5 Trayek AKDP Menuju Bandara Internasional Yogyakarta Dibuka
›
5 Trayek AKDP Menuju Bandara...
Iklan
5 Trayek AKDP Menuju Bandara Internasional Yogyakarta Dibuka
Untuk mempermudah mobilitas masyarakat menuju Bandara Internasional Yogyakarta di Kabupaten Kulon Progo, Daerah Istimewa Yogyakarta, pemerintah membuka lima trayek angkutan antarkota dalam provinsi ke bandara.
Oleh
HARIS FIRDAUS
·4 menit baca
YOGYAKARTA, KOMPAS — Untuk mempermudah mobilitas masyarakat menuju Bandara Internasional Yogyakarta di Kabupaten Kulon Progo, Daerah Istimewa Yogyakarta, pemerintah membuka lima trayek angkutan antarkota dalam provinsi ke bandara itu. Namun, belum semua trayek tersebut terisi karena minimnya minat pengusaha angkutan.
”Dari lima trayek tersebut, masih ada dua trayek yang belum terlayani,” kata Kepala Bidang Angkutan Dinas Perhubungan Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) Sumariyoto, Selasa (18/2/2020), di Yogyakarta.
Bandara Internasional Yogyakarta (BIY) merupakan bandara baru yang akan menggantikan Bandara Internasional Adisutjipto di Kabupaten Sleman. BIY beroperasi secara terbatas sejak Mei 2019 dan direncanakan beroperasi penuh mulai 29 Maret 2020.
Setelah pengoperasian secara penuh itu, seluruh penerbangan dengan pesawat bermesin jet akan dipindahkan dari Bandara Internasional Adisutjipto ke BIY. Guna mendukung pengoperasian penuh BIY, dibutuhkan dukungan moda transportasi darat untuk memudahkan masyarakat menuju bandara tersebut.
Hal itu karena BIY berjarak cukup jauh dari pusat kota Yogyakarta, yakni sekitar 40 kilometer. Kondisi itulah yang membuat Pemerintah Provinsi DIY membuka trayek angkutan antarkota dalam provinsi (AKDP) menuju bandara tersebut.
Menurut Sumariyoto, dengan adanya trayek AKDP menuju BIY, masyarakat diharapkan tidak perlu menggunakan kendaraan pribadi menuju bandara. Sebab, apabila seluruh penumpang pesawat di BIY memakai kendaraan pribadi, bisa terjadi kemacetan lalu lintas di jalan menuju BIY. ”Kami khawatir kalau semua orang menggunakan kendaraan pribadi, beban ruas jalan terlalu berat,” kata Sumariyoto.
Untuk melayani rute tersebut, para pengusaha angkutan membutuhkan subsidi dari pemerintah, baik pusat maupun daerah. (Hantoro)
Pembukaan lima trayek baru menuju BIY itu tertuang dalam Keputusan Gubernur DIY Nomor 290/KEP/2019 tentang Penetapan Jaringan Trayek AKDP Provinsi DIY. Dalam keputusan gubernur itu, tercantum 45 trayek AKDP, termasuk lima trayek baru dengan rute menuju BIY.
Lima trayek baru menuju BIY itu adalah Terminal Giwangan, Kota Yogyakarta, menuju BIY; Terminal Pakem, Kabupaten Sleman, DIY, menuju BIY; Terminal Palbapang, Kabupaten Bantul, DIY, menuju BIY; Terminal Jombor, Kabupaten Sleman, menuju BIY; serta Stasiun Tugu, Kota Yogyakarta, menuju BIY.
Menurut Sumariyoto, dari lima trayek itu, ada tiga trayek yang sudah terlayani, yakni trayek Terminal Giwangan-BIY, trayek Terminal Jombor-BIY, serta trayek Stasiun Tugu-BIY. Tiga rute itu dilayani oleh angkutan milik Perum Damri yang merupakan badan usaha milik negara.
Sementara itu, hingga sekarang, trayek Terminal Pakem-BIY serta trayek Terminal Palbapang-BIY belum dilayani angkutan. Sumariyoto menuturkan, beberapa waktu lalu, ada perusahaan angkutan swasta yang tertarik untuk melayani trayek menuju BIY. ”Kami lalu mengarahkan agar perusahaan itu mengisi rute Palbapang karena jalur itu belum ada yang melayani, sementara potensi penumpangnya ada,” ujar Sumariyoto.
Dia menambahkan, hingga sekarang, perusahaan tersebut masih mengurus perizinan. Oleh karena itu, Dinas Perhubungan DIY belum bisa memastikan kapan trayek Terminal Palbapang-BIY bisa beroperasi. ”Kalau untuk Maret, kemungkinan, sih, belum bisa beroperasi,” ucapnya.
Sementara itu, terkait dengan trayek Terminal Pakem-BIY, Sumariyoto mengatakan, pihaknya akan berkoordinasi dengan Kementerian Perhubungan. Dia berharap, pemerintah pusat memberikan penugasan kepada Perum Damri untuk melayani rute tersebut. Sebab, hingga sekarang, belum ada perusahaan swasta yang berminat melayani rute itu.
Apalagi, Sumariyoto menyebut Pemprov DIY belum bisa memberikan subsidi untuk angkutan AKDP yang melayani trayek menuju BIY. ”Untuk trayek Pakem, baru kami bicarakan dengan Kementerian Perhubungan. Syukur-syukur nanti Kementerian bisa memberikan penugasan kepada Damri untuk melayani rute itu,” ungkapnya.
Subsidi
Ketua Dewan Pimpinan Daerah Organisasi Angkutan Darat DIY Hantoro mengatakan, para pengusaha angkutan umum di provinsi itu sebenarnya siap melayani trayek AKDP menuju BIY. Namun, Hantoro menuturkan, untuk melayani rute tersebut, para pengusaha angkutan membutuhkan subsidi dari pemerintah, baik pusat maupun daerah.
”Kami prinsipnya siap. Cuma yang menjadi kendala, kalau tanpa campur tangan dari pemerintah yang berupa subsidi, pasti tidak mampu,” ujar Hantoro.
Hantoro menyampaikan, untuk perjalanan dengan jarak kurang dari 100 kilometer seperti trayek menuju BIY, angkutan umum biasanya kalah bersaing dengan kendaraan pribadi. Oleh karena itu, tanpa adanya subsidi dari pemerintah, para pengusaha angkutan di DIY akan kesulitan melayani trayek menuju BIY. ”Untuk angkutan AKDP yang sekali jalan di bawah 100 km, pasti kalah dengan angkutan pribadi,” kata Hantoro.
Apalagi, Hantoro menyakini tidak semua penumpang pesawat terbang di BIY bakal memilih menggunakan angkutan umum menuju bandara. Oleh karena itu, minat penumpang untuk menggunakan angkutan umum menuju BIY dinilai belum pasti. ”Bandara itu memang diharapkan menjadi magnet. Cuma seberapa besar minat penumpang terhadap angkutan AKDP itu (belum diketahui),” kata Hantoro.