Teh Hijau dan Olahraga Bantu Kurangi Perlemakan Hati
›
Teh Hijau dan Olahraga Bantu...
Iklan
Teh Hijau dan Olahraga Bantu Kurangi Perlemakan Hati
Kombinasi ekstrak teh hijau dan olahraga mengurangi keparahan penyakit perlemakan hati terkait obesitas hingga 75 persen. Namun, perlu uji klinis untuk memastikan besarnya manfaat kesehatan dari teh hijau.
Oleh
Ahmad Arif
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Kombinasi ekstrak teh hijau dan olahraga terbukti mengurangi keparahan penyakit perlemakan hati terkait obesitas hingga 75 persen. Temuan ini memberi peluang pemanfaatan teh hijau untuk membantu mengatasi dampak buruk obesitas yang telah menjadi persoalan global.
Temuan ini dilaporkan Joshua Lambert, ahli pangan dari Pennysvania State University dan tim di Journal of Nutritional Biochemistry pada 14 Februari 2020.
Penyakit perlemakan hati atau fatty liver saat ini menjadi masalah kesehatan global yang signifikan dan diperkirakan memburuk. Karena tingginya prevalensi faktor risiko, seperti obesitas atau kegemukan dan diabetes tipe 2, penyakit perlemakan hati diperkirakan menimpa lebih dari 100 juta orang pada 2030. Saat ini tidak ada terapi yang valid untuk penyakit ini. Ini yang mendorong Lambert melakukan studinya.
Dalam studi tersebut, para peneliti bereksperimen memberikan tikus diet tinggi lemak selama 16 minggu. Sebagian tikus yang diberi ekstrak teh hijau dan berolahraga secara teratur dengan roda memiliki hanya seperempat dari simpanan lemak dalam organ hati mereka dibandingkan dengan yang lain. Sementara tikus yang hanya diobati dengan ekstrak teh hijau saja atau hanya berolahraga memiliki sekitar setengah lebih banyak lemak dalam organ hati mereka.
Selain menganalisis jaringan hati tikus, para peneliti mengukur kandungan protein dan lemak dalam kotoran mereka. Mereka menemukan bahwa tikus yang mengonsumsi ekstrak teh hijau dan berolahraga memiliki kadar lemak dan protein tinja lebih tinggi.
”Dengan memeriksa hati tikus-tikus ini setelah riset berakhir dan dengan menyaring kotoran mereka selama penelitian, kami melihat bahwa tikus yang mengonsumsi ekstrak teh hijau dan berolahraga telah memproses nutrisi di tubuh secara berbeda,” kata Lambert dalam keterangan tertulis.
Tikus yang mengonsumsi ekstrak teh hijau dan berolahraga memiliki kadar lemak dan protein tinja lebih tinggi.
Para peneliti menduga, polifenol dalam teh hijau berinteraksi dengan enzim pencernaan yang disekresikan di usus kecil sehingga menghambat pemecahan karbohidrat, lemak, dan protein dalam makanan. ”Jadi, jika seekor tikus tidak mencerna lemak dalam makanannya, lemak itu dan kalori terkait dengannya melewati sistem pencernaan tikus, dan keluar dalam kotorannya,” kata Lambert.
Dalam analisisnya, para peneliti ini mengungkapkan, tikus yang diobati dengan ekstrak teh hijau dan olahraga memiliki ekspresi gen lebih tinggi terkait dengan pembentukan mitokondria baru. Ekspresi gen penting karena memberi penanda yang membantu para peneliti memahami mekanisme polifenol dari teh hijau dan olahraga dapat bekerja sama untuk mengurangi simpanan hati berlemak.
Ekspresi gen
”Kami mengukur ekspresi gen yang kami tahu terkait dengan metabolisme energi dan memainkan peran penting dalam pemanfaatan energi,” kata Lambert. ”Pada tikus yang mendapat pengobatan kombinasi, kami melihat peningkatan ekspresi gen yang tidak ada sebelum mereka mengonsumsi ekstrak teh hijau dan berolahraga,” katanya.
Hasil penelitian ini meneguhkan manfaat teh hijau bagi kesehatan. Sebelumnya, kajian dari Sabu M Chacko dari NPO International Laboratory of Biochemistry, Jepang, di jurnal Chinese Medicine (2020) menyebutkan, teh hijau dapat bermanfaat untuk berbagai macam penyakit, termasuk kanker, penyakit jantung, dan penyakit hati.
Banyak dari manfaat teh hijau ini terkait dengan katekinnya, khususnya kandungan epigallocatechin-3-gallate. Ada bukti dari penelitian in vitro dan perlakukan pada hewan tentang mekanisme yang mendasari katekin teh hijau dan tindakan biologis mereka. Ada juga riset terhadap manusia tentang penggunaan katekin teh hijau untuk mengobati sindrom metabolik, seperti obesitas, diabetes tipe II, dan faktor risiko kardiovaskular.
Namun, bukti klinis manfaat teh hijau pada manusia masih terbatas sehingga riset pada masa depan diperlukan. Itu bertujuan untuk menentukan besarnya manfaat kesehatan yang sebenarnya, terutama menetapkan kisaran aman konsumsi teh yang terkait dengan manfaat ini dan menjelaskan mekanisme tindakan.