379 Jiwa di Calon Lokasi Ibu Kota Baru Terdampak Banjir
›
379 Jiwa di Calon Lokasi Ibu...
Iklan
379 Jiwa di Calon Lokasi Ibu Kota Baru Terdampak Banjir
Banjir melanda Kecamatan Penajam di Kabupaten Penajam Paser Utara. Sebanyak 115 rumah terendam dan 379 jiwa terdampak.
Oleh
SUCIPTO
·3 menit baca
BALIKPAPAN, KOMPAS — Hujan dengan intensitas tinggi di Kecamatan Penajam, Kabupaten Penajam Paser Utara, Kalimantan Timur, membuat 115 rumah terendam banjir, Selasa (18/2/2020). Banjir juga dipengaruhi air pasang serta tata kawasan dan daya dukung lingkungan yang kurang.
Sungai Riko di Kecamatan Penajam meluap akibat hujan yang turun mulai Senin (17/2/2020) hingga Selasa (18/2/2020). Akibatnya, 1 RT di Kelurahan Riko dan 8 RT di Desa Bukit Subur dilanda banjir. Total warga terdampak 379 jiwa. Air laut pasang yang mencapai 1,9 meter turut menambah parah banjir.
Desa yang terdampak banjir terletak sekitar 55 kilometer dari Kelurahan Pemaluan, Kecamatan Sepaku, lokasi calon ibu kota baru yang dikunjungi Presiden Joko Widodo pada Desember 2019.
Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Penajam Paser Utara mencatat, hingga pukul 13.00 air masih menggenangi jalan dan permukiman warga. Kepala Subbidang Logistik dan Peralatan BPBD Penajam Paser Utara Nurlaila mengatakan, tinggi air di jalan dan halaman rumah mencapai 120 sentimeter. Air juga masuk ke rumah warga dengan ketinggian air 25 sentimeter.
Akibat banjir, sebuah jembatan yang terbuat dari kayu dan gundukan tanah terendam air. ”Kondisinya hampir putus. Kendaraan tidak bisa melintas,” kata Nurlaila ketika dihubungi.
Tim gabungan dari kepolisian, BPBD, dan warga memasang beberapa tali pengaman di jembatan itu untuk memudahkan evakuasi warga. Selain itu, perahu karet juga diturunkan di banyak tempat untuk membawa warga ke tempat yang tidak terdampak banjir.
Berbagai bantuan logistik untuk warga terus disalurkan. Kendala tim gabungan di lapangan adalah sinyal jaringan telepon sangat sulit sehingga proses laporan ke BPBD di Penajam Paser Utara terhambat dan lambat.
Lurah Riko, Rachim, mengatakan, banjir seperti ini terjadi hampir setiap kali hujan lebat turun. Biasanya air menggenang hingga 24 jam. Letak Kelurahan Riko memang lebih rendah dibandingkan dengan Desa Bukit Subur. Hal itu membuat air menggenangi Kelurahan Riko.
Akibat banjir, warga tidak bisa memasak karena kayu bakar basah. ”Selain itu, air sungai yang meluap juga membawa berbagai sampah dan kayu-kayu sehingga kondisinya menjadi kotor,” kata Rachim.
Kepala Pusat Data Informasi dan Komunikasi Kebencanaan Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Agus Wibowo dalam siaran pers yang diterima Kompas mengatakan, banjir yang terjadi di Desa Bukit Subur disebabkan pendangkalan badan sungai, banyaknya kelokan, dan adanya sampah yang berlebihan sehingga menghambat aliran sungai. Sementara Kelurahan Riko terdampak karena letaknya lebih rendah dari Desa Bukit Subur. Selain itu, sebagian besar rumah merupakan rumah tapak.
Air sungai yang meluap juga membawa berbagai sampah dan kayu-kayu sehingga kondisinya menjadi kotor.
Berdasarkan data BNPB, tercatat 30 kejadian banjir di Kabupaten Penajam Paser Utara pada tahun 2010-2019. ”Penajam Paser Utara memang memiliki potensi bencana banjir sesuai sifat dan kondisi masing-masing kecamatan. Potensi banjir akan semakin besar jika intensitas hujan tinggi ditambah dengan kondisi air laut dalam keadaan pasang tinggi,” kata Agus.