Deretan musisi yang telah mengisi Super Bowl Halftime Show antara lain Michael Jackson, Diana Ross, Aerosmith, U2, Paul McCartney, The Rolling Stones, Bruce Springsteen, Madonna, Beyoncé, Bruno Mars, Katy Perry, Coldplay, Lady Gaga, dan Maroon 5.
Acara Super Bowl Halftime Show sangat megah layaknya sebuah konser besar. Ribuan properti, penari, pemusik, bahkan kembang api mewarnai penampilan para musisi itu di hadapan lebih dari 50.000 penonton langsung dan hampir 100 juta penonton televisi di AS.
CNBC melaporkan dana untuk pertunjukan Super Bowl Halftime Show melebihi 10 juta dollar AS atau setara Rp 136,88 miliar. Acara bergengsi dan populer ini membuat para pengisi acara bersedia untuk tidak dibayar untuk tampil.
Namun, Super Bowl Halftime Show bukan lagi sekadar ajang hiburan bagi penonton di masa istirahat para atlet. Berbagai kontroversi muncul, seperti robeknya kostum panggung Janet Jackson dengan tidak sengaja pada 2004 atau M.I.A yang memberi isyarat tidak senonoh pada 2012.
Dalam beberapa kesempatan, sejumlah musisi menyisipkan pesan persatuan, baik secara tersirat maupun tersurat, kepada para penonton meskipun ada kalanya menuai pro dan kontra.
Pesan musisi
Dalam Super Bowl LIV Halftime Show yang digelar di Hard Rock Stadium, Miami, Florida, pada 2 Februari 2020, penyanyi Latin Jennifer Lopez dan Shakira menjadi pengisi acara utama. Pertunjukan mereka menjadi pertunjukan terbaru yang menyelipkan pesan dalam pertunjukan Super Bowl.
Ketika lagu mash-up ”Let\'s Get Loud” dan ”Born in The U.S.A.” dimulai, tampak puluhan anak-anak berjaket putih berpegangan tangan di depan panggung yang menampilkan lambang jenis kelamin perempuan. Di depan mereka, terdapat 18 anak yang masing-masing berada di dalam lingkaran lampu putih menyerupai sangkar burung.
Anak-anak itu bernyanyi ”Jika kamu ingin menjalani hidupmu, jalani saja, jangan sia-siakan” yang dipimpin oleh putri Lopez, Emme Maribel Muñiz. Bersama Shakira, Lopez kemudian muncul sambil mengenakan jubah dari bolak-balik bergambar bendera Amerika Serikat dan Puerto Riko yang terbuat dari bulu.
Jubah itu membawa pesan bahwa warga Puerto Riko adalah bagian dari AS. Jubah bulu itu kemudian dilepas dan dibentangkan di atas panggung selama beberapa detik.
Penampilan Lopez dan Shakira merupakan kritik terhadap terhadap kebijakan imigrasi Presiden AS Donald Trump. Tahun lalu, Trump memutuskan untuk memisahkan keluarga imigran di perbatasan AS-Meksiko. Publik pun marah setelah muncul gambar-gambar anak-anak ditahan dalam sel penjara beredar dalam dunia maya.
Warga Latin sedang mengalami masa sulit di AS sekarang. Saya pikir sangat penting bagi kami untuk menyampaikan pesan persatuan.
”Warga Latin sedang mengalami masa sulit di AS sekarang. Saya pikir sangat penting bagi kami untuk menyampaikan pesan persatuan,” kata Shakira, beberapa hari menjelang pertunjukan.
Shakira berasal dari Kolombia, sedangkan Lopez adalah penyanyi kelahiran Amerika Serikat dari orangtua imigran asal Puerto Riko. Puerto Riko merupakan sebuah wilayah di Laut Karibia yang berada di bawah AS, tetapi tidak termasuk sebagai negara bagian.
