Warga terdampak proyek ITF Sunter diberdayakan PT Jakarta Solusi Lestari agar mandiri. Mereka dilatih agar mandiri dalam mengelola uang kompensasi.
Oleh
STEFANUS ATO
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — PT Jakarta Solusi Lestari memberdayakan masyarakat Sunter Agung, yang terdampak proyek intermediate treatment facility atau ITF Sunter, di Jakarta Utara, untuk mandiri mengelola uang kompensasi. Melalui pemberdayaan itu, warga terdampak diharapkan dapat segera beradaptasi dan mampu bersaing di tempat baru.
President Director PT Jakarta Solusi Lestari (JSL) Faisal Muzakki mengatakan, warga yang terdampak proyek ITF Sunter mendapat kompensasi agar dapat melanjutkan hidup dan mampu mandiri dalam menjalankan usaha di tempat lain. PT JSL tetap aktif mendampingi 116 warga itu selama 2,5 tahun.
”Kami akan tetap mendampingi mereka sampai diharapkan mereka bisa mandiri,” katanya saat kegiatan Pendidikan Pengelolaan Keuangan bagi warga terdampak proyek ITF Sunter, Senin (17/2/2020), di Sunter Agung, Jakarta Utara.
Proyek ITF Sunter merupakan pengelolaan sampah dengan konsep waste to energy. Proyek yang dikerjakan JSL itu, pembangunannya ditargetkan rampung dalam kurun waktu 2 tahun hingga 2,5 tahun. Peletakan batu pertama pembangunan fisik proyek itu sudah dilakukan Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan pada 20 Desember 2018.
Pembanguan ITF Sunter ini bertujuan mengelola sampah Jakarta yang setiap hari sekitar 7.000 ton sampai 7.500 ton. Selama ini, seluruh sampah yang terdiri dari sampah plastik, besi, dan organik dibawa ke tempat pembuangan akhir di Bantar Gebang, Kota Bekasi.
Jika ITF Sunter beroperasi nanti, setiap tahun ada 720.000 ton sampah yang diolah. ITF tersebut diproyeksikan menghasilkan listrik 280.000 megawatt-hour (MWh). Adapun setiap tahun, dari sisa pembakaran akan diperoleh 24.000 meter kubik air bersih, 100.000 ton slag, dan 15.000 ton abu (Kompas, 15/2/2020).
Menurut Faisal, warga yang bermukim di lokasi pembangunan ITF Sunter sudah meninggalkan tempat itu pada Agustus 2019 lalu. Mereka juga sebagian bukan warga DKI Jakarta dan selama ini tinggal di kawasan permukiman ilegal. Namun, warga yang terdampak sudah menjadi tanggung jawab JSL untuk diberdayakan.
Manajer Komunikasi dan Stakeholder Engagement JSL Linda Gurning menambahkan, pelatihan ini dilakukan menjelang penerimaan tahap ketiga kompensasi. Sebelumnya, sejak September 2019, pencairan tahap pertama dan kedua sudah direalisasikan.
”Kompensasi yang didapatkan warga berbeda-beda karena kami melibatkan pihak ketiga untuk menghitung kerugian setiap warga. Ada yang terima sebesar Rp 20 juta dan ada yang terima sampai Rp 100 juta,” kata Linda.
Adapun untuk penyerahan tahap ketiga, JSL melibatkan koperasi kredit dengan tujuan agar uang itu bermanfaat untuk kegiatan usaha. Penyaluran melalui koperasi kredit juga dinilai sangat membantu karena akan memudahkan warga yang sewaktu-waktu membutuhkan pinjaman modal.
Usaha sendiri
Darini (40), salah satu warga terdampak ITF Sunter, mengatakan, kompenasasi yang diberikan JSL sangat membantu untuk mencari kontrakan baru dan memulai usaha. Perempuan yang sebelumnya tinggal di kawasan proyek ITF Sunter sejak 2013 itu kini berpindah ke Kampung Baru, Sunter Agung.
”Pada pencairan tahap pertama, saya dapat Rp 7 juta. Uang itu saya pakai untuk cari kontrakan dan pindahkan barang-barang,” katanya.
Adapun saat pencairan kedua, ia bersama suaminya memanfaatkan sebagian uang itu untuk membuka usaha nasi goreng. Setiap hari omzet yang diperoleh mencapai Rp 340.000.
”Lumayan cukup membantu karena suami saya dulu jualan bubur ayam, tetapi bangkrut. Sejak ada modal, kami kembali mulai lagi dengan berjualan nasi goreng,” ucapnya.