Indeks Harga Saham Gabungan melemah 6,87 persen sejak awal tahun ini. Pelemahan ini merupakan yang terdalam di kawasan ASEAN, disusul Filipina yang melemah 6,82 persen. Pekan ini, perdagangan saham diperkirakan membaik.
Oleh
Dimas Waraditya Nugraha
·2 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Indeks Harga Saham Gabungan diprediksi bangkit pekan ini setelah terkoreksi sepanjang pekan lalu. Proyeksi perbaikan IHSG itu antara lain didasari asumsi penurunan indeks yang sudah di titik jenuh serta sentimen penyebaran Covid-19 yang mulai mereda bagi pelaku pasar.
Pada penutupan perdagangan pekan lalu, IHSG ada di bawah 6.000, yakni 5.866,945. Sejak awal tahun ini, IHSG melemah 6,87 persen. Pelemahan ini merupakan yang terdalam dibandingkan dengan bursa saham di ASEAN.
Direktur PT Anugerah Mega Investama Hans Kwee berpendapat, muncul optimisme di kalangan pelaku pasar bahwa penyebaran Covid-19 sudah mulai mampu diatasi. Apalagi, otoritas China sudah mengambil berbagai kebijakan untuk menahan penurunan ekonomi negara tersebut akibat penyebaran virus korona tipe baru ini.
”Meskipun data penyebaran virus korona tipe baru belum mengonfirmasi puncak dari kasus yang terjadi, di pasar global kini sudah mulai memberi tanda-tanda kenaikan transaksi,” ujar Hans di Jakarta, Minggu (16/2/2020).
Ia memproyeksi, pekan ini pasar saham akan berbalik positif.
Berdasarkan data Bursa Efek Indonesia, nilai kapitalisasi pasar saham pada Jumat (14/2/2020) sebesar Rp 6.781,86 triliun atau anjlok 2,19 persen dari posisi Jumat (7/2/2020) senilai Rp 6.933,71 triliun.
Sejak awal tahun hingga Jumat lalu, transaksi yang dibukukan investor asing Rp 900,65 miliar. Nilai ini lebih rendah dibandingkan dengan periode yang sama pada 2019, yakni Rp 2 triliun.
Di China, pabrik-pabrik di Provinsi Hubei mulai dibuka kembali meskipun masih banyak yang menunda operasi akibat merebaknya virus korona tipe baru.
Senada dengan Hans, analis Panin Sekuritas, William Hartanto, menyebutkan, IHSG sedang dalam fase melemah. Pelemahan ini terjadi karena investor melarikan dana mereka atau mengurangi transaksi di pasar saham Indonesia.
Alasannya, investor masih mewaspadai kasus-kasus reksa dana investasi sejumlah perusahaan asuransi yang tengah bermasalah.
Berbagai sentimen ini mengakibatkan tekanan jual di pasar saham meningkat. Investor pun beralih ke instrumen yang risikonya lebih kecil, yakni obligasi.
”Pasar sekarang cenderung melihat dan menunggu. Terlihat volume transaksi turun drastis jika dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu,” ujarnya.
Namun, kata William, secara teknis IHSG bisa saja kembali menguat. ”Ketika IHSG sudah menyentuh level 5.800, ada kemungkinan untuk terjadi technical rebound,” katanya.
Sebelumnya, Direktur Utama BEI Inarno Djajadi pernah menyampaikan, pasar modal domestik masih menjanjikan meskipun pasar modal regional lesu karena berbagai sentimen, termasuk merebaknya virus korona tipe baru.