Penampilan kedua penyanyi Latin ini terjadi di Hard Rock Stadium hadapan puluhan ribu warga Miami. Miami sendiri merupakan rumah bagi mayoritas warga keturunan Amerika Latin. Kritik Lopez dan Shakira terhadap sentimen anti-Latin menerima perhatian tinggi di dunia maya.
”Apa yang lebih Amerika daripada melihat budaya imigran negara ini ditampilkan di atas panggung dalam acara Super Bowl Halftime Show?” tulis jurnalis dan penulis AS, Dan Rather, di Twitter. Namun, penampilan Lopez dan Shakira juga menuai kontra. Kandidat Kongres dari Texas, Joshua Foxworth, adalah salah satunya.
Super Bowl telah menjadi tidak lebih dari kesempatan terbesar untuk menampar wajah orang Amerika.
”Saya mengerti mengapa orang Amerika suka menonton sepak bola. Namun, Super Bowl telah menjadi tidak lebih dari kesempatan terbesar untuk menampar wajah orang Amerika, baik itu pertunjukan anti-Amerika atau iklan yang mempromosikan degenerasi,” tuturnya melalui Twitter.
Pesan lainnya
Musisi lainnya juga pernah membawa kritik sosial terkait isu tertentu kepada penonton AS dalam panggung Super Bowl. Penampilan Lady Gaga dalam Super Bowl LI pada 2017, misalnya, membawa kebanggaan kepada kaum LGBTQ (lesbian, gay, biseksual, transjender, dan queer).
Lady Gaga membawakan lagu berjudul ”Born This Way” yang membahas pemberdayaan diri kaum minoritas, termasuk LGBTQ. Ia juga menyanyi menggunakan mikrofon yang bertuliskan kata ”Persatuan”.
Setahun sebelumnya, penyanyi kulit hitam Beyoncé juga membawa pesan mengenai warga kulit hitam AS. Beyoncé tampil bersama Coldplay dan Bruno Mars dalam Super Bowl 50 Halftime Show di Santa Clara, California, pada 2016.
Ketika tiba gilirannya, Beyoncé menyanyikan lagu ”Formation”. Lagu ini bercerita tentang kebanggaan warga Amerika-Afrika sebagai orang kulit hitam dan seruan agar pihak berwenang menghentikan tindakan diskriminasi kepada mereka.
Para penari latar Beyoncé tampak mengenakan baju dan topi baret hitam. Mereka juga melengkapi tampilan itu dengan rambut Afro. Penampilan tersebut merupakan sebuah referensi terhadap gaya berpakaian anggota Black Panther Party, sebuah organisasi politik warga kulit hitam pada 1960-an.
Kritik dalam pertunjukan Super Bowl Halftime Show bukanlah hal yang baru. Dalam beberapa kesempatan, musisi yang tidak menggunakan kesempatannya untuk menggunakan Super Bowl sebagai platform kritik justru dicerca.
Pertunjukan Maroon 5 dalam Super Bowl LIII pada 2019 menjadi salah satu contohnya. Pertunjukan ini hanya berisi Adam Levine, sang vokalis, bertelanjang dada sambil menyanyikan lagu-lagu hits.
Pertunjukan Maroon 5 tidak meninggalkan jejak apa-apa. ”Pertunjukan itu tidak penting oleh sebuah band yang mungkin telah kehilangan sejumlah moral—jika mereka punya,” tulis jurnalis Jon Caramanica melalui artikel di New York Times.
Maroon 5 menjadi pengisi acara pengganti setelah penyanyi berkulit hitam Rihanna menolak untuk tampil sebagai bentuk solidaritas bagi atlet Colin Kaepernick. Kaepernick tidak lagi bermain dalam NFL setelah melakukan protes dengan berlutut ketika lagu kebangsaan AS dimainkan sebelum pertandingan dimulai. Itu dilakukan sebagai bentuk protes terhadap ketidakadilan rasial dan penindasan sistematis di AS. (THE GUARDIAN/CNBC)