menit baca
JAKARTA, KOMPAS—Kepolisian Daerah Metro Jaya memperbarui informasi terkait hasil razia narkoba di Black Owl Kitchen, Bar, and Resto, Penjaringan, Jakarta Utara, Sabtu (15/2/2020) dini hari lalu. Dari sebelumnya 12 orang dinyatakan positif menggunakan narkoba, kini jumlahnya menjadi 14 orang.
“Dari hasil tes urine, hasilnya macam-macam. Ada yang positif amfetamin, ada yang metamfetamin,” tutur Kepala Bidang Humas Kepolisian Daerah Metro Jaya Komisaris Besar Yusri Yunus, pada Senin (17/2/2020) di Jakarta. Bahan-bahan itu biasa ditemukan pada ekstasi dan sabu.
Yusri mengatakan, mereka yang positif menggunakan narkoba itu sedang menjalani penilaian. Jika memang benar mereka hanya pengguna, mereka bakal direkomendasikan menjalani program rehabilitasi.
Direktorat Reserse Narkoba Polda Metro Jaya menggelar razia ke Black Owl pada Sabtu dini hari. Meski mendapati belasan pengunjung terbukti sebagai pengguna narkoba, polisi tidak menemukan adanya barang bukti narkoba di lokasi.
Menurut perwakilan manajemen Black Owl, Agus, ketiadaan barang bukti tersebut menunjukkan bahwa tidak ada keterkaitan antara Black Owl dengan penggunaan narkoba oleh sejumlah tamunya. Tempat itu bukanlah penyedia barang haram.
“Menurut keterangan dari kepolisian, pengunjung konsumsi di luar, dan di dalam tidak ada peredaran,” ujar Agus saat dihubungi pada Senin. Yusri membenarkan bahwa para pengunjung yang positif mengaku menggunakan narkoba sebelum masuk Black Owl.
Saat razia, ada 250-an pengunjung berada di Black Owl. Agus menuturkan, pengunjung yang biasa datang ke sana murni ingin makan malam atau ingin menikmati pertunjukan musik band secara langsung.
Meskipun demikian, narkoba dan klub malam di Jakarta memiliki sejarah tersendiri yang saling terkait. Sebelum kasus di Black Owl, sudah ada beberapa klub malam di Ibu Kota yang ditutup gara-gara terlibat kasus narkoba. Namun, klub malam bukan satu-satunya kanal peredaran narkoba di Jakarta. Penyebaran barang haram ini bahkan sudah menembus ke berbagai lini.
Rantai peredaran narkotika dan obat terlarang di Jakarta seakan tak kunjung habis. Sepanjang 2019, Jakarta terus dihadapkan berbagai modus peredaran narkoba. Modus ini pun kian beragam meski jumlah peredaran pada 2019 relatif berkurang dibandingkan dengan tahun lalu.
Polda Metro Jaya mengungkap 5.231 kasus narkoba sepanjang 2019, turun dari 5.844 kasus pada 2018. Meski begitu, sejumlah modus baru peredaran narkoba pun muncul.
Kasus narkoba yang menonjol terjadi sejak Januari 2019. Polisi menemukan gudang narkoba di salah satu sekolah di kawasan Kembangan, Jakarta Barat. Dari situ, ditemukan narkoba jenis sabu seberat 356 gram dan ribuan butir pil psikotropika golongan IV.
Pada April 2019, polisi juga mengungkap penyelundupan 120 kilogram sabu dalam kontainer yang disembunyikan di bawah karung arang. Sabu tersebut dikirim melalui Pelabuhan Bakauheni, Lampung, yang ditelusuri oleh Polres Metro Jakarta Barat.
Tidak hanya di dalam negeri, modus jaringan pengedar internasional pun kian berkembang. Pada Mei 2019, polisi mengungkap pengiriman narkoba jaringan Amerika-China-Indonesia yang diselundupkan melalui kemasan kopi Starbuck dengan berat 28 kilogram.
Kepala Biro Humas dan Protokol Badan Narkotika Nasional (BNN) Sulistyo Pudjo Hartono, yang dihubungi di Jakarta, Senin (30/12/2019), mengatakan, semakin beragamnya modus peredaran narkoba pada 2019 adalah implikasi gencarnya operasi penegak hukum. Giatnya penindakan membuat para pengedar juga turut memikirkan cara-cara baru dalam menyelundupkan barang mereka.
”Sepanjang 2019, kasus peredaran semakin beragam karena ada daerah baru juga yang turut berperan. Semakin giatnya penindakan, maka para pengedar terus memutar otak untuk penyelundupan. Kami pun mendalami cara-cara mereka selanjutnya,” ujar Pudjo.
Kasus narkoba sepanjang 2019 juga melibatkan kalangan selebritas. Sejumlah selebritas mulai dari aktor, Jefri Nichol, hingga komedian senior, Nunung, tertangkap pada Juli 2019. Bahkan, jaringan pengedar mereka ada yang ditelusuri hingga ke sindikat dalam lembaga pemasyarakatan (lapas).
Pudjo menjelaskan, ada 84 jaringan narkoba dalam lapas yang bergerak hingga tahun ini. Sekitar 14 jaringan telah diringkus oleh BNN.
”Para pengedar akan terus mencari modus-modus baru. Semakin sering diberantas, mereka semakin sporadis. Tentunya pemberantasan akan tetap dilakukan pada tahun mendatang,” katanya.
Dampak buruk
Kasus narkoba sepanjang tahun ini berimplikasi terhadap berbagai aksi kriminalitas. Kepala Polres Metro Jakarta Barat Komisaris Besar Hengki Haryadi mengklaim, sembilan dari 10 kasus kriminalitas di Jakarta Barat, pelakunya positif mengonsumsi narkoba.
”Dari kasus kejahatan jalanan dan premanisme di Jakarta Barat, sebagian besar pelakunya positif narkoba. Saya menduga, narkoba turut memberikan dampak kepada pelaku kejahatan untuk menjadi lebih agresif,” ujarnya dalam konferensi pers di Mapolres Metro Jakarta Barat, Senin.
Kasus narkoba di Jakarta Barat pun mendominasi sebagian besar kasus kriminalitas. Dari 1.743 kasus kriminalitas, 984 kasus di antaranya merupakan narkoba.
Kepala Satuan Reserse Narkoba Polres Metro Jakarta Barat Ajun Komisaris Besar Erick Frendriz mengatakan, kasus narkoba di Jakarta Barat juga banyak melibatkan generasi muda. Ia menyatakan, hampir setiap kasus tawuran atau geng motor, para pelakunya terbukti positif narkoba.
Terkait hal itu, Erick mengatakan, polisi kini semakin mewaspadai kawasan padat permukiman sebagai lokasi yang berperan menjadi pengedar narkoba. Polisi menyinyalir sebagian kawasan, seperti di Cengkareng, Tambora, dan Palmerah, masih menjadi lokasi pendistribusian narkoba.
”Lokasi seperti di Kompleks Permata Cengkareng dan wilayah padat penduduk di Tambora, Jakarta Barat, masih akan diawasi pada 2020. Pola peredaran yang kami amati pun kini berbeda, tidak hanya menyasar tempat hiburan, tetapi juga kawasan permukiman padat penduduk,” ucap Erick.