Jepang akan memamerkan teknologi masa depannya, seperti robot dan kecerdasan buatan, dalam penyelenggaraan Olimpiade Tokyo 2020 mendatang. Kuliner halal juga disiapkan untuk memanjakan pengunjung.
Oleh
M Ikhsan Mahar dari Fukushima, Jepang
·5 menit baca
Konbanwa! Demikian sosok berkostum biru khas tim nasional sepak bola Jepang menyambut para pengunjung saat tiba di pintu masuk J-Village, Disktrik Futaba, Fukushima, Jepang, pekan lalu.
Tanpa disuruh, sosok itu selalu memberikan salam dan berinteraksi dengan orang yang melintas di depannya. Ia bisa bergerak 180 derajat untuk mengikuti arah lawan bicaranya serta merespon gerakan tangan. Sosok yang pandai bicara dan menyanyikan lagu Jepang itu adalah robot setinggi 1 meter berbasis artificial intelligence (kecerdasan buatan).
Selain robot di J-Village, yang merupakan kompleks pemusatan latihan sepakbola, panitia Olimpiade dan Paralimpiade 2020 juga telah menyiapkan sejumlah robot yang bertugas selama perhelatan olahraga itu berlangsung. Di antaranya, field support robot yang akan berada di cabang atletik untuk membantu petugas lapangan mengambil objek tertentu di Stadion Olimpiade Tokyo.
Kehadiran para robot itu adalah salah satu potret upaya Jepang untuk mewujudkan slogan Tokyo 2020, yaitu “Ashita o Tsukamo” atau Meraih Hari Esok. Olimpiade tidak hanya sekadar melaksanakan kompetisi olahraga terakbar di muka bumi, tetapi sebagai kampanye kepada dunia untuk menunjukkan bahwa Jepang telah memiliki teknologi yang melampaui masa kini.
Sementara itu, di wilayah Toyosu, Tokyo--yang merupakan pusat kompleks olahraga untuk Olimpiade 2020--diberlakukan sterilisasi di seluruh fasilitas olahraga dan wisma atlet yang ada di sana. Hanya terlihat sejumlah pekerja yang masih merampungkan fasilitas pelengkap, seperti lokasi parkir dan jalan di dalam kompleks olahraga itu.
Sebanyak belasan menara di kompleks wisma atlet Olimpiade 2020 juga sudah selesai dibangun. Pemukiman bagi para atlet itu berada di kawasan Harumi yang merupakan kawasan hasil reklamasi.
Wisma atlet Olimpiade 2020 itu memiliki sejumlah fasilitas, seperti pusat perbelanjaan, fasilitas olahraga, taman, hingga kamar tidur yang bisa menampung 18.000 orang. Pemandangan menghadap Teluk Tokyo menjadi kemewahan yang akan memanjakan para atlet.
Presiden Pusat Pers Asing Jepang Kiyotaka Akasaka mengatakan, jelang lima bulan pembukaan Olimpiade 2020, persiapan seluruh fasilitas olahraga sudah 95 persen. Jepang, lanjutnya, telah membangun sejumlah stadion dan pusat olahraga yang ramah lingkungan dan memanfaatkan teknologi termutakhir untuk Olimpiade dan Paralimpiade 2020.
"Sekarang fokus utama kami ialah untuk mempersiapkan para atlet memenangkan medali sebanyak-banyaknya," ujar Akasaka yang ditemui di Tokyo, Senin (10/2/2020) lalu.
Antusiasme yang biasa
Bagi orang Indonesia yang terbiasa melihat hiruk-pikuk agenda internasional dengan baliho dan poster di pusat kota, Tokyo justru tidak "menodai" pusat-pusat keramaiannya dengan baliho besar terkait Olimpiade 2020.
Hanya spanduk vertikal kecil bertuliskan "Tokyo 2020" menggantung di tiang-tiang lampu jalan pusat wisata, seperti wilayah Shibuya, Ueno, dan Asakusa. Hal serupa juga terlihat di bandara. Spanduk milik beberapa sponsor Olimpiade 2020 menjadi penanda Jepang telah siap menyambut Olimpiade 2020.
Sementara itu, hanya taksi ramah lingkungan satu-satunya transportasi publik yang mencantumkan logo perhelatan olahraga terakbar itu di badan mobil. Taksi berwarna hitam itu mudah ditemukan di seluruh sudut kota Tokyo.
Kemudian, penampakan dua maskot Olimpiade 2020, yaitu Miraitowa dan Someity, hanya terlihat di pusat cinderamata yang berada di pusat pembelanjaan. Pusat cenderamata umumnya berada di lokasi wisata dan pusat perbelanjaan. Harga cinderamata dimulai dari 165 yen (sekitar Rp 20.000) hingga 231.000 yen (Rp 28 juta) yang terdiri dari beragam jenis, mulai dari penghapus pensil hingga keping replika medali Tokyo 2020.
Wakil Kepala Perwakilan Kedutaan Besar RI di Tokyo Tri Purnajaya mengungkapkan, meskipun Jepang terlihat santai untuk Tokyo 2020, euforia tetap terasa tinggi. Itu diperlihatkan dengan ludesnya penjualan tiket acara pembukaan serta sejumlah nomor pertandingan. Pemesanan tiket telah dilakukan sejak pertengahan 2019 melalui sistem daring.
Panitia Olimpiade Tokyo 2020 juga telah menyiapkan pemesanan tiket tahap selanjutnya pada April 2020. Di sisi lain, KBRI di Jepang juga telah berkoordinasi dengan panitia Tokyo 2020 untuk memenuhi kebutuhan atlet, ofisial, dan para warga Indonesia yang akan menyaksikan langsung pertandingan Olimpiade.
"Persiapan Jepang untuk Olimpiade 2020 bukan hanya soal olahraga, tetapi menjadi upaya mereka untuk menghadirkan teknologi ramah lingkungan, misalnya taksi hibrida dan penggunaan bahan daur ulang untuk medali," kata Tri.
Kuliner halal
Satoshi Shimasue, Wakil Ketua Direktur Asosiasi Bisnis Halal Jepang, mengungkapkan, Olimpiade 2020 telah membangkitkan industri kuliner halal di Tokyo dan sejumlah kota besar lain. Pemerintah Jepang, kata pemilik gerai ramen halal itu, juga telah mempersiapkan para pemilik bisnis kuliner untuk menyediakan makanan yang halal.
"Secara perlahan, sebagian masyarakat di sini (Tokyo) mulai terbiasa dengan makanan khas Jepang yang disajikan secara halal," kata Shimasue yang ditemui di salah satu gerainya di Asakusa yang berjarak sekitar 1 km dari lokasi wisata Kuil Senso-ji, Tokyo.
Haryati (45), warga Indonesia yang berkerja di salah satu restoran halal di Tokyo, menambahkan, sekitar tiga tahun terakhir kuliner halal semakin menjamur di Jepang. Bahkan, hotel dan sejumlah restoran memberikan label khusus untuk makanan yang aman dikonsumsi bagi umat muslim.
“Dulu orang Jepang agak fobia dengan nuansa berbalut Islam, termasuk makanan hahal. Sekarang, mereka sudah mulai mau makan kuliner halal seiring promosi masif pemerintah jelang Olimpiade,” kata Haryati asal Bekasi, Jawa Barat, yang telah 20 tahun bekerja di Tokyo.
Meskipun gaung Olimpiade 2020 baru akan dimulai ketika pawai obor dimulai di J-Village, 23 Maret, Negeri Sakura telah serius memberikan pelayanan kepada warga dunia yang akan datang di musim panas nanti. Maka, semakin menarik ditunggu bagaimana Jepang akan menyambut publik sejagat dan menyajikan Olimpiade keduanya setelah 1964 silam